Bambu

218 Words
Jika saja hari adalah milikku,  bisakah kita memilih. Tentu tidak,  karena hari bukan milik kita. Hari adalah oersimpangan waktu yang dipinjamkan untuk dimanfaatkan.  Hari itu adalah hari sulit bagi saya. Menapaki waktu yang akan jadi cerita dari waktu.  Aku memilih diam,  bukan berarti aku bisu. Aku diam karena tidak tahu,  kata untuk diucap. Semua adalah beku.  Hanya ada elusan didada untuk menenangkan.  Namanya Bambu, hanya bambu. Tidak ada tambahannya. Tidak memakai muhammad, sebagai tanda dia seorang muslim, tidak memakai nama daniel yang menandakan dia kristen,  dan tidak memakai nama Nyoman,  sebagai tanda dia dari bali.  Namanya hanya Bambu saja (nama penulis berikan untuk seorang lelaki) berusia sama dengan Jeruk Purut. Berusia sama dengan Randu, Berusia sama dengan Jati. Mereka dilahirkan ditahun yang sama. Hanya berbeda bulan dan tanggal lahir. Tidak masalah,  toh mereka sekarang sedang bersama.  Bambu berasal dari kelurga bambu,  bambuan. Sebagai keluarga bambu tentu bambu merasa bangga dengan keluarganya. Begitu pula dengan teman temannya.  Bambu memiliki keluarga besar,  keluarga yang sama sama memiliki rasa kasih sayang dan ikatan harmonis. Memiliki gen yang mengalir dalam diri mwreka menjadi ikatan yang sangat dekat. Apalagi memiliki nasib yang sama.  Bernasib sebagai keluarga bambu. Berbeda namun sama saja, pada hakikatnya setiap makhluk memiliki fungsi masing masing. Entah negatif atau positif itu adalah bagian daro pemberian Tuhan yang tidak nisa dibantah. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD