Luke memang tipe orang yang bekerja dengan rapi dan juga teratur. Selama ini, selalu bisa dan cepat menyelesaikan proyek yang diberikan oleh bos besar. Pria itu terlalu detail dalam melakukan pekerjaannya dan selalu diperhatikan semuanya dengan secara seksama, maka selalu mendapatkan hasil yang sempurna dan membuat Mr. Fredrinn merasa puas dengan semua kinerja pria muda itu.
Dan, kali ini … Luke kembali diberikan sebuah tanggung jawab proyek yang lebih besar, dan ia tahu juga mulai menyadari bahwa ini adalah sebuah kesempatan yang besar untuknya bisa semakin memperdalam kinerjanya dan juga pastinya akan penuh dengan tantangan yang mungkin sedikit berat dari biasanya.
Proyek ini akan menjadi sebuah titik penentu dalam karirnya di dalam perusahaan. Ternyata, pria itu bukan hanya mendapatkan beban sebuah proyek, tap juga bebannya semakin bertambah dengan kehadiran Clara, yang dipercayakan dan ditanggung jawabkan padanya oleh Mr. Fredrinn.
Clara adalah seorang gadis yang bahkan dikenal sangat urakan. Selalu tampil sesuka hatinya, dengan pakaian yang santai dan juga rambut yang terlihat sedikit acak-acakan. Gadis cantik berkaki jenjang itu seakan tak peduli dengan penampilannya, padahal jika dilihat lebih dekat, akan terlihat sangat cantik sekali jika bisa berpenampilan baik dan rapi.
Gadis itu datang seakan membawa warna baru di dalam perusahaan, penampilan memang tidak seperti karyawan lain yang selalu tampil rapi, tapi pembawaannya yang tenang dan cuek mampu membuat semua orang bungkam dan tak membicarakan hal buruk tentangnya. Gadis cantik itu memang membawa aura berbeda ke dalam lingkungan pekerjaan mereka.
Mr. Fredrinn memberikan tanggung jawab pada Luke dengan alasan yang sangat tidak jelas. Hubungan antara pria tua yang masih terlihat tampan dengan gadis urakan itu juga terbilang sebagai misteri bagi banyak orang di kantor, termasuk Luke.
Namun, Luke tidak ada niat untuk mencari tahu lebih jauh lagi, baginya yang terpenting saat ini adalah menyelesaikan misi proyek besar ini dengan sangat baik. Dan, mengusahakan tidak ada kesalahan yang akan memicu Mr. Fredrinn untuk marah padanya.
Luke saat ini sedang duduk di meja kerjanya, pandangan matanya fokus pada meja yang berisi dokumen-dokumen. Memeriksa semua dokumen proyek dengan sangat detail. Tak ingin terjadi kesalahan dalam proyek yang nantinya akan membuat kerugian besar di dalamnya.
“Huh … ini semua benar-benar sangat rumit sekali. Bagaimana bisa aku menyelesaikan semua ini dengan tepat waktu?” gumamnya membolak-balik kertas dokumen itu berkali-kali.
“Mana aku mengerjakan semua ini bisa dibilang sendirian, karena gadis urakan itu lebih sibuk dengan dunianya sendiri. Sebenarnya, dia bisa bekerja atau tidak sih,” dumelnya merasa semakin kesal.
“Kalau saja, bukan Mr. Fredrinn sendiri yang menyerahkan tanggung jawab gadis itu padaku, mungkin aku tidak akan pernah mau berurusan dengan gadis urakan dan tidak jelas seperti itu.”
Bagaimana tidak kesal, saat ini Luke sedang sibuk dengan banyak sekali dokumen di atas mejanya. Sedangkan, gadis itu entah pergi kemana, padahal ini masih dalam waktu kerja. Tapi, sudah keluyuran entah kemana. Pergi tanpa permisi dan tidak mengatakan hal apapun, membuatnya merasa semakin kesal dengan keadaan yang seperti ini.
Sedang asik dengan segala macam dokumen yang beragam di atas meja kerjanya itu, tiba-tiba Clara datang. Gadis itu melangkah dengan santai seakan tanpa beban, sambil memegang secangkir kopi yang sepertinya baru saja dibuat olehnya itu.
“Hei, kenapa kau terlihat sangat begitu tegang, Luke?”
“Kau … kau darimana saja sebenarnya, Clara? Ini lihat, pekerjaan kita masih sangat banyak sekali, tapi kau masih bisa bersantai-santai seperti itu? Astaga …,” desahnya meraup wajah kasar.
Clara tidak ambil pusing dengan ocehan Luke yang lebih dianggap sebagai angin lalu olehnya. Gadis itu menghampiri pria yang sibuk dengan dunianya, lalu menarik lembut wajahnya, membuat wajah mereka begitu sangat dekat tanpa celah.
“Santai saja, Luke. Tidak usah berlebihan seperti itu,” desisnya dengan suara begitu khas, membuat bulu kuduk Luke meremang.
Tubuh pria itu seketika menegang dan kaku, sama sekali tidak bisa digerakan. Tatapan matanya mengunci wajah cantik gadis yang saat ini ada di depannya itu. Berusaha untuk menelan saliva dengan susah payah, karena tenggorokannya seakan tercekat.
“Kita pasti bisa menyelesaikannya. Kau jangan khawatir,” lanjutnya meniup wajah Luke yang seakan langsung tersadar dari lamunannya.
‘Sial! Kenapa aku begitu sangat tegang sekali jika berada di dekat gadis urakan ini,’ ucapnya dalam hati.
Luke langsung membenarkan posisi duduknya setelah Clara mendorong lembut wajahnya yang tampan tapi cupu.
“Kau merasa kalau semua ini sulit?” tanya Clara seakan mengejek, menatap Luke dengan tatapan sinis.
“Ti-tidak juga–”
“Kau yakin? Rasanya, tadi aku tidak salah mendengar, saat kamu mendumel bahwa semua dokumen ini sulit,” kekehnya benar-benar mengejek, membuat Luke merasa tidak terima tapi juga tdiak mungkin memperlakukannya kasar.
“Sini, mana dokumen yang membuatmu merasa rumit? Serahkan padaku! Aku pasti bisa membantumu.” Clara mengulurkan tangannya, meminta dokumen yang dianggap rumit oleh pria bodoh itu.
Luke begitu sangat terkejut dengan sikap Clara yang seakan-akan bisa menyelesaikan hal tersebut. Padahal, melihat gadis itu saja sangat tidak menyakinkan sekali kalau bisa menyelesaikannya.
“Aku merasa … sedikit tidak yakin, kalau kamu bisa membantu,” ejeknya. Clara melebarkan matanya, diremehkan seperti itu membuatnya merasa kesal.
“Apa kau sedang meremehkan aku, pria cupu?” dengusnya menatap tajam pria yang langsung gelagapan karena ditatap mematikan seperti itu.
“Tidak. Aku tidak–”
“Sudah mana sini,” potongannya cepat. “Berikan dokumennya padaku!”
“Tapi proyek ini begitu sangat kompleks, Clara. Aku tidak yakin kau–”
“Hei, aku ini bukan gadis bodoh! Kau pikir, aku tidak bisa mengerjakan apapun di sini? Hah? Cepat! Aku akan tunjukkan padamu, kalau aku ini bisa menyelesaikannya dan tak akan pernah bisa lagi kau meremehkan aku, pria cupu!”
Clara tersenyum sini, “Cepat, coba sini beri aku satu bagian yang menurutmu itu adalah yang paling sulit sekali ungi dikerjakan. Aku akan melihatnya terlebih dahulu, apa aku bisa menyelesaikannya atau tidak.”
“Baiklah,” ucap Luke pasrah, pria itu memberikan dokumen yang sama sekali tidak bisa diselesaikan olehnya. “Ini, bagian yang sangat membingungkan sekali.”
Clara mengambil dokumen tersebut dengan cara merampasnya. “Oke, beri waktu waktu sebentar untuk melihat dan menyelesaikannya.”
“Kau tetap berada di sini, aku akan pastikan semua ini selesai dan tidak lagi membuatmu merasa bingung dengan semua ini, paham!”
Luke mau tidak mau hanya mengangguk saja, tidak berani membantah atau mengatakan hal apapun lagi yang nantinya akan mempersulit keadaan. Membiarkan begitu saja gadis itu mengambil alih satu dokumen yang dianggap sulit itu.
Clara berlalu pergi begitu saja dari hadapan Luke tanpa permisi, membuat pria itu mendengus dan menggelengkan kepala saja. Bingung, dengan sikap dan tingkah ajaib dari gadis urakan itu.
“Hah … entahlah … kenapa aku merasa sangat tidak yakin sekali kalau gadis urakan itu bisa menyelesaikannya,” desahnya memandang punggung yang sudah menjauh dan tidak terlihat lagi itu.
“Ya, semoga saja benar-benar bisa mengerjakannya. Dan, kalaupun memang tidak bisa mengerjakannya, semoga saja gadis itu tidak mengacak-acak dokumen yang sudah aku buat dengan susah payah.”