Chapter 6

556 Words
Garrend masih tertidur saat Biyan datang. Biyan datang pagi-pagi sekali membawa ayam serta bumbu yang Ia gunakan untuk mengolah ayam mentah menjadi ayam taliwang. Garrend mengiriminya pesan semalam kalau laki-laki itu mau ayam taliwang yang pedas untuk sarapan. Seakan laki-laki itu tidak ada masalah pada perutnya sehingga santai saja memakan makanan pedas pagi hari. Garrend keluar dari kamarnya dengan sebuah kaus berwarna abu-abu, dan celana pendek untuk tidur. Ia masih sangat mengantuk, sebenarnya. Tapi Ia malah keluar kamar dan berjalan kearah meja makan yang sudah dipenuhi oleh makanan. Ia duduk di kursi dan menyendok nasinya. "Abiyan." Panggil Garrend dengan suara agak keras. Ia tidak tahu dimana Biyan, jadi Ia berteriak untuk memanggil wanita itu. Abiyan muncul tidak lama kemudian dengan kausnya yang sedikit basah terkena air ketika sedang mencuci baju. "Kamu sudah sarapan?" tanya Garrend yang masih dengan muka bantalnya—namun tidak menutupi ketampanannya "Sudah. Saya langganan bubur di sebelah Indomaret depan." Garrend yang tadinya ingin mengajak Abhiyan sarapan bersama, mengurungkan niatnya. Ia malah bertanya, "Kok ayamnya nggak pedas?" "Kalau pencernaan Bapak baik-baik saja, saya sudah masukkan cabai seplastik." "You sound like my mom, Biyan. Nanti tolong siapkan makanan untuk saya ke kantor, ya." "Iya, Pak." -- Garrend telah rapi dengan setelan kerjanya lalu berjalan ke ruang makan apartemennya. Ia menenteng tas kerjanya yang entah apa itu isinya. Ia menyukai ayam taliwang yang dibuat oleh Abhiyan dan Ia berencana memakannya saat makan siang nanti. "Kok pakai kertas coklat?" protes Garrend saat melihat 'bekal' untuk makan siangnya. "Saya sudah mencari kotak bekal selama 15 menit dan saya nggak bisa menemukan kotak bekal disini." Jawab Abhiyan. Garrend baru mengingatnya, Ia memang tidak pernah punya kotak bekal. "Yasudah saya bawa ini saja. Kamu mau bareng sekalian ke kampus?" tanya Garrend yang melihat Abhiyan sudah rapi dengan setelan untuk kuliahnya. Wanita itu menggeleng. "Saya ke kampus bareng Attar." Garrend dan Abhiyan sama-sama tidak mendengar pintu yang terbuka namun Ia melihat Attar yang tiba-tiba ada di dalam apartemen Garrend. Sang pemilik apartemen pun tidak tahu darimana Attar bisa tahu password apartemen Garrend. "Hai Mas, Hai Bi." "Hai, Tar." sapa Biyan sedangkan Garrend sama sekali tidak menanggapi sapaan sepupunya itu.  "Tumben bekalnya beli di warteg," komentar Attar saat melihat Garrend membawa kantong plastik bening yang berisi sesuatu di bungkus kertas coklat. Abhiyan tidak dapat menahan tawanya. "Ini kerjaannya Biyan, Tar." gerutu Garrend. "Nanti saya beli kotak bekal untuk Bapak." ujar Biyan. Garrend mengangguk. "Beli goodie bag juga ya sekalian. Saya pergi dulu Attar, Abhiyan." -- Garrend sudah mengirim pesan pada Abhiyan untuk datang ke apartemennya pagi-pagi sekali karena laki-laki itu harus ke Bandung dan Ia meminta Abhiyan untuk menyiapkan bekalnya. "Ini apa, Abhiyan?" protes Garrend saat melihat dua kotak bekal untuk sarapan dan makan siang berbentuk animasi kepala gajah berwarna abu-abu dan biru. Abhiyan juga menyiapkan jus jambu kemasan dan air mineral yang Ia masukkan ke sebuah goodie bag bergambar bumi dengan tulisan 'SAVE EARTH'. "Itu ikan gurame fillet sama bayam goreng tepung." "Maksud saya...kotak bekal ini." "Itu gambar gajah, Pak." "Saya tahu...tapi yang benar saja." Abhiyan merasa Garrend akan menyukai kotak bekal yang baru Ia beli kemarin. Padahal, Attar mengatakan kalau kotak bekal itu lucu. Lagipula kotak bekal itu bersekat jadi makanannya tidak tercampur satu sama lain. "Saya bungkus kayak kemarin saja ya, Pak." Abhiyan mengambil goodie bagnya, namun Garrend merebutnya kembali. "It's okay. Saya sudah telat. Saya pergi dulu." --
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD