Perjalanan mulai dilanjutkan setelah Mahgrib, Hutan jati yang mereka lewati menuju Desa Bojong memanglah sangat sepi. Jalanan yang berbatuan tanpa penerangan membuat suasana semakin mencekam. “Ini masih jauh, Mak?” tanya Alvin. “Lumayan!” jawab Mak Asih. “Kamu kenapa Sekar?” tanya Alvin yang melihat Sekar sedari tadi memalingkan muka dari kaca jendela. Alvin mengulurkan tangan kirinya, Sekar yang menyadari hal itu akhirnya menyambut tangan Alvin. Genggaman tangan Alvin membuat Sekar sedikit lebih tenang. Gangguan dari makhluk tak kasat mata mulai berkurang. Sementara itu Mak Asih yang berada di belakang hanya senyam-senyum melihat tingkah laku mereka. “Sepertinya kekuatan cinta bisa menjadi penyembuh yang paling kuat!” Mendengar ucapan Mak Asih Sekar dengan sigap melepas genggam