"Body, sejak kapan kau punya mobil!"
"Ini ... White meminjamkannya padaku,"
"Kalian sudah benar-benar akrab? ya ampun bagaimana bisa, hingga dia meminjamkan mobip segala?"
"Hmm, akrab. Kami sekarang sudah akrab. Ayo masuk."
Pond merasa ini sangat tidak masuk akal. Tapi, dia tak mau berpikir serius. Otaknya terlalu lemah untuk itu. Pond dengan senang hati menaiki mobil tersebut. Kapan lagi dia bisa naik mobil mewah, terlebih itu adalah mobil idolanya.
Sesampainya di tempat kerja, Pond mulai sibuk memeriksa peralatan bengkelnya. White mengikuti semua yang dilakukan Pond. Dia memperhatikan dari belakang dan mempelajarinya secara diam-diam.
"Body, Pond. Ada peralatan baru yang datang. Tolong bantu angkat ke ruang mesin," perintah seorang kepala teknisi kepada Body dan Pond. Pond segera bergegas keluar untuk mengangkat barang-barang yang dimaksud. Sementara White mengikuti di belakangnya.
"Body bawakan kotak itu," perintah ketua teknisi. White mengangkat kotak tersebut. Baginya kotak itu sangat berat. Tapi Pond dengan santainya membawa kotak itu ke dalam, dan kembali untuk mengangkat kotak lainnya.
"Body, kau sengaja berjalan pelan agar tak mengangkat banyak kotak, ya?" tanya Pond yang melihat White berjalan tertatih-tatih dan tak juga sampai ke tempat tujuan.
"Bukan begitu, Phi. Kontaknya berat sekali," White mengeluh. Namun, dia terus berusaha untuk membawa kotak tersebut ke dalam.
"Bocah ini, alssannya sungguh tak masuk akal. Berat? bilang saja kau sengaja memperlambat kerjamu,"
Pond kembali mengambil kotak keempat. Sementara White masih menenteng kotak keduanya. White terengah-engah. Dia berhenti di tengah jalan, lalu mengambil nafas dalam.
"Kau sedang apa disini? aku sudah mengangkat semua kotaknya, dan kau masih belum tiba di ruang mesin juga?" Pond menatap White tak percaya.
"Maaf, Phi. Aku akan segera membawa yang satu ini," ucap White lalu kembali mengangkat kotak itu sekuat tenaga menuju ke ruang mesin.
"Anak itu benar-benar ... biasanya dia membawa dua kotak sekali, sekarang bahkan satu kotak saja perlu waktu tiga puluh menit? dia pasti sengaja melakukan ini."
"Phi Pond, apa tidak ada air minum? aku haus," ucap White yang terduduk sambil mengipas wajahnya dengan tangan karena kepanasan.
"Bukannya disana ada botol air?" Pond menunjuk botol air yang terletak di atas meja tak jauh dari mereka.
"Maksudku air dingin. Disini panas sekali, ya ampun aku harus minum cairan isotonik agar aku tidak dehidrasi."
"Kau gila? isotonik katamu? biasanya kau hanya minum air putih untuk berhemat."
"Kenapa hanya minum air putih? di ruangan pengap seperti ini kita butuh minuman segar untuk mencegah dehidrasi,"
"Isotonik, penyegar, apapun itu Jika kau tak sayang uangmu, beli saja. Tapi mana mungkin, patungan membeli soda saja kau tidak mau,"
"Jadi kita bisa membelinya?"
"Tentu saja bisa. Siapa yang melarangmu membeli minuman di luar?"
"Hmm," White melihat kesana kemari, "Tak ada orang yang bisa diminta membelinya! seperti manager atau ..."
"Dasar gila, sadarlah! kau pikir kau artis? jaga ruang mesin saja, aku akan mengecek listrik di luar," Pond kemudian menengadahkan tangannya.
White kebingungan, dia lalu memberikan obeng kepada Pond, "Ini,"
"Aih, uangmu! kau bilang mau beli minuman!"
"Oh, uang? maaf," White mengambil kembali obeng dari tangan Pond, lalu memberikan Pond uang.
"Wah, ternyata sekarang kau kaya, ya? tentu saja. Kau tak pernah membelanjakan uangmu, dasar pelit."
Pond segera pergi keluar membawa kotak peralatannya. White terdiam , lalu melihat ke sekitar, "Jadi ... aku harus mengerjakan apa? membersihkan ruang mesin?"
***
"Phi Dew!" White melihat Phi Dew keluar dari ruang meeting. Tampaknya mereka sedang membahas masalah syuting lanjutan untuk drama yang diperankan White. White segera berlari menghanlir Phi Dew dengan senyum cerah di wajahnya.
"Body, kau standby di luar?" tanya Phi Dew begitu melihat White.
"Tidak, aku hanya berkeliling. Di dalam terlalu panas,"
"Memangbya mekanis boleh berkeliling?"
"Ah, a-apa tidak boleh?"
Phi Dew menatap Body, dia menggelengkan kepalanya, "Kau ini aneh sekali. Bagaimana keadaanmu?"
"Aku baik-baik saja?"
"Hah, terimakasih karena telah menyelamatkan White. Walau sekarang kami kerepotan mengatur jadwal, tapi aku bersyukur White selamat."
"Tak masalah, Phi."
"Tapi apa kau gila? kau sudah tahu waktu itu apo terlalu besar, tapi kau tetap menerobos kesana. Apa karena waktu itu aku memaksa mau mencari White?"
"Ternyata Phi Dew khawatir padaku. Dia bahkan mau mencariku?"
"Aku ingin menyelamatkan White, karena dia artisku. Jika terjadi sesuatu padanya, dramaku akan bermasalah. Aku harus mengulang proses syuting, dan sebagainya. Bayangkan berapa kerugian yang kudapatkan?"
"Ah, ternyata karena Phi Dew takut rugi? tapi aku tetap bersyukur."
"Sementara kau ... kau biasanya tak peduli padaku atau orang lain. Kenapa kau membayakan nyawamu dengan masuk kesana? setelah disana kau bisa memilih untuk tak membantunya. Tapi kau malah pingsan di sampingnya "
"Phi Body membahayakan nyawanya untuk menyelamatkanku? kenapa dia melakukan itu. Padahal dia kasar sekali padaku."
"Body ...."
"I-Itu karena ... rasa kemanusiaanku yang tinggi," White tersenyum.
"Kemanusiaan kepalamu. Aku harus pergi sekarang," Phi Dew beranjak, "Oh iya. Kenapa denganmu hari ini? dari tadi kau tersenyum saat bicara denganku. Itu agak aneh, tapi ... ternyata senyummu bagus juga."
Phi Dew berlalu meninggalkan White. White melambaikan tangan, dan segera bergegas ke ruang mesin, tempatnya tepatnya tempat Body, sang pemilik tubuh seharusnya berada.
***
White mondar-mandir sambil memainkan gawainya. Semua yang dia punya adalah miliknya sendiri kecuali tubuh dan rumah. White menyarankan agar mereka tidak bertukar alat komunikasi. Bayangkan jika penggemar, sutradara, dan terutama Zee menelepon dan memberikan pesan, sementara yang menerima pesan tersebut adalah Body yang pemarah. Bisa kacau semuanya.
"Apakah Ibu sudah pulang?" White menatap layar gawainya. Dia ingin menelepon ibunya, tapi dia ragu, "Jika aku mengirim pesan menanyakan keberadaan ibu, dan ternyata dia berada di depanku bagaimana?" White berpikir, "Baiklah, begini saja."
"Ibu ... test, test," White mengetik pesan, lalu mengirimkan oesan tersebut kepada Bu Lada. Beberapa detik kemudian Bu Kada membalas pesannya.
"Ada apa, White?"
White menarik nafas, lalu kembali mengetik, "Sepertinya, ponselku bermasalah, Bu."
"Kenapa? mau ibu suruh Phi New menenanimu ke pusat servis?"
"Ibu ...."
"Ibu belum bisa pulang sekarang. Masih ada beberapa hal yang harus diurus. Ibu akan hubungi Phi New, ya."
"Tidak perlu, Bu. Sepertinya sudah tak masalah. Kapan ibu pulang?"
"Hmm, mungkin dua hari lagi."
"Baiklah, jaga kesehatan ibu, dan jangan lupa makan."
"Kau juga, sayang."
White menutup gawainya, lalu tersenyum, "Ibu belum pulang ternyata. Kalau begitu ..." White menatap jam dinding, jarum jam menunjukkan pukul delapan malam, "Aku pergi saja."
***
"Wuaaa!" Body terlonjak, ketika mendapati White yang tengah berada di ruang tengah. White meminum s**u, sambil menonton dramanya sendiri di televisi.
"Kau ..." Body terbelalak lalu memeriksa pintu, "Bagaimana kau bisa masuk?"
"Phi lupa? ini rumahku, aku tahu kata sandinya."
"Hah, lalu kenapa kau disini?"
"Ibu masih di luar kota."
"Bukan itu jawaban yang kuinginkan."
"Aku akan tidur disini. Di rumah Phi ... maaf, kasurnya agak kurang nyaman, tubuhku selalu sakit setiap kali bangun tidur."
"Dasar anak manja!" Body mengambil remort televisi lalu mematikan televisi yang tengah ditonton White, "Kenapa kau menonton dramamu sendiri? kau tidak malu?"
"Aku hanya mengevaluasi aktingku."
"Mengevaluasi kepalamu,"
Body segera beranjak masuk ke kamar. White mengikuti Body dan ikut masuk ke kamar, Body sekali lagi terkejut melihat White sudah berada di belakangnya.
"Apa yang kau lakukan disini!"
"Ini kamarku, Phi. Mmm, aku akan tidur di kamar ibu. Tapi aku perlu bantalku."
Bantal yang White maksud adalah bonekaberuang berwarna putih yang terletak di samping tempat tidur.
"Wah! bocah ini luar biasa. Kau masih yakin dirimu laki-laki?"
"Kenapa?" tanya White polos. Body menunjuk boneka beruang yang sekarang dipeluk White dengan matanya. White mengerti arti tatapan itu, "Memangnya hanya perempuan yang tidur dengan boneka?"
"Bahkan sebagian besar perempuan tak tidur dengan boneka! aih, terserah kau saja. Sekarang keluar!"
White berbalik. Namun, ketika tiba di depan pintu dia berhenti dan menatap Body, "Phi ... kenapa kau lakukan itu?"
"Lakukan apa?"
"Menyelamatkanku saat kecelakaan itu. Kenapa kau melakukannya?"
TBC