Cermin Kebenaran dan Bayang-Bayang Masa Lalu

1104 Words
"Selamat datang, Senja," suara serak bayangan itu bergema di ruangan gelap. "Kau telah menemukan 'Gerbang Kabut'. Dan sekarang, kau akan melihat kebenaran." Senja menatap bayangan itu, jantungnya berdebar kencang. Ia tahu, bayangan itu adalah bagian dari dirinya, bagian yang gelap dan tersembunyi. Ia tahu, cermin ini bukan sekadar cermin biasa, melainkan portal ke masa lalu, ke rahasia yang terkubur lama. "Kebenaran apa?" tanya Senja, suaranya bergetar. Bayangan itu tersenyum, senyum yang dingin dan mengerikan. "Kebenaran tentang ibumu, tentang desa Lembah Ashen, tentang kabut yang menyelimuti segalanya." Bayangan itu mengulurkan tangannya, dan cermin itu mulai bersinar terang. Senja merasakan tarikan yang kuat, seperti ada sesuatu yang menariknya ke dalam cermin. Ia menutup matanya, dan membiarkan dirinya ditarik ke dalam cahaya. Ketika ia membuka matanya, ia melihat dirinya berada di tempat yang berbeda. Ia berada di sebuah desa yang ramai, dengan rumah-rumah kayu yang indah dan penduduk desa yang ramah. Ia melihat seorang wanita muda dengan rambut merah yang sama seperti miliknya, tersenyum padanya. "Ibu?" bisik Senja, matanya berkaca-kaca. Wanita itu tersenyum, mengangguk. "Senja, putriku," katanya dengan suara lembut. "Aku sudah menunggumu." Senja berlari ke arah ibunya, memeluknya erat. Ia merasa seperti mimpi, seperti mimpi yang terlalu indah untuk menjadi kenyataan. Ibunya membawanya berkeliling desa, menunjukkan padanya rumah-rumah, toko-toko, dan penduduk desa. Senja merasa seperti berada di surga, di tempat yang penuh dengan cinta dan kebahagiaan. Namun, kebahagiaan itu tidak bertahan lama. Senja melihat bayangan gelap menyelimuti desa, bayangan yang sama seperti bayangan di cermin. Ia melihat penduduk desa berteriak ketakutan, berlari mencari perlindungan. Ia melihat ibunya berdiri di tengah desa, mengangkat tangannya, dan memanggil kekuatan magis yang luar biasa. Ia melihat ibunya bertarung melawan makhluk-makhluk mengerikan, makhluk-makhluk yang sama seperti penjaga kabut yang ia lawan. Ia melihat ibunya terluka, jatuh ke tanah. Ia melihat ibunya dikelilingi oleh kegelapan, oleh bayang-bayang yang mengancam. "Tidak!" teriak Senja, mencoba meraih ibunya. Namun, ia tidak bisa bergerak, ia terjebak dalam mimpi buruk ini. Ia melihat ibunya menatapnya, dengan mata penuh kasih. "Senja, putriku," kata ibunya dengan suara lemah. "Kau harus menghentikan kegelapan ini. Kau adalah harapan terakhir kami." Ibunya menghilang, ditelan oleh kegelapan. Senja merasa seperti jiwanya hancur, seperti dunianya runtuh. Ia terbangun, terengah-engah, dengan air mata membasahi pipinya. Ia berada di ruangan gelap itu lagi, di depan cermin. Bayangan itu menatapnya, dengan tatapan yang sama seperti sebelumnya. "Kau sudah melihat kebenaran, Senja," kata bayangan itu dengan suara serak. "Ibumu adalah seorang pahlawan, seorang penjaga kabut yang berani. Namun, ia dikalahkan oleh kegelapan, oleh bayang-bayang masa lalu." Senja menatap bayangan itu, matanya dipenuhi kemarahan dan kesedihan. "Siapa bayang-bayang itu?" tanyanya dengan suara bergetar. Bayangan itu tersenyum, senyum yang dingin dan mengerikan. "Bayang-bayang itu adalah masa lalu desa Lembah Ashen, masa lalu yang kelam dan penuh dosa. Bayang-bayang itu adalah Rara, penyihir yang mewarisi kekuatan jahat ibunya." Senja merinding. Ia tahu, Rara adalah ancaman, bukan hanya bagi desanya, tetapi juga bagi dirinya sendiri. Rara memiliki kekuatan untuk mengendalikan kabut, dan ia bisa menggunakannya untuk menghancurkan segalanya. "Apa yang harus kulakukan?" tanya Senja, suaranya putus asa. Bayangan itu menunjuk ke cermin. "Kau harus kembali ke desa Lembah Ashen, Senja. Kau harus mengalahkan Rara, dan menghentikan kegelapan sebelum ia menghancurkan segalanya." Senja menatap cermin, melihat bayangannya sendiri. Ia tahu, ia harus kembali, ia harus memenuhi takdirnya. Ia adalah penjaga kabut, dan ia harus melindungi desanya dari kegelapan. Senja melangkah masuk ke dalam cermin, kembali ke dunia nyata. Ia tahu, perjalanannya belum berakhir. Ia harus menghadapi Rara, menghadapi bayang-bayang masa lalu, dan menghadapi takdirnya sebagai penjaga kabut. Dan di tengah kegelapan yang mengancam, ia harus menemukan kekuatan untuk melawan, kekuatan untuk menyelamatkan desanya, dan kekuatan untuk menemukan harapan di balik kabut. Ia keluar dari lingkaran batu "Gerbang Kabut", merasakan energi magis yang kuat masih berdenyut di sekitarnya. Ia melihat ke langit, matahari sudah terbit, memancarkan cahaya redup yang menembus kabut. Ia merasa seperti baru bangun dari mimpi buruk, mimpi buruk yang terasa sangat nyata. Ia mengambil napas dalam-dalam, mencoba menenangkan dirinya. Ia tahu, ia tidak punya waktu untuk berlama-lama. Ia harus segera kembali ke desa Lembah Ashen, sebelum Rara melancarkan rencananya. Ia mulai berlari, menyusuri jalan setapak yang sama seperti yang ia lewati sebelumnya. Ia berlari secepat yang ia bisa, melintasi hutan yang gelap dan lembap. Ia merasa seperti dikejar oleh sesuatu, sesuatu yang jahat dan mengancam. Ia teringat kata-kata ibunya, "Kau adalah harapan terakhir kami." Ia tahu, ia tidak boleh menyerah, ia harus memenuhi takdirnya. Ia adalah penjaga kabut, dan ia harus melindungi desanya dari kegelapan. Ia tiba di tepi jurang, melihat desa Lembah Ashen yang tersembunyi di balik kabut. Ia melihat asap hitam mengepul dari desa, pertanda bahwa sesuatu yang buruk sedang terjadi. Ia melompat turun dari jurang, berlari menuju desa. Ia melihat penduduk desa berlarian, berteriak ketakutan. Ia melihat rumah-rumah terbakar, dan penjaga kabut menyerang penduduk desa. Ia melihat Rara berdiri di tengah desa, mengangkat tangannya, dan memanggil kabut hitam yang pekat. Kabut itu menyelimuti desa, menelan segalanya dalam kegelapan. "Rara!" teriak Senja, suaranya menggema di desa. "Hentikan ini!" Rara menoleh, menatap Senja dengan mata merah yang menyala. "Senja," katanya dengan suara serak. "Kau kembali. Kau terlambat." Rara mengangkat tangannya, dan kabut hitam itu menyerang Senja. Senja menghindar, berguling ke samping. Ia mengangkat tongkat sihirnya, dan kristal di ujungnya bersinar terang. Ia mengucapkan mantra, dan bola api melesat ke arah Rara. Rara menepis bola api itu dengan mudah, menggunakan kabut hitam untuk melindunginya. "Kau tidak bisa mengalahkanku, Senja," kata Rara dengan suara mengejek. "Aku adalah keturunan penyihir terkuat di desa ini. Aku memiliki kekuatan untuk mengendalikan kabut, dan aku akan menggunakannya untuk menghancurkan segalanya." Rara memanggil lebih banyak penjaga kabut, makhluk-makhluk mengerikan yang menyerang Senja dari segala arah. Senja bertarung dengan gagah berani, menggunakan tongkat sihirnya untuk mengalahkan mereka. Namun, penjaga kabut terlalu banyak, dan mereka semakin kuat. Senja mulai merasa lelah, dan kekuatannya mulai melemah. Ia tahu, ia tidak bisa mengalahkan Rara sendirian. Ia membutuhkan bantuan, bantuan dari penduduk desa. Namun, penduduk desa terlalu takut untuk melawan. Ia melihat Bayu berdiri di dekat Rara, menatapnya dengan tatapan sinis. Ia tahu, Bayu adalah sekutu Rara, dan ia akan melakukan apa saja untuk mendapatkan kekuasaan. "Bayu!" teriak Senja. "Tolong aku! Kita harus menghentikan Rara!" Bayu tertawa, tawa yang dingin dan mengerikan. "Aku tidak akan membantumu, Senja," katanya. "Rara adalah sekutuku, dan aku akan membantunya menghancurkan desa ini." Senja merasa dikhianati, dikhianati oleh orang yang ia percayai. Ia tahu, ia harus menghadapi Rara dan Bayu sendirian. Ia mengumpulkan semua kekuatannya, memanggil energi magis yang tersisa dalam dirinya. Ia mengangkat tongkat sihirnya, dan kristal di ujungnya bersinar paling terang. "Aku tidak akan membiarkanmu menghancurkan desa ini, Rara!" teriak Senja, suaranya penuh dengan tekad. "Aku adalah penjaga kabut, dan aku akan melindunginya dengan nyawaku!"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD