Chapter 4

1059 Words
Rendra tersenyum lebar saat melihat temannya, Keanu, akhirnya terlihat keluar dari salah satu gerbong kereta jurusan Jakarta-Bandung. Lengannya terbuka lebar memeluk Keanu. “Wilujeng Sumping.” sapa Rendra dengan logat Sunda.  Keanu kaget mendengarnya. “Bagaimana mungkin kau sudah bisa berbicara dengan aksen Bandung? Kau baru sampai kemarin!” “Aku memang cepat menyerap hal di sekitarku.” Balas Rendra sembari membusungkan dadanya, bangga. Keanu hanya bisa mencibir, mendengar perkataan Rendra. Rendra tertawa. Setelah itu mereka berdua menaiki mobil yang sudah Rendra sewa. Hari ini Rendra dan Keanu, seorang desainer interior, akan meninjau sebuah tempat di Bandung. Beberapa waktu lalu, saat Rendra masih galau memikirkan apa yang harus dilakukannya selama break, Keanu menghubunginya. Mereka bertukar kabar dan dari situ, terselip cerita bahwa ada teman Keanu di Bandung yang mengosongkan tempat usaha yang terletak di Bukit Moko dan sedang mencari pembeli. Rendra tertarik dan memutuskan untuk menghabiskan waktu senggangnya di Bandung. “Lokasinya keren, Keanu.” Sahut Rendra saat sampai di lokasi, tepatnya di sebuah rumah kayu besar bergaya khas sunda dengan beberapa saung di sekitarnya.  Rendra ingat bahwa tempat tersebut sebelumnya adalah sebuah restoran ikan bakar. Berada di ketinggian hampir 1.500 meter di atas permukaan air laut, Rendra berdecak kagum melihat lukisan alam di hadapannya. “Wah, pemandangannya keren sekali.” Ujar Rendra. Langit biru dengan awan putih berpadu harmonis dengan hijaunya perbukitan di sekitarnya. Atap rumah milik penduduk yang berwarna merah bata menambah keindahan pemandangan tersebut. Rendra mengecek segala hal dasar seperti kesediaan dan kondisi air, irigasi air, pembuangan sampah, tempat parkir, dan sebagainya. Kaki panjangnya sibuk berkeliling untuk memastikan tempat tersebut cocok untuk tempat usaha barunya. “Aku menyukai tempat ini.” ucap Rendra usai berkeliling dan kini tengah duduk di teras rumah besar tersebut. “Berarti kau akan membeli tempat ini?” Rendra mengangguk menjawab pertanyaan Keanu. Ia berdiri lalu mulai berdiskusi dengan Keanu tentang desain interior yang ia ingin wujudkan di tempat itu. “Aku ingin ada jendela besar di dinding bagian sini, agar para pengunjung bisa melihat pemandangan Bandung bahkan dari dalam.” ujar Rendra, mengutarakan pemikiran dan idenya kepada Keanu. “Oh, lalu lantai dua, kulihat sepertinya bisa dijadikan rooftop terbuka.” Keanu mendengarkan ide-ide Rendra dengan seksama. Ia juga sudah memfoto seluruh sisi rumah agar ia bisa mengerjakan sketsanya di komputernya nanti. “Kurasa rooftop itu ide bagus. Kalau begitu, saung itu juga sepertinya perlu dibongkar karena kulihat cenderung agak gelap.” tukas Keanu menanggapi Rendra. Rendra mengangguk-angguk setuju. “Apakah mungkin untuk menghilangkan beberapa saung itu? Aku ingin menggantinya dengan kursi panjang sederhana saja agar saat berfoto, pengunjung tidak perlu bersusah payah mencari sudut karena terhalang saung.” Mereka berdiskusi lagi akan beberapa hal yang menurut Rendra bisa diperbaiki. Namun diskusi mereka terhambat konsep. Lalu sampailah mereka pada topik pembicaraan akan nama dan konsep kafe tersebut. “Aku sudah memikirkannya jauh-jauh hari saat masih di Jakarta, tetapi tidak ada nama yang pas menurutku. Aku tidak mau menggunakan nama yang sama seperti kafeku di Jakarta. Aku mau nama baru dan logo baru.” ujar Rendra sembari menghela napas panjang.  Ia duduk bersandar dengan kaki diluruskan di sebuah kursi bambu. Dengan posisinya yang seperti itu, kakinya tampak sangat panjang.     Keanu diam beberapa saat, lalu berkata, “Ah, iya, kau sudah mengatakan hal itu kepadaku beberapa saat lalu. Apa kau mau minta bantuan temanku yang seorang desainer grafis? Dia sudah paham betul dengan hal-hal seperti menentukan nama, merk, konsep, dan semacamnya.” Rendra mengangkat sebelah alisnya, menimbang-nimbang tawaran dari Keanu. Ia yang tadinya duduk, bangun lalu berdiri kemudian berjalan-jalan di sekitar teras. Rendra berpikir tidak ada salahnya jika ia meminta bantuan dari desainer grafis, dan lagi, orang ini adalah rekomendasi dari Keanu. Jadi, bisa dipastikan orang ini kerjanya tidak asal-asalan. Namun di dalam hati, Rendra memiliki keinginan yang cukup ambisius, yaitu ia ingin membuat konsep akan kafe barunya ini seorang diri. Ia memang cukup tertarik dan sudah melakukan pengumpulan data sebelum datang ke Bandung tentang cara membangun nama dan logo baru. ‘Lagipula aku memiliki waktu luang cukup banyak kali ini. Aku akan mencoba mengerjakannya sembari untuk mengisi waktu luangku.’ batin Rendra dalam hati. “Maaf Keanu, sepertinya aku tidak akan menggunakan jasa temanmu.” ucap Rendra menolak tawaran Keanu. Keanu mengangkat melambaikan gestur ‘OK’ ke Rendra. “Tak masalah.” “Mungkin aku juga tidak akan menggunakan jasamu, Keanu.” “HEY!” teriak Keanu sewot. Tentu saja Keanu sewot. Ia rela menempuh Jakarta-Bandung hanya untuk menemani Rendra mensurvei tempat ini. Keanu bahkan mencatat segala ide dan keinginan Rendra akan tempat ini nanti. Dan Rendra berani bilang dia tidak jadi menggunakan jasanya?! Rendra tertawa melihat ekspresi Keanu yang terlihat seperti orang yang baru dikhianati oleh teman terdekatnya. “Aku hanya bercanda, kawan. Jangan menatapku seolah-olah aku baru mengkhianatimu!” “Kau baru saja akan mengkhianatiku, KAWAN.” Timpal Keanu menekankan intonasinya pada kata kawan. Rendra kembali tergelak. Setelah tawanya reda, ia berujar, “Kapan aku bisa menemui temanmu? Aku ingin memulai renovasi tempat ini secepatnya.” Keanu mengambil ponsel dari kantong celananya. Tampaknya Keanu langsung menghubungi temannya yang memiliki tempat tersebut. “Aku akan menanyakan jadualnya dulu. Kau kosong untuk saat ini bukan? Aku akan mengatakan kepadanya kalau kau bisa ditemui kapan pun.” “Baiklah, silahkan atur. Lalu tolong pastikan kelengkapan sertifikat kepemilikan tanah, AJB, dan surat IMB. Jika aku menemukan hal yang janggal atau tidak sesuai, aku tidak jadi membeli tempat ini.” jelas Rendra.    “Siap bos.” Jawab Keanu masih sibuk dengan ponselnya. Rendra berjalan ke halaman dan berbaring di halaman. Angin hari ini terasa menyejukkan dan matahari hanya muncul sebagian saja karena tertutupi awan-awan. “Harus kunamakan apa kafe ini, hhhh…” ujar Rendra berbisik kepada dirinya sendiri. Ia mulai membuat daftar di kepalanya akan nama-nama yang sekiranya terlihat bagus untuk kafenya nanti Rendra tak perlu lagi memusingkan apa yang harus dilakukannya selama waktu break. Ia memiliki banyak hal yang harus dipikirkan mulai dari bernegosiasi harga tempat ini dengan teman Keanu, mengurus sertifikat tanah berserta surat perijinan, memulai renovasi tempat, dan tentu saja, memikirkan nama untuk kafe barunya. Rendra adalah definisi orang produktif sesungguhnya.   *** Dari : Kating ‘99 Keanu Hi, aku ingin memberi kabar bahwa temanku tidak akan menggunakan jasamu. Semangat! Reply: Untuk : Kating ‘99 Keanu Santai saja, kak. Aku juga cukup disibukkan dengan proyek dari kantor. Terima kasih sudah mengabari. Tolong kabari jika kau memiliki proyek freelance lainnya, ya!
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD