Segala persiapan telah di lakukan, wanita itu sekarang sedang bertarung nyawa demi sang buah hati. Alvin tampak tenang walau sebenarnya dia cemas. Saat wanita itu mengejan aura wanita itu berubah-berubah, di sertai dengan langit yang gelap namun tidak hujan.
Alvin sadar bahwa ada yang salah dengan proses persalinan ini, setiap kali akan mengejan selalu saja di sertai dengan suara petir yang menggelegar.
Alvin tak bisa memberi keputusan sendiri, bergegas ia keluar untuk mencari suami dari wanita yang tengah hamil itu.
Namun, ia tidak dapat menemukan keberadaan sang suami, kampung ini sepi tak berpenghuni. Alvin terus berjalan hingga menemukan padang ilalang yang di penuhi dengan ratusan manusia yang sedang melakukan ritual. Di tengah ritual mereka, Alvin tidak percaya dengan yang ia lihat, seekor ular kuning besar terbujur kaku di tengah kerumunan.
Mereka mengetahui keberadaan Alvin. Hingga akhirnya dokter berambut lurus itu di seret paksa di tengah kerumunan dan seorang pria tua pemimpin dari mereka mendatanginya.
Duaarrr!!!
Kilatan petir terus menyambar saling bersahut-sahutan seakan petir itu ikut berpesta menunggu kelahiran seseorang.
“Kenapa kamu melanggar peraturan yang sudah kita sepakati?” tanya pria tua itu. “sekarang kamu harus menyelamatkan bayi itu jika ingin kalian selamat.”
Alvin akhirnya kembali ke gubuk kecil, untuk melihat keadaan wanita hamil yang tadi sempat ia temui. Wanita itu masih saja di selimuti aura gelap.
Dengan arahan dari Dokter Alvin, proses persalinan yang sangat lama akhirnya membuahkan hasil, kepala bayi terlihat, tangisan bayi yang menggema, dan ketika itu pula langit gelap menjadi cerah. Alvin dan Irma terperanjat kaget ketika bayi mungil yang di gendong Irma tidak sempurna, tubuh bayi mungil itu bersisik dan kakinya satu seperti ular.
Irma yang melihat kejadian itu pun teriak ketakutan dan hampir saja bayi yang dia gendong lepas dari pelukannya. Bayu menggendong bayi mungil itu dan memberikannya kepada Dokter Alvin.
Pria tua itu tersenyum, tampak kebahagiaan dari rona wajahnya hingga akhirnya ia menutup mata bersyukur kepada Hang Nyang Widi.
Gelang tali merah bertuliskan huruf A, yang di pakai oleh Alvin, dia ikatkan pada tangan kiri wanita yang baru saja melahirkan itu sebagai tanda kasih.
Dari luar terdengar suara penduduk warga yang bersorak gembira, kampung yang tadinya sepi tak berpenghuni, kini menjadi ramai. Pria tua dan suami dari wanita itu pun menghampiri Alvin.
“Terima Kasih, sudah menyelamatkan keturunan raja kami,” ucap pria tua itu.
Mereka bertiga meninggalkan kampung tersebut dan ketika menyeberangi sungai, banjir bandang menerpa mereka hingga hanyut terbawa air sungai.
“Tolong ...!” teriak Alvin, ketika air sungai menghanyutkannya.
“Dokter ... pasien sudah sadar!” teriak perawat yang menjaga Alvin di Rumah Sakit.
Perlahan Alvin membuka mata, sudah dua minggu lamanya dia berada di dalam rumah sakit tidak sadarkan diri.
Sedangkan Irma dan Bayu masih dalam keadaan koma, akibat kecelakaan tunggal dua minggu yang lalu.
“Apakah ini hanya bunga tidurku. Benarkah yang aku alami hannyalah mimpi! Ataukah banjir bandang itu yang membuatku sampai di rumah sakit ini.”
Pertanyaan itu terlalu berat untuk Alvin yang baru saja tersadar dari koma. Ia berusaha semampunya untuk mengingat kembali dengan pelan-pelan.
“Alvin! Apakah kamu mendengar saya.” panggil seorang dokter.
Ia kaget dan hanya berkedip untuk memberikan kode, karena suara Alvin seperti tersekat sulit mengucapkan kata-kata.
“Sudah jangan di paksakan. Nanti kalau sudah ada perawatan pasti akan bisa.
“Apa yang sebenarnya terjadi padaku?” tanya Alvin penasaran.
Saat Alvin akan di pindah ke ruang perawatan, ranjang Alvin berpapasan dengan seorang pasien yang tubuhnya terbujur kaku. Tangan yang berada di ranjang itu pun tiba-tiba keluar dari selimut yang telah menutup seluruh tubuhnya.
Alvin yang belum bisa bicara, namun bisa menggerakkan kepalanya hingga bisa melihat siapa yang lewat.
Dokter muda itu kaget ketika melihat tangannya terdapat gelang yang hampir sama dengan yang ia berikan kepada wanita dalam mimpinya semalam.
“Pasien kenapa suster?” tanya seorang yang berada di sampingnya.
“Dia pasien kecelakaan, Kak. Tadi malam. Di temukan di tepi jalan raya Hutan Jati dalam keadaan hamil, dan janinnya menghilang.
Seketika itu juga Alvin bertambah bingung. Jantungnya berdetak dua kali lebih cepat dari biasanya. Namun, ia tidak dapat bertindak apa pun karena tubuhnya masih sakit dan kaku untuk digerakkan.
Hari demi hari berlalu setelah satu bulan mendapatkan terapi, kini Alvin bisa sembuh.
Sementara Bayu harus meregang nyawa karena operasinya gagal dan Irma bisa diselamatkan dengan kaki yang masih pincang.
Irma masih harus mendapatkan perawatan dan terapi oleh pihak rumah sakit. Keluarganya sangat peduli setiap hari mereka berkunjung membuat Alvin iri melihatnya. Sementara Alvin yang terlahir yatim piatu hanya mampu memandangnya.
***
Pagi ini adalah hari yang cerah. Alvin melangkah dengan pasti menuju puskesmas untuk menjadi dokter sementara.
Daerah yang Asri di bawah gunung Rinjani, dengan penduduk yang begitu ramah membuat dokter tampan itu betah.
Hari demi hari ia lalui hingga akhirnya masa praktiknya di sana telah selesai dan membuat Alvin harus segera pulang ke Surabaya, untuk melanjutkan sekolah residen yang ia harapkan dari dulu.
Dalam perjalanan menuju bandara. Alvin harus merasakan ketakutan dan bulu kuduknya mulai meremang, ketika mobil yang ia tumpangi melintas hutan jati yang dulu membuatnya celaka.
Jantung Alvin berdetak kencang ketika melihat seorang pria berdiri di tepi jalan dengan menatapnya tajam dan Alvin melihat banyak ular yang melilit tubuh Bayu.
“Bayu!” ucap Alvin dengan kedua tangannya memegang kaca mobil.
“Ada apa, Dok!” tanya Tio yang mengemudikan mobil.
“Tidak apa-apa?”
Tio, kembali melajukan mobilnya dan berhenti di pintu masuk bandara.
“Dok, maaf! Saya tidak bisa membantu hingga ke dalam. Karena saya harus kembali ke desa.
“Gak apa-apa, Tio. Aku berterima kasih sekali kamu mau mengantarku.”
Alvin merangkul Tio dan melambaikan tangan hingga akhirnya Alvin sudah tak terlihat dari pandangan Tio.
Selama berada di pesawat, Alvin masih mengingat satu per satu kejadian yang ia alami di sana.
Alvin tak berbeda jauh dengan Sekar. Semasa kecil hingga sekarang tak pernah lepas dari gangguan makhluk halus.
Pengalaman pertama ia membantu melahirkan, membuatnya ingin menjadi seorang residen Obgyn. Alvin memilih untuk menjadi dokter kandungan agar ia bisa menyelamatkan ibu dan bayi agar tidak mengalami apa yang Alvin lalui selama ini.
Alvin harus menjadi yatim ketika ibunya meninggal saat melahirkan dirinya.