Chapter 10

493 Words
Garrend tidak tahu kenapa, tapi suasana hatinya sedang sangat tidak baik. Kemarin, saat di Monarchy Bistro Bogor, pacar Biyan, yang merupakan saudaranya sendiri, tiba-tiba datang menjemput wanita itu padahal, wanita itu sudah mengatakan bahwa Ia akan mentraktirnya batagor dan mereka akan makan soto setelah dari sini,  dan Ia pergi begitu saja. Sepertinya wanita itu harus belajar arti dari apa yang Ia ucapkan. Garrend  baru saja bangun tidur dan melihat Biyan sedang memindahkan makanan dari plastik ke piring, Ia lalu menghampiri Biyan. "Itu apa, Bi?" "Fish and Chips. Kata Attar bapak suka ini." "Kamu beli?" "Saya yang masak dong. Saya liat di youtube resepnya." Garrend tidak bisa menahan senyumnya. Ia sangat menyukai fish and chips. Ia sempat menghabiskan masa kecilnya di London dan Ia sering sekali makan di sebuah kedai fish and chips bersama ayahnya. Sepuluh menit yang lalu, mood nya sedang buruk sekali dan sekarang, bahkan Ia tidak bisa menahan senyumnya, "Kok nggak masak disini?" "Tadi masak di tempat Attar, dia minta buatin juga. Ini enak loh Pak, tadi aja Attar makan dua." Garrend tidak tahu kenapa tiba-tiba Ia berubah menjadi remaja dengan emosi labil karena baru semenit yang lalu Ia tersenyum seperti orang aneh, dan sekarang moodnya menjadi jelek kembali. Ia berjalan ke meja makan tanpa berkata apa-apa dan memilih untuk menunggu makanannya disana. Tak lama kemudian, Biyan datang dengan satu tangan membawa piring berisi fish and chips dan tangan satu lagi memegang gelas berisi air. "Ini dia ikan dori tepung dan kentang a la Biyan." Biyan berujar dengan senang sambil meletakkan piring dan gelasnya di meja. Garrend memotong ikan tepung itu dan memasukan sedikit potongan ikan ke mulutnya. la lalu mendorong piringnya menjauh. Melihat itu, Biyan mengerutkan keningnya bingung. "Sudah dingin, Biyan.” Garrend berujar, lalu mengambil tissur untuk mengelap sudut bibirnya. Biyan menarik nafas panjang. "Bapak mandi dulu aja ya. Saya buatkan lagi yang baru." Garrend menggeleng. "Saya buru-buru." "Kalau gitu, Saya goreng ayam buat makan siang ya." "Nggak usah, saya nanti ada rapat sekalian makan siang. Saya mandi dulu." Garrend mendorong kursinya ke belakang, lalu berdiri dan berjalan ke kamar mandi. Mungkin mandi dengan air dingin bisa mendinginkan kepalanya. Biyan akhirnya membawa piring yang hanya dimakan sedikit oleh Garrend ke dapur lalu membuangnya. -- Garrend baru saja sampai di unit apartemennya sampai Ia merasakan perutnya yang lapar. Ia melemparkan tubuhnya ke sofa dan menyalakan TV. Selama seharian tadi, Ia hanya makan dua potong roti yang tersedia di pantry kantornya. Ia lalu mengeluarkan handphonenya dan memutuskan untuk mengirim pesan ke Biyan. Sebenarnya, Ia sedikit merasa bersalah karena tadi tidak memakan masakan wanita itu bahkan Ia sempat melihat raut kecewa dari wajah Biyan saat Ia mendorong makanannya. Garrend: "Habis dari kampus kamu kesini ya. Buatkan saya makan malam." Biyan: "Maaf saya nggak bisa kesana pak. Saya lagi diluar.” Garrend tidak membalas pesan itu. Ia mematikan handphonenya dan berusaha fokus untuk menonton TV. Matanya memang memandang ke arah TV, namun pikirannya tidak disini, jauh entah kemana. No, this isn't right. --
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD