Tepat hampir dua jam Feli berada di dalam kelasnya. Tengah mengikuti mata kuliah yang lumayan ia sukai saat itu. Nampak di bangku deretan paling belakang lelaki yang familiar bagi Feli terlihat tengah duduk disana. Feli pun merasa tidak nyaman karena hal itu. Mengingat lelaki itu selalu mengikutinya.
"Kenapa bodyguard itu ngikut sampai masuk.kedalam kelas segala sih? aduh... jangan sampai ketahuan... aku bisa malu..." ucap gerutu Feli saat itu disana. Hingga deheman yang memecah kesunyian yang mencekam di dalam ruangan tersebut Dosen pembimbingnya suarakan. Sontak membuat pecah fokus semua seisi kelas.
"Kamu! iya kamu! sejak kapan kamu jadi penggemar saya? saya belum pernah melihat mahasiswa seperti kamu di kelas saya. Saya baru melihatnya hari ini. Aku kamu sebegitu fansnya sama saya?" tanya pak Dosen itu dengan kata-kata yang lumayan panjang. Dan hal itu langka bagi seluruh penghuni kelas. Karena pak Dosen tersebut tergolong galak dan bersikap tegas dengan para maha siswa dan maha siswinya. Ditambah lagi jantung Feli saat itu akan meledak saat tahu yang sedang di tunjuk oleh pak Dosennya itu adalah salah seorang di urutan bangku paling belakang. Yaitu Alteza Reiki Putra.
"Saya?" tanya Reiki sembari berdiri dari duduknya. Dan perlahan melangkah maju mendekat ke arah Dosen yang tepat berada di ujung depan panggung kelas.
"Aduh... si Bodyguard gila apa gimana ya? bisa-bisa nilai ku berkurang nih gara-gara dia sok jagoan di depan Dosen ini." Ucap Feli yang sudah pasrah disana.
"Akh... saya hanya melihat-lihat... masak tidak boleh?" ucap Reiki sembari menyunggingkan senyumannya. Lalu tanpa suara lelaki yang biasa di panggil Dosen tanpa ekspresi itu pun turut berjalan maju dan mendekat. Seolah dia ingin mengamati Reiki dari dekat. Namun Reiki malah berjalan mendekat ke arah Feli dan duduk di samping gadis itu. Sedangkan pak Dosen masih terus mengawasinya.
"Baiklah semua... saat ini kelas sudah waktunya bubar, sampai ketemu di pertemuan selanjutnya." Ucap pak Dosen yang membuat semua yang ada di dalam ruangan berhambur keluar satu per satu. Begitu juga Feli, gadis itu pun ajan turut pergi dari sana karena ia tidak ingin nilainya di kurangi oleh pak Dosen tersebut. Namun dengan cepat satu tangan Reiki sudah mencekal tangannya dan menariknya. Memaksanya untuk tetap tinggal disana meski semua orang sudah berhambur keluar dari ruangan.
"Apa yang kamu lakukan heh Bodyguard? aku mau pergi tahu nggak! kalau mau kena semprot! jangan ajak aku! aku masih mau lulus dengan nilai terbaik di mata kuliah ini." Ucap Feli dengan bisikan nya.
"Udah... tunggu aja! bentar kok!" ucap santai Reiki saat itu. Hingga semua orang yang ada disana sudah pergi. Nampak senyum lebar dari seorang Dosen yang biasanya berwajah datar itu tersungging. Feli pun nampak sangat kaget karenanya. Begitu pula Reiki yang juga menyambut senyum pak Dosen.
"Kalian ini kenapa jadi saling berbalas senyuman sih? kalian ini nggak jadi perang?" ucap dalam hati Feli saat itu sembari bergantian menatap kearah wajah Dosennya dan juga ke arah Reiki dengan bergantian disana. Dan tidak lama kemudian pak Dosen merentangkan kedua tangannya saat itu untuk menyambut Reiki datang memeluknya. Reiki pun segera beranjak dari tempatnya dan segera berhambur memeluk lelaki yang menjadi Dosen tersebut.
"Lama tidak bertemu Eza... bagaimana kabarmu? Alteza Reiki Putra!" ucap tanya pak Dosen pada Reiki. Dan baru kali itu Feli mendengar nama Bodyguardnya itu secara langsung dan keseluruhan.
"Ouh... Alteza Reiki Putra toh namanya?" ucap dalam hati Feli sembari mengangguk-angguk.
"Akh... apa! nggak-nggak Fel... ini nggak waktunya kamu kagum sama nama panjangnya." Ucap Feli lagi dengan tangan yang sesekali menoyor-noyor kepalanya sendiri.
"Lama tak jumpa Ferdi!" ucap balasan Reiki pada pak Dosen. Lalu keduanya menyudahi pelukannya.
"Emb... kamu... kamu kesini nemeni pacar kamu ini?" tanya pak Dosen pada Reiki. Dan sesaat keduanya menatap kearah Feli segera. Membuat Feli menelan ludahnya sendiri.
"Akh... bukan? mana ada aku pacaran sama anak ingusan. Aku jadi Bodyguardnya Fer..." ucap jujur Reiki pada lelaki di depannya.
"Bodyguard? oh... oke aku paham... kamu emang udah jago bela diri sejak sekolah. Tapi... kenapa malah jadi Bodyguard? kenapa?" tanya Ferdi yang tertahan karena Reiki sudah memberi isyarat padanya untuk diam dan tidak melanjutkan perkataannya. Ferdi hanya merasa, apa yang lelaki itu lakukan bertolak belakang dengan latar belakang keluarganya yabg kaya. Bahkan bukan hanya untuk menjadi seorang Bodyguard, mendirikan sekolah khusus Bodyguard saja Reiki pasti bisa.
"Rahasia lah itu." Ucap Reiki disana. Dimana saat itu Reiki merasa pekerjaan itu lah yang aman dari pencarian papanya. Re merasa semua usaha yang Re lakukan tidak pernah benar di mata papanya. Meskipun ia kuliah di jurusan Bisnis dan sudah berstatus S2. Dan juga sekaligus mendapat gelar-gelar kejuaraan di bidang bela diri. Namun bagi papa Reiki. Semua itu tidak berarti. Jangankan pujian, ucapan selamat pun tidak ada. Meski Reiki sudah menempuh S2 nya seperti kemauan papanya, rasanya kurang cukup bagi papa Re. Hingga membuat Re memilih jalan untuk kabur. Agar papanya tahu jika seorang anak yang dari kecil penurut, hingga dewasa pun masih jadi penurut juga bukan sebuah boneka yang bisa di setir setiap saat, semau papanya. Karena Re juga seorang manusia.
"Oke, kalau gitu... bagi kontaknya, ya... siapa tahu aku juga butuh Bodyguard..." ucap canda Ferdi disana. Yang membuat Reiki mengeluarkan ponselnya dari saku dan memberikannya pada Ferdi.
"Bodyguard?" tanya Reiki penasaran. Kenapa seorang Ferdi yang terkesan dingin itu membutuhkan Bodyguard hanya untuk bercanda.
"Untuk berlindung dari istri aku!" bisik Ferdi disana. Yang hanya Ferdi dan Reiki yang bisa mendengarnya. Dan saat itu Reiki tersentak kaget bukan main.
"Hah! kamu udah nikah Fer?" tanya lelaki itu pada Ferdi. Dan Ferdi nampak mengangguk sebagai jawabannya.
"Akh... enakan masih lajang kek kamu Za... nggak apa lah mari kita ngopi. Nih." Ucap Ferdi sembari memberikan ponsel itu kembali pada sahabatnya.
"Inget tuh nomor aku simpan ya..." ucap Ferdi lagi disana.
"Oke, oke aku simpan. Heh kamu udah nikah beneran? wah... dahuluin aku nih... hebat-hebat!" ucap canda Reiki saat itu.
"Nikah duluan kok bisa hebat sih? hebat dari mananya?" ucap Ferdi dengan balasannya.
"Gantengan kamu lah dari pada aku. Aku aja belum laku!" jawab Reiki yang membuat tawa keduanya pecah kembali. Dan keduanya tidak sadar bahwa sedari tadi ada Felisia yang tengah menatap ke arah keduanya dengan tatapan yang tidak nyaman. Feli sedikit syok melihat Dosennya yang dingin itu tertawa renyah dengan candaan sedikit saja dari Reiki.