"Phi, sudah mengerti, kan?" ucap White lalu menatap wajah Body. Mereka terpaku satu sama lain. Saling menatap tanpa berkedip.
Sepuluh, sebelas, dua belas, Body menghitung dalam hati. Respon otaknya sedikit tidak berfungsi. Dia hanya bisa menghitung, tapi saraf motoriknya tak bisa digerakkan sama sekali. Setelah hitungan ke lima belas, Body berkedip lalu mendorong White menjauh darinya dengan kasar.
"Bocah aneh, kenapa kau menatapku begitu? aku sangat benci tatapanmu. Terlebih tatapan yang kau lakukan dengan mataku,"
"Aku hanya balas menatap, karena Phi menatapku,"
"Kau gila, kapan aku menatapmu!? dasar b*doh!"
White mundur beberapa langkah karena Body membentaknya. Body kembali memakai kemeja, dengan malas dia berdiri lalu merogoh kunci mobil dari sakunya.
"Aku pergi dulu," ucap Body kemudian.
"Phi mau kemana? jangan berkeliaran sembarangan. Jika ada penggemar yang melihatku keluar seperti ini, mereka akan heboh,"
"Kau pikir aku mau kemana? tentu saja mau kembali ke rumahmu,"
"Mmm, Phi ... apa ibuku baik-baik saja? apa dia ada di rumah?"
"Dia baru saja pergi keluar kota."
"Ah, ibu ada dinas keluar kota lagi," White menundukkan kepalanya, lalu menghela nafas lemah.
"Kenapa ibumu harus bekerja, padahal kalian sudah kaya raya dengan kau menjadi aktor?"
"Ibu mengurus bisnis warisan keluarga. Jadi mau tak mau ibu harus menanganinya sendiri. Tak ada orang lain yang bisa menjalankannya karena ibu anak tunggal."
"Enak sekali hidup kalian. Dari awal sudah kaya dan semakin kaya. Sedangkan yang miskin selalu miskin hingga ke keturunannya."
"Tidak begitu, dulu kakek juga miskin, tapi kakek berusaha sekuat tenaga, dan akhirnya bisa mendirikan bisnis yang ibu jalankan sekarang,"
"Maksudmu ... orang miskin lainnya tidak berusaha?"
"B-Bukan ... aku tidak bilang begitu,"
"Sudahlah. Bicara denganmu membuang waktu saja. Sebaiknya cari cara untuk menyelesaikan masalah kita. Ah, besok kau harus kerja, jangan bermalas-malasan di rumah. Aku tak mau gajiku dipotong,"
"Phi butuh uang, di dalam lemariku ada brankas kecil, kode brankasnya ..."
"Aku tak butuh uangmu. Kita hanya bertukar tempat tinggal, kenapa kau memberiku kode brankas segala? kau ingin mengujiku? ingin melihat apakah aku akan membongkar brankasmu atau tidak?"
"Tidak Phi, aku tak bermaksud begitu. Maksudku, jika Phi butuh uang ..."
"Lebih baik kau bekerja dengan benar! awas saja jika gajiku dipotong karena ulahmu,"
"Mmm ... Phi, Phi bisa naik taksi?"
"Apa maksudmu?"
"M-Maksudku ... bisa tinggalkan mobilku? hari ini Phi pulang naik taksi, ah atau aku akan mengantarkan Phi pulang. Jika ada jadwal syuting, Phi bisa membawa mobilku yang satunya."
"Kau ini ..." Body menatap White tajam, dia kemudian merogoh dompet dan memeriksa isi dompetnya, "S*al. Bocah ini benar-benar menyusahkanku," Body kembali memasukkan dompet ke sakunya, lalu melempar kunci kearah White. White kaget dan gelagapan menangkap kunci tersebut, "Aku naik bus saja,"
"T-Tidak! jangan naik bus,"
"Memangnya kenapa?"
"Di bus ada terlalu banyak orang. Phi, sekarang kau berada di tubuhku. Aku ini. seorang aktor. Jika penggemar melihatmu di bus ..."
"Aku tak bisa naik taksi!"
"Phi ... Phi juga tak bisa naik taksi? ada masalah apa?"
"Kau masih bertanya? tentu saja uangku tidak cukup!"
"Ah, masalah uang," White tersenyum lalu mengambil uang dari dompetnya, "Ini Phi, biaya taksi,"
"Kau tahu, kau menganggapku seperti orang bayaran."
"Bukan begitu, ini karena Phi tak punya cukup uang untuk naik taksi."
"Sudah kubilang, aku tak butuh uangmu!"
White tersentak, lalu kembali memasukkan uang ke dompetnya, "Kalau begitu, aku akan mengantar Phi pulang. Ada beberapa barang juga yang harus kuambil,"
White segera keluar dari kamar, dengan cepat. Begitu keluar tampak Pond berada di meja makan, tengah menyantap buah, dan beberapa makanan ringan yang tadi White beli di supermarket. Pond yang kaget, langsung berdiri dan terbatuk.
"B-Body ... maaf, aku sangat lapar. Aku akan mengganti makanan yang kumakan ini, aku janji," ucap Pond dengan mulut yang penuh. Beberapa menit kemudian, Body keluar lalu menatap kearah Pond, "Hai White, sudah mau pulang?" Pond melambaikan tangannya, lalu tersenyum otomatis.
"Dasar orang bodohh!" gumam Body, lalu melengos keluar.
"Phi Pond. aku pergi dulu, jika Phi masih lapar, di kulkas ada beberapa bahan makanan, Phi masak saja kalau bisa," White melambaikan tangannya. Lalu berlari keluar mengikuti Body.
"Baik Bo ..." Pond terdiam sejenak, "Body!? ya ampun sepertinya kecelakaan itu benar-benar merusak otaknya. Kenapa dia bisa menjadi seperti ini? mengerikan sekali."
***
Keesokan harinya. White bangun pagi sekali, dia menyiapkan sarapan untuknya dan Pond. Lalu membersihkan rumah sambil bersenandung.
"Baiklah. Hari ini aku harus bekerja, agar Phi Body bisa menghasilkan uang. Hmm, Phi Body tak kan ada di lokasi syuting, karena Phi Dew memberi izin dua hari untuk libur," White menghela nafas, "Lalu ... bagaimana dengan Phi Zee? apa dia baik-baik saja? pasti dia kesulitan karena aku tak bisa syuting selama dua hari," White tampak sedih. Beberapa menit kemudian, Pond keluar kamar dengan rambut yang acak-acakan sambil menguap lebar. Melihat Pond, White langsung tersenyum, dan melambaikan tangannya, "Selamat pagi, Phi Pond,"
Pond terlonjak kaget, lalu segera memeriksa jam di dinding, "Pukul tujuh pagi, dan kau sudah bangun?"
"Bukannya kita harus bekerja, pukul delapan pagi? Phi harus bangun lebih awal agar tak terlambat. Segeralah mandi, aku sudah menyiapkan sarapan untuk kita."
Pond terbelalak, lalu berlari ke meja makan. Tampak nasi goreng dengan telur mata sapi yang cantik di atasnya, lalu dua gelas jus jambu sebagai minuman pendamping.
"Body, apa hidupmu sudah tak lama lagi?"
"Maksud Phi apa?"
"Kawan, memanggilku dengan sebutan Phi itu sudah sangat aneh. Lalu keanehan lainnya kau berteman dengan White, orang yang sangat kau benci. Berbelanja, membiarkan aku makan makananmu, dan ... sekarang kau membuat sarapan?"
"Ah, ini biasa saja,"
"Body, katakan padaku. Apa kau sekarat? kau sakit parah, atau sebagainya?"
"Tidak Phi, aku baik-baik saja."
"Lalu apa yang terjadi? kenapa kau jadi orang aneh begini. Kau seperti orang lain, membuatku ngeri saja."
"I-Itu ... aih, sudahlah. Phi mandi saja, nanti kita terlambat bekerja,"
"Ini tidak benar ..." Pond memukul-mukul kepalanya, namun White mendorongnya ke kamar mandi agar Pond tidak bicara yang aneh-aneh lagi.
Beberapa menit setelah Pond selesai mandi, White telah menunggu di meja makan. Pond duduk dan kini kembali menatap White dengan aneh.
"Body, kau mau kemana?" tanya Pond kemudian.
"Tentu saja bekerja,"
"Dengan pakaian seperti itu?"
Pond menunjuk. White memeriksa pakaiannya, menurut White tak ada yang salah dengan apa yang dia kenakan. Dia hanya kaus dipadu dengan sweater rajut berwarna biru dengan motif bunga, lalu celana trendy lebar berwarna cream. Ditambah aksesoris gelang, dan topi baret.
"Memangnya tidak boleh bekerja dengan pakaian seperti ini?" tanya White dengan polos.
"Body, kau itu teknisi! ya ampun, lagipula dari mana kau mendapat pakaian ini? bukankah ini merk mahal?"
"Ini punyaku,"
"Sejak kapan? kau bahkan hanya punya tiga buah kaus, dan apa-apaan topi baret itu? kau ingin mati kepanasan di ruang mesin?"
"Di ruang mesin tidak ada ac?"
"Body!" Pond memijit kepalanya, sepertinya tekanan darahnya naik, dan membuat kepalanya pusing, "Dari mana kau dapatkan semua pakaian ini?"
"I-Ini ..." White berpikir sejenak, "White yang berikan padaku."
"Jadi kau benar-benar sudah berteman akrab dengannya? Body, aku tahu kau menghargai teman barumu. Tapi, kau harus mengganti pakaianmu, lihat?" Pond berdiri lalu berputar di depan White, "Inilah seragam kita yang sesungguhnya. Setelah berteman dengan orang kaya sepertinya kau lupa kalau kita hanyalah teknisi miskin."
"Ah, jadi kita mengenakan seragam?" White segera masuk ke kamar lalu memeriksa lemari Body. Sejak pindah ke rumah Body, belum sekalipun dia menyentuh lemari tersebut, karena menjaga privasi Body, "Jadi ini seragamnya?" ucap White setelah melihat kemeja berlengan pendek, dan jumsuit khas teknisi di sebelah kemeja tersebut.
White segera mengenakan kemeja tersebut, berdiri di depan cermin, lalu memeriksa penampilannya. Tampak kemeja yang dia kenakan sudah sobek di bagian saku depan, dan bagian lengan.
"Ya ampun, Phi Body mengenakan serag ini?" White memeriksa jaitan kancing yang dilakukan Body sebelumnya, tampak jaitan tersebut asal-asalan dengan warna benang tak senada dengan yang lain, "Tak ada waktu untuk memperbaikinya, aku harus menutupi sobek ini dengan sesuatu," White mengambil tasnya dan mencari-cari dengan seksama. Dia menemukan bros dan menyematkannya di bagian pakaian yang sobek. Beruntungnya semalam dia mengantarkan Body pulang, dan mengemas beberapa barang penting, "Baiklah, untuk sementara ini bagus. Ayo kita berangkat kerja,"
***
White dan Pond keluar dari kontrakandan bersiap untuk berangkat. Pond beranjak mengarah ke halte bus, sebelum akhirnya White menahan Pond.
"Phi mau kemana?"
"Kemana lagi, ya menunggu bus,"
"Mmm, tak perlu menggunakan bus, kita pakai mobilku saja,"
Pond terbelalak, dia tak sadar bawah di depan kontrakan terparkir mobil mewah berwarna putih mengkilat, "Body, sejak kapan kau punya mobil!"
TBC