The Secret

2125 Words
PLAK! Sebuah tamparan didaratkan pada Mikail yang baru saja keluar kamar mandi. Setelah semalaman rontaan Katarina tidak berguna dan pukulannya hanya dianggap gangguan kecil, kini Mikail benar-benar merasakan pukulan yang kuat itu. “Aku bukan jalang yang bisa kau gunakan sesuka hatimu, bajingan.” Dengan mata yang bergetar menahan air mata, dan wajah yang memerah, Katarina melanjutkan, “Aku akan pulang sekarang juga, sebaiknya kau panggil supir kemari.” Kemudian berlalu ke kamar mandi, disanalah Katarina meneteskan air mata, tapi punggungnya tetap tegap dengan wajah tanpa ekspresi. Tidak apa, Katarina, ucapnya pada diri sendiri. Tapi hal itu tidak akan membantu apapun, sebab Mikail belum juga memanggil sang sopir setelah Katarina selesai mandi dan berpakaian. “Kau tidak akan pergi kemanapun. Kau akan melayaniku disini,” ucap Mikail menghadang Katarina yang hendak keluar. “Minggir, Mikail. Sebelum aku kembali menamparmu.” “Sebelum kau menampar, mungkin kau ingin mengangkat panggilan dulu?” Mikail bertanya dengan penuh penekanan. Satu tangan menahan pintu untuk terbuka. Katarina terpaksa mengangkat panggilan dari ibunya. Yang tentu saja membuat air matanya menetes tatkala manik itu masih bertatapan dengan Mikail. “Nak? Kau sudah meminta pada Mikail? Kami butuh segera. Mama ingin mengoperasikan lagi pabrik, Yang Mulia.” “Bersabarlah, Mama,” ucapnya dengan suara parau. Menutup panggilan dan langsung membuat Mikail menariknya kemudian menghempaskannya ke atas ranjang. “Apa yang kau lakukan, Sialan?!” Mikail terkekeh, menindih tubuh Katarina dan menahan kedua tangannya yang hendak memberontak. “Kau ingin uang itu? Maka layani aku.” “Lepaskan, Mikail! Aku bukan jalang! Perlakukan aku dengan baik, Sialan!” “Diam atau aku tidak akan memberimu uang!” “Berhenti mengancamku! Beraninya kau melukai har- Hmpphhhh!”bibirnya lebih dulu dibungkam oleh ciuman, tangan Mikail yang satunya merobek pakaian Katarina dalam satu tarikan. “Hmmphhh! Hmphhh!” ciumannya begitu dalam, sampai Katarina kewalahan tatkala lidah itu masuk ke dalam mulut. Begitu ciuman terlepas, Katarina sudah tidak bertenaga. Mikail dengan tatapan mata yang tajam, berucap penuh penekanan, “Kau harus melayaniku dengan baik selama satu minggu disini. Dan jangan pernah berani menggoda orang lain. Keluargamu menjualmu padaku, itu artinya kau milikku. Sekarang, buka kakimu dengan benar, Katarina.” Dibungkam lagi dengan ciuman, tidak memberi celah untuk Katarina berontak. Tubuhnya dibuat kewalahan, dipaksa membuka kaki lagi dengan kalimat yang begitu menyakitkan dia dengar, “Patuh padaku agar keluargamu baik-baik saja.” Sementara itu disisi lain, Polina yang sudah menyiapkan kamar sang Duchess mendapatkan kabar kalau Katarina akan disana full satu minggu. Andrei, butler Mikail secara langsung memberitahu dan meminta pakaian ganti yang banyak untuk Katarina. “Apa mereka benar-benar berbulan madu, Andrei? Sepertinya Duke sudah mulai membuka hatinya ya?” “Tidak tahu, aku hanya focus pada kenyamanan Duke,” ucap Andrei segera membawa perlengkapan yang di siapkan. Itu menjadi bahan untuk Polina mengganggu Alaya, sengaja setiap saat akan berkata, “Alaya, mereka meminta baju lagi. Ughhh, apa ya yang mereka lakukan disana? Apa kau tidak curiga? Mereka tidak bisa dihubungi bukan?” “Siapa yang melewatkan wanita secantik Duchess? Berpendidikan juga? Itu jauh lebih baik daripada seorang pelayan bukan?” “Jika Duchess pulang dalam keadaan hamil, anaknya pasti akan cantik atau tampan.” Dan berhasil membuat Alaya terganggu. Suatu malam ketika Polina kembali mengganggunya, Alaya pun pergi berlari ke kamar sang kepala pelayan, mengadu pada Olga, “Aku tidak bisa tidur di kamar Duke, pelayan itu terus menggangguku dan mengatakan kalau Duke akan meninggalkanku, Bibi… hiks… dia menyakitiku.” “Oh sayangku…. Kemarilah, Nak.” Memberikan pelukan pada anak yang dia besarkan. “Kenapa kau meragukan Duke? Kemarin dia hanya dijebak, Alaya. Dan sekarang dia mungkin punya kepentingan yang lain. Kau tahu betapa Duke mencintaimu sampai dia rela melepaskan gelar bangsawan.” “Hiks… tapi… tapi Katarina itu licik, Bibi… dia bisa saja mempengaruhi Duke. Terlebih… dia sudah menjadi Duchess sekarang, dia akan bersama Duke terus.” “Kau yang meminta Duke bertahan di keluarga ini saat dia hendak memilihmu, Nak. Kau yang menginginkan ini ‘kan?” “Tapi… hiks… aku tidak menginginkan posisi Duchess diisi orang lain.” “Lalu apa yang kau inginkan?” “Hiks… aku ingin menjadi Duchess…. Apakah itu mungkin, Bibi?” Olga sampai berhenti mengelus rambut Alaya. “Itu… sebuah kemustahilan. Aturannya mengatakan harus dengan sesame bangsawan, Nak. Kau bisa memiliki Tuan Mikail sebagai kolonel, kau menjadi istri kolonel.” “Tidak… hiks… aku ingin istana, aku ingin hidup seperti mimpi masa kecilku… hiks… Bibi… bagaimana ini? kepalaku sakit… hiks… bagaimana jika Duke tidak mencintaiku lagi? Hiks….” *** Dengan sisa hari yang tersisa, Katarina benar-benar melayani Mikail. Pria itu gelap mata, pulang ke Dom Komandria hanya untuk menidurinya. Katarina tidak benar-benar memasrahkan dirinya, dia melawan Mikail jika pria itu sudah keterlaluan dengan melawannya dengan pukulan, ya meskipun pada akhirnya Mikail juga menghabisinya di ranjang. Vadim yang menjadi penyebabnya. Sang mertua memberitahu saat Katarina pulang ke Zamok Belogorie. Hubungan Mikail dan Vadim memang tidak baik sejak kecil, mereka tumbuh dengan kehidupan yang timpang. Titik yang membuat Mikail kesal sebab sebelumnya Alaya pernah menaruh hati pada Vadim sebelum Mikail memilikinya. “Apa yang terjadi, Katarina? Kau tidak bermasalah dengan Vadim kan?” Tanya Natalia. “Tidak, Ibu. Kami hanya bertemu sebentar.” “Kau pulang dalam keadaan lemah seperti ini, apa Mikail membuatmu kewalahan?” Katarina yang duduk di ranjang sambil bersandar itu terkekeh, kesempatan untuknya ketika Alaya masuk membawakan teh. “Iya, dia membuatku kewalahan di atas ranjang, pengantin baru memang seperti itu ‘kan, Ibu?” Berhasil membuat air wajah Alaya berubah sendu, segera menyimpan teh dan berpamitan untuk kembali ke pondok dan focus untuk mendesain. Ucapanya saja sampai bergetar. Katarina dijemput pulang setelah satu minggu berada disana, Mikail harus tinggal karena banyak pekerjaan. Dengan keadaan yang lemah habis digempur berhari-hari, jelas Katarina memamerkannya pada Alaya. “Kalau begitu istirahatlah, besok kau harus kuliah lagi, dan minggu depan ada acara kebangsawanan di luar kota. Kau akan menghadirinya bersama Mikail.” “Baik, Ibu.” “Ibu berharap segera mendapatkan cucu, Katarina. Semoga hubunganmu dan Mikail baik-baik saja.” “Kami baik, sudah lebih dekat dari sebelumnya,” dusta Katarina yang enggan memberitahukan apa yang sebenarnya terjadi. Begitu Natalia keluar kamar, barulah Katarina merengek pada Polina. “Tubuhku remuk, dia tidak berhenti menyetubuhiku, Polina. Dia dengan amarahnya yang tidak surut.” “Anda yakin?” tanya Polina. “Pasti anda memancingnya juga ‘kan, Yang Mulia?” “Yahhh tentu saja, aku berusaha membuatnya kepanasan dengan memuji Vadim beberapa kali, berakhir dengan yaa… setidaknya aku beberapa kali memberikan tamparan padanya, memukulnya juga.” Polina menghela napas sambil menuangkan teh untuk sang majikan. “Jadi disana kalian hanya saling memaki dan bergelung di atas ranjang?” “Setidaknya ada kemungkinan sosok kecil tumbuh disini, Polina.” Mata Polina membulat saat Katarina mengelus perutnya, dengan senyuman yang tulus dan mengingatkannya pada remaja yang jatuh cinta dalam diam. “Yang Mulia….” “Siapa tahu jika anak ini lahir, dia akan berubah.” “Anda masih mengharapkan cintanya?” “Ya, dan aku akan membuat keluarga Zhukov tergantung dengan kontribusiku terhadap mereka. Jadi ayok pergi ke pondok belakang sore ini, aku ingin si pirang yang mengukur gaunku.” Tentu saja dengan berbagai rencana di kepala Katarina. Peringatan Polina pun diabaikan, dia ingin menyingkirkan perempuan itu, membuatnya merasa kecil dan tahu diri sebagai pelayan. Sementara dirinya datang sebagai seorang Duchess sore itu. Membuat Alaya yang ada di beranda rumah itu langsung membulatkan mata terkejut. “Kenapa… anda datang kesini?” “Bicara dengan sopan pada Duchess!” Polina memperingati. “Kau mungkin kekasih Mikail, tapi yang menjadi istri dan Duchess tetaplah aku, Pirang. Sapa aku dengan benar.” Matanya sudah berkaca-kaca saat harus melakukan curtsy. “Yang Mulia… mungkin anda harus ingat terakhir kali diminta bersujud dihadapan saya dan dipermalukan oleh Duke.” Katarina tertawa. “Itu tidak membuat mentalku terganggu. Aku biarkan jebakanmu itu berhasil, dan aku mengizinkan Tuhan untuk membalasnya sendiri. Bukankah itu lebih menakutkan?” Katarina masuk lebih dulu ke dalam pondok, mengedarkan pandangan dan berdecak, “Ck, kau bercinta dengannya di tempat kecil ini? Tidak nyaman sekali. Paling mewah di kamar Duke ya?” kemudian membuka coatnya. “Untung saja posisiku sebagai istrinya, jadi bisa melakukannya di tempat nyaman dan lebih mewah.” Alaya terpaku melihat kissmark yang memenuhi tubuh Katarina, bahkan bitemark juga dia dapatkan. “Apa yang kau lihat? Lekas ukur gaun Yang Mulia!” “Tenanglah, Polina. Dia sepertinya sedang terkejut. Yah… ini hasil seminggu tinggal di Dom Komandria.” **** “Sejauh ini urusan terkait bangsawan bisa diurus oleh Duchess, Yang Mulia. Semua kerjasama, alur keungan juga. Duchess mengawasi dengan baik,” lapor Andrei yang sedang mengemudi. “Anda bisa focus dengan militer anda, Yang Mulia. Tidak perlu ada yang harus dikhawatirkan.” “Baguslah, urusan militerku sedang tidak baik-baik saja. Aku butuh istirahat.” “Alaya meminta saya untuk mengantarkan anda langsung ke pondok, Yang Mulia.” Terdengar helaan napas Mikail dari bangku belakang. “Baiklah, kita pergi kesana dulu.” “Saya akan menunggu anda di halaman, Yang Mulia.” Begitu mobil berhenti. Mikail seolah sudah tahu, kalau Alaya akan menunggu di ambang pintu dengan manik berkaca-kaca. “Kenapa, Alaya-ku?” Membuat tangisannya seketika meledak, terisak dalam pelukan Mikail dan memintanya untuk menggendong dan masuk ke dalam. “Terus… hiks… peluk aku… cium aku, Yang Mulia… jangan berhenti… hiks… jangan berhenti melakukan itu.” “Alaya tenanglah, apa yang kau khawatirkan?” tanya Mikail duduk di bibir ranjang dengan Alaya di pangkuannya. “Kau masih meragukan aku tidak menyayangimu?” “Anda tidak membawakanku bunga dan hadiah, Yang Mulia… Hiks…” “Maaf, terlalu banyak urusan di militer. Aku akan membawakanmu bunga sepulang dari acara malam ini. Bagaimana?” “Hiks…. Dan Duchess… dia menggangguku.” “Apa yang dia lakukan?” tanya Mikail penuh penekanan. “Dia menyakitimu?” “Dia… hiks… mengatakan aku tidak pantas bersanding denganmu…. Hiks… dan dia melakukan banyak hal bersama anda di dom komandria. Aku melihatnya…. bagaimana tubuhnya penuh… hiks…” Mikail diam menunggu apa yang akan dikatakan Alaya, tapi perempuan itu malah merengek memintanya bicara. “Kau sendiri yang mengatakan dia bukan wanita baik. Dia mencoba menggoda laki-laki lain, itu bisa merusak reputasi, Alaya. Aku mencoba menjadi apa yang kau minta, menjaga nama keluarga?” Mikail menghembuskan napasnya kasar. “Jika kau tidak nyaman, aku masih bisa melangkah pergi dari keluarga Zhukov dan me-” ucapan Mikail terpotong oleh ciuman Alaya, kemudian perempuan itu menggelengkan kepalanya. “Jangan… aku suka di istana ini, Yang Mulia. Dan… aku tahu betapa anda menyayangi Nyonya Natalia.” “Baiklah.” Alaya segera memeluk Mikail, mengalihkan pembicaraan dengan meminta waktu di hari lain untuk mereka berdua, meminta Mikail menjanjikan hati hanya untuknya saja dan jangan terbagi dengan yang lain. Itu membuat Mikail sedikit terganggu. Setelah dia masuk ke dalam mobil lagi, Mikail bicara pada sang butler. “Alaya mencemaskan hal yang tidak-tidak.” “Saya pikir dia memiliki… Attachment Anxiety, Yang Mulia.” Itu adalah kondisi di mana seseorang sangat takut akan penolakan atau ketidakcocokan dalam hubungan, cenderung panik ketika merasa ada jarak emosional dari pasangan atau orang yang mereka sayangi. Orang dengan kecemasan keterikatan sering kali sangat membutuhkan kasih sayang dan perhatian konstan untuk merasa aman. Yang mana membuat Mikail terkekeh. “Kenapa dia harus haus kasih sayang? aku sudah memberikannya cukup banyak.” Pria itu tidak terlalu memikirkan Alaya, saat ini focus dulu pada tugasnya sebagai Duke, mengesampingkan segala permasalahan di pangkalan militer. Suara batuk sang Nenek ketika melewati koridor menghentikan langkah Mikail, sosok itu tengah berada di Galeria Zhenshchiny, atau ruang potret keluarga. Pintu yang sedikit terbuka membuat Mikail bisa mendengar, “Sergei, cucumu berhasil menjadi apa yang kau mau. Dia seorang Duke dan kolkov yang hebat. Sebentar lagi dia akan naik pangkat menjadi general. Kau pasti bangga bukan?” Mikail diam disana sejenak. “Tapi aku minta maaf jika suatu hari nanti tidak bisa menjaga keluarga. Mikail jatuh cinta pada perempuan yang tidak akan pernah dia bisa jadikan Duchess. Seorang pelayan rendahan, tapi Mikail mencintainya. Aku tidak bisa menahan lebih lama, meskipun aku berdoa Mikail beralih pada Katarina yang cantik itu. Aku akan minta maaf sekarang, sebelum ajal lebih dulu menemuiku.” Sebelum Mikail mendengar lebih banyak, dia melanjutkan langkah ke kamarnya. Kepalanya sudah pusing memikirkan banyak hal. Namun sebelum mencapai pintu, Mikail dihentikan oleh Katarina yang tiba-tiba keluar dari kamar dan menghadangnya. “Menyingkir, Katarina.” “Tidak mau, aku ingin menunjukan sesuatu padamu.” “Menunjukan apa?” Katarina menunjuk langit-langit. “Ada CCTV disana, aku baru mengetahuinya. Beruntungnya masih berfungsi walaupun tidak ada yang merawat dan mengawasi.” “Apa yang ingin kau katakan?” Katarina terkekeh. “Aku pergi ke ruang pengawasan yang terbengkalai di bawah tanah. Kau tahu apa yang aku temukan?” Katarina terkikik. “Rekaman si pirang itu menjebakku, dia menjatuhkan dirinya sendiri. Mau lihat?”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD