Edisi Sepi

536 Words
Edisi Curhat, saya jadi penasaran dengan kemampuan saya dalam menulis. Masa iya, hanya 200 kata, 300 kata, 500 kata, 600 kata, 700 kata, 1000 kata, 1500 kata paling mentok.  Emang beneran saya seburuk itu atau kemampuan saya hanya seperti itu, saya tidak percaya dengan hal itu. Kalau memang segitu, mengapa ada orang mampu menulis sampai 3.000 kata per episode. Penisisrin, apa rahasia mereka? Saya juga seharusnya bisa, jika ada orang bisa. Saya percaya Tuhan memberikan kemampuan yang luar biasa untuk manusia yang mau berusaha. Masa iya? Jadi, saya ingin improve my quality anda my quantity. Caranya ya, saya menulis sampai saya bisa mencapai batas maksimal. Itu tidak mudah dan bisa dilakukan. Sudah 20 episode, sudah 20 hari saya menulis disini. Semua baik baik saja selama ini. Saya juga menikmati semua prosesnya, saya juga menikmati kemalsan saya, saya juga menikmati hal-hal diluar jangkauan saya. Semua saya nikmati, karena saya ingin melihat diri saya sendiri dalam menulis n****+ yang dicampur dengan curhatan. Bagi saya tidak masalah, bagi editor, saya tidak tahu dan saya tidak mau tahu. Hahahaha. Jahat ya, sabar saja. Kalau sudah 20  hari, seharusnya saya bisa lebih baik dalam mengelola cerita, saya harusnya lebih mampu mengatur alur cerita dan semua yang berhubungan dengan tulisan ini. Sayangnya, saya masih serampungan dan masih suka menulis sesuaka diri saya sendiri bahkan, mencampur adukan antara n****+ dan curhatan. Habis tidak ada saya temani curhat, ya saya curhat disini. Hal-hal yang perlu dipelajari? Tidak ada. Bagi kalian yang ingin menjadi penulis saja dulu dan belajar diperjalanan dalam penulisan. Kalau, kalian ingin belajar saja tanpa praktek, hasilnya Nol. Seperti ketika kalian tidak menemukan ide cerita, kalian tulis saja semua ide cerita kalian dan konsisten menulis, nanti akan menjadi cerita sendiri dengan beragam editing. Baik editing personal maupun editing dari editor yang baik. Ini baru sekitar 300 kata, saya sudah malas. Sudah mau selesai saja mengetik. Apa yang salah? sepertinya saya harus menerapkan mengetik 10 jari agar jari-jariku tidak lelah sebelah. Malah jadi penyakit jika diteruskan. Bagaimana menurut kalian?  Lelah juga mengetik dengan 10 jari. Saya harus semangat melakukan ini. Kuingin jariku menari dengan lincah di tuts keyboard. Sabar. Sabar. Sabar. Semua harus pelan pelan seperti ini. Tidak tidak saya akan tetap menulis, sampai benar-benar mencapai batas maksimal. 5000 kata-kata. kata apa itu? Kata apa saja yang bisa ditulis, saat kita tidak memiliki kata untuk ditulis. Saya sudah tidak pernah lagi membaca buku n****+ dan diminta menulis n****+, apa yang saya tuliskan. Khayalan. Meskipun begitu saya masih hobi membaca kitab suci setiap hari, jadi lumayanlah untuk menulis kata-kata bijak dari kitab suci.  Kitab suci lumayan berguna bagi saya, dalam penyelesaian konflik-konflik dan penokohan karakter. Sayangnya, 3 orang dalam cerita ini belum saya beri karakter yang kuat. Karena mereka sangat dekat dan mereka memiliki karakter yang sama. Sama sekali tidak bisa menimbulkan konflik yang menguncang pembaca dan penulis. Oh, per-spasi terbaca disini. Tuh kan saya sudah mulai kehabisan kata-kata. Apalagi yang dituliskan atau curhatan saya dan penderitaan saya habis dalam episode ini. Sepertinya begitu. Sepertinya isi kepala saya habis, atau kepala saya tidak berisi.  Betul-betul tidak seru jika memang seperti ini. Saya harus move dari cerita ini.Move ke Free Will. Okelah, saya Move On dipaksa juga tidak ada hasilnya. Jeruk Purut, saying good bye
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD