Tawa Keanu membahana setelah mendengar cerita Hani yang hampir kehilangan kesabarannya setelah bertemu dengan klien hari ini. Keanu bisa membayangkan usaha Hani untuk tetap tersenyum di luar sementara hatinya sibuk memaki.
“Dua minggu kak, dua minggu! Dipikirnya mungkin membuat logo itu bisa asal langsung jadi. Dia tidak paham sepertinya kalau timku harus riset dahulu, mengembangkan prototype desain, memikirkan konsep-konsep baru, revisi sana sini, dan t***k bengek lain yang terkadang membuatku naik darah!” seru Hani berapi-api.
Keanu kembali tergelak.
“Ahahahahaha! Seandainya aku ada di sana… ahahahaha!”
“Seandainya kau di sana maka yang terjadi adalah bencana.” cibir Hani.
Perempuan yang mengenakan celana bahan putih panjang dipadu dengan kemeja wanita berwarna pink pastel itu lalu lanjut menceritakan jika pada akhirnya kedua belah pihak, pihak tim Hani dan pihak klien, sepakat untuk menargetkan pengerjaan proyek rebranding ini dalam rentang waktu 3-6 bulan.
“Aku pernah bekerja dengan induk perusahaan mereka dan mereka sangat kooperatif. Lalu mengapa anak perusahaan mereka bersikap seperti itu?” decak Hani dengan nada penuh keheranan.
Keanu merespons dengan mengangguk-angguk, seakan-akan mengerti dengan isi Hani, lalu menyodorkan sebotol air mineral kepada Hani. Hani menatap Keanu curiga, tidak yakin kakak tingkatnya semasa kuliah itu benar-benar mendengarkan ceritanya. Namun tak ayal, Hani tetap meraih botol mineral tersebut lalu segera membuka dan meminumnya.
“Kau harus sering-sering mendapat klien seperti itu.” sahut Keanu setelah Hani lebih tenang.
Hani mengerutkan keningnya. “Kau ingin aku menua lebih cepat dari waktu seharusnya?”
Keanu tertawa. “Iya, aku penasaran seperti apa dirimu jika dihiasi dengan keriput.”
Tepat setelah Keanu mengatakan hal itu, Hani langsung menggeser sepiring nasi goreng milik Keanu ke sisinya lalu segera melahapnya. Keanu tidak mengantisipasi gerakan Hani tersebut sehingga butuh beberapa detik sebelum pria tersebut menyadari ada yang mencuri makanannya.
“HEY!” seru Keanu tidak terima makanannya diambil. Tangannya langsung bergerak ingin memindahkan piringnya namun dicegah dengan genggaman kuat dari kedua tangan Hani.
“Salahmu sendiri.”
“Bercanda, Hani. Lagipula ada Shaina yang akan menua lebih cepat dari kita berdua, jadi kau tidak perlu khawatir.”
Hani diam. Ia melepaskan genggamannya di kedua sisi piring milik Keanu untuk mengambil sesuatu dari tasnya. Keanu dengan gembira menyambut kembalinya nasi goreng kambing kesukaannya lalu segera melahapnya.
“Pekerjaan?” tanya Keanu dengan mulut penuh.
Hani menggeleng.
“Shaina. Aku memberi tahu Shaina soal perkataanmu tadi.” jawab Hani dengan nada tidak berdosa.
Keanu langsung tersedak begitu Hani menyelesaikan ucapannya. Ia terbatuk-batuk dan bisa merasakan buliran nasi masuk ke saluran pernapasannya.
Keanu bisa melihat Hani menahan tawa.
“Ini milikku, tetapi kurasa kau lebih membutuhkannya.” kata Hani seraya menyodorkan botol air mineral ke Keanu. Keanu langsung menyambar botol tersebut dan meminumnya dengan perlahan, tidak mau tersedak untuk kedua kalinya.
Keanu mendeham dua-tiga kali, memastikan tenggorokannya sudah terasa lebih baik. Ia memicingkan mata ke Hani yang kini tersenyum lebar.
“Tertawa saja. Senyum mengejekmu itu terlihat sangat menyebalkan.” desis Keanu.
Tawa Hani pun pecah. Keanu menghela napas, antara menyesal atau tidak karena telah meminta Hani untuk tertawa. Pasalnya, Hani yang tertawa terbahak-bahak itu ternyata juga tidak kalah menyebalkannya dari senyum mengejek sebelumnya.
‘Untung tidak ada Shaina di sini.’ batin Keanu. Keanu membayangkan Shaina akan memukulnya dan menertawainya habis-habisan bersama Hani. Memukul karena Keanu telah menghinanya dan menertawainya karena Keanu tersedak.
Tawa Hani pun perlahan mereda. Keanu menaikkan sebelah alisnya. “Sudah?”
Hani mengangguk kemudian mengacungkan jempol kanannya. Ia mengambil tumbler dari tas lalu meneguk isi di dalamnya.
“Tega sekali kau memberi tahu Shaina. Aku ‘kan hanya bercanda. Aku yakin seratus persen dia akan memukulku kalau kita bertemu nanti.” gerutu Keanu.
Hani menelan kwetiaw di mulutnya lalu berkata, “Wah, kau lucu sekali.”
“Kau sarkastis sekali.”
“Ketahuan, ya? Kukira tidak akan ketahuan.”
Ingin rasanya Keanu menjitak perempuan di depannya ini, namun ditahannya karena ia tidak bisa memprediksi metode apa lagi yang akan digunakan oleh Hani untuk membalasnya.
Keanu menghela napas panjang.
“Apa kau benar adik tingkatku Hani Kalista yang manis dan pemalu itu? Kenapa kau sekarang menjadi licik seperti ini. Kembalikan adik tingkatku yang manis dan pemalu itu…” seloroh Keanu setengah meracau.
Menangkupkan wajahnya dengan kedua tangan, Hani memberikan senyum sok manis. “Aku masih Hani Kalista yang manis dan pemalu itu, Kak Keanu.” imbuh Hani dengan nada yang sengaja dibuat-buat agar terdengar menggemaskan.
Kali ini, Keanu sudah tidak dapat menahan hasrat untuk tidak menjitak Hani. Tahu-tahu, Keanu sudah melayangkan sebuah jitakan ke atas kepala Hani.
Hani mengaduh sakit sekaligus kaget dengan kelakuan Keanu tersebut. Hani bisa merasakan Keanu menjitaknya dengan sekuat tenaga. Dengan wajah terkejut, Hani berseru tidak terima. “Kau ini kenapa?!”
“Maafkan aku. Badanku refleks bergerak sendiri setelah melihatmu bertingkah sok imut. Aku juga kaget karena tiba-tiba tanganku mendarat di kepalamu.” aku Keanu. Dalam hati ia berdoa agar permintaan maafnya terdengar tulus sampai-sampai Hani percaya.
Hani mengamati Keanu dengan pandangan menyelidik. Tentu saja, Hani tidak percaya dengan bualan Keanu barusan. Namun jika dipikir lebih jauh, Hani bisa memahami mengapa pria di depannya ini menjitak dirinya.
‘Sejujurnya, aku juga akan jijik seandainya pria di depanku ini bertingkah sok imut.’ pikir Hani, sedikit banyak memaklumi tindakan Keanu.
Pada akhirnya, Hani memutuskan untuk membalas jitakan Keanu di lain waktu. Jitakan sepenuh tenaga.
“Tidak masalah. Lain kali kendalikan refleks tubuhmu itu.” tandas Hani setelah berpikir beberapa menit.
Keanu mengembuskan napas lega. Ia mengatupkan kedua tangannya, berterima kasih atas kemurahan hati Hani. “Terima kasih. Ah, dan tolong jangan ceritakan kepada Shaina.”
Hani mengangguk-angguk yang disambut dengan seruan gembira dari Keanu. Keanu tidak tahu saja jika hati Hani berkata lain.
Keduanya kembali menyantap makanan mereka yang empat terbengkalai. Hani kini sedang menyantap makanan pencuci mulutnya, menemani Keanu yang memesan porsi tambahan karena masih lapar.
“Aku akan ke Medan pekan depan untuk meninjau sebuah kompleks perkantoran.” tutur Keanu.
“Kau bekerja sendiri?”
“Ada desainer interior lain juga. Wilayahnya cukup luas jadi diperlukan lebih dari satu desainer interior.” ujar Keanu. Lalu entah ada angin dan hujan dari mana, ia teringat dengan permintaan Rendra.
Permintaan yang sempat membuatnya dongkol dengan Rendra karena memborbardirnya dengan pesan instan tidak penting.
“Tolong tanyakan apakah dia mau meluangkan waktu untuk mengobrol denganku. Jika iya, sampaikan kalau aku akan meminta kontaknya darimu.”
Keanu mengamati Hani yang sedang menikmati es krim manga di tangannya.
‘Dari semua pria, mengapa harus Rendra.’ batin Keanu.
Tidak, tidak ada yang salah dengan Rendra. Rendra itu pekerja keras –alias gila kerja–, pandai memasak, baik, menghormati orang tua dan perempuan.
Sayangnya, Rendra tidak pernah menolak perempuan yang mengajaknya ke ranjang.
Hal itulah yang membuat Keanu ragu. Selain itu, Keanu juga tidak tahu apakah Rendra benar-benar tertarik pada Hani atau hanya sekadar penasaran. Jika diingat-ingat, semenjak berteman dengan Rendra, ini pertama kalinya Keanu melihat Rendra tertarik dengan seorang perempuan.
Dengan segala keraguan itu, ingin rasanya Keanu tidak menyampaikan pesan Rendra, tetapi Keanu menyadari kalau Hani berhak tahu.
“Hani.”
“Hm?”
“Aku ingin menyampaikan sesuatu kepadamu, tetapi aku bingung bagaimana caranya.”
Hani mengernyitkan keningnya. Tidak biasanya Keanu kebingungan saat berbincang dengannya. Artinya, topik pembicaraan yang ingin disampaikan oleh Keanu itu cukup serius.
“Sampaikan senyaman dan sebisamu. Apakah hal yang ingin kau sampaikan itu sangat… serius?” tanya Hani dengan nada hati-hati.
Keanu memutar matanya ke atas, bingung masuk ke kategori manakah permintaan Rendra itu.
“Setengah serius…?” kata Keanu dengan membubuhkan nada tanya di akhir jawabannya.
Kernyitan di dahi Hani semakin dalam. “Kau tidak terdengar yakin dengan ucapanmu baru saja.”
‘Karena aku memang tidak yakin!’ desis Keanu dalam hati.
“Kau bisa menyampaikannya di lain waktu saja.” ucap Hani setelah melihat Keanu bingung sendiri.
Keanu langsung menyergah Hani. “Tidak bisa. Pekan depan aku pergi, kapan lagi aku bisa bertemu denganmu?”
Keanu menarik napas dalam-dalam.
“Hani.”
“Hm?”
“Ada seorang temanku yang tertarik denganmu. Apa kau mau bertemu dengannya?”
Tepat setelah Keanu menjatuhkan pertanyaan itu, ia jadi penasaran mengapa semesta membuat Rendra tertarik dengan Hani.