Angkasa mengambil korek api, menyalakannya dibawah selembar kertas beraroma apel itu. asap sedikit terlihat, dan bau apel terbakar semakin menyengat. Mereka berempat melingkar di dekat kertas itu, rasa penasaran mereka sudah tak terbendung lagi. harapan bahwa pesan itu adalah petunjuk keberadaan bom yang dimaksud Naviza, sangat besar. dan perlahan, huruf demi huruf mulai muncul. “ini huruf Vocksar.” Cetus Regha takjub. “Naga Putih.” Sahut Xatho membaca tulisan itu. Angkasa tidak memberikan tanggapan. Kedua alisnya bertautan, matanya tajam berpikir. “mungkin ini ada hubungannya dengan kesepakatan yang dia buat dengan mereka. tapi aku ragu kalau naga putih tahu lokasi bom itu.” pikir Angkasa dalam hati. “Regha, bagaimana hubunganmu dengan pimpinan Naga Putih? Sedalam apa kalian menjali