When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Gemerisik itu semakin keras, seperti bisikan kematian yang berhembus dari kegelapan. Bayangan hitam besar itu melayang di udara, matanya yang merah menyala menatap mereka dengan tatapan dingin dan tanpa ampun. Senja merasakan hawa dingin yang menusuk tulang, bukan hawa dingin dari kegelapan di sekitarnya, tetapi hawa dingin dari ketakutan yang merayap di dalam dirinya. Di tengah ruangan yang gelap dan mencekam, dengan cahaya merah gelap yang memancar dari tongkat sihirnya, Senja siap untuk menggunakan kekuatan kegelapan untuk melawan kegelapan. Namun, saat ia melangkah maju, ia merasakan sesuatu yang aneh. Ia merasakan getaran yang kuat, getaran yang berasal dari bola cahaya merah di atas altar, getaran yang terasa seperti panggilan yang memanggilnya untuk menyerah. Dan di tengah suara ge