Luke dan Clara kembali ke meja kerja mereka masing-masing. Begitu semangat dan memotivasi diri mereka sendiri, begitu sangat yakin, setelah pertemuan dengan Mr. Fredrinn adalah awal yang baik untuk melakukan semuanya. Mereka mulai bekerja dengan sangat tekun sekali, saling membantu dan memberikan ide di setiap dokumen-dokumen yang terasa sulit untuk diselesaikan.
Mereka berdua, setiap hari bertemu dan bersama, membuat keduanya semakin mengenal satu sama lainnya lebih dalam lagi dan juga semakin mengagumi kemampuan dari masing-masing satu sama lainnya.
Luke masih begitu sangat fokus dengan melihat ke layar komputernya. “Akhirnya, sebentar lagi kita akan hampir selesai mengerjakan semua ini, Clara. Dan, ini hanya tinggal beberapa bagian lagi, saja. Setelah itu, kita bisa sedikit bersantai.”
“Kau memang luar biasa, Luke. Meskipun cupu, tapi otak yang kau miliki, begitu sangat mumpuni sekali,” seloroh Clara, mengejek pria yang setiap harinya selalu menjadi bulan-bulanan, tapi Luke sama sekali tidak sakit hati atau marah dengan semua ejekan, olokan atau apapun itu yang dilontarkan oleh gadis urakan itu.
“Tapi, ya kau memang cerdas sih,” kekehnya setelah mengejek. “Aku sendiri bahkan tidak pernah terpikirkan, bahwa kita ternyata bisa juga menyelesaikan semua bagian dari proyek ini dengan begitu sangat cepat.”
“Ya, ini juga semuanya berkat kerja keras kita berdua, Clara. Aku tidak akan bisa melakukannya jika tanpa bantuan darimu. Mungkin, jika tidak ada kamu yang membantu untuk menyelesaikan dokumen dengan cara yang sederhana, maka aku akan masih berkutat dengan semua itu.”
“Haha, jadi kamu mengakui bahwa aku bukan hanya cantik, menggoda dan menggairahkan, bukan? Tetapi juga sangat pandai dalam segala hal, termasuk menggodamu,” kelakar Clara yang sudah mulai bisa berdamai dengan Luke, meskipun sikapnya masih terkadang dingin dan menyebalkan.
“Hm … ya terserah bagaimana tanggapan darimu!”
“Ah, kau sama sekali tidak seru, Luke! Ya sudahlah, aku juga harus mengakui bahwa aku tidak bisa melakukan semuanya ini tanpa kamu. Kamu adalah partner kerja yang hebat dan juga terbaik, yang pernah aku miliki, Luke.”
Beberapa hari kemudian, proyek pun berhasil diselesaikan oleh mereka berdua. Keduanya merasa sangatlah lelah tapi juga lega karena sudah berhasil menyelesaikannya. Tak sabar untuk memberitahu semuanya pada Mr. Fredrinn, tapi pria tua saat ini sedang berada di luar kota dengan kesibukan yang entah apa.
Jadi, Luke hanya akan bisa mengirimkan email kepada Mr. Fredrinn, agar pria itu bisa segera membaca dan mengecek semuanya secara detail. Lalu, jika tidak ada yang harus direvisi, itu artinya pria cupu dan gadis urakan bisa menikmati waktu bersantai mereka bersama.
“Mr. Fredrinn, kami … aku dan Clara sudah menyelesaikan semua dokumen dan tugas yang diberikan oleh Anda. Ini semua adalah dokumen-dokumennya yang harus segera diperiksa dan dipahami, jika ada revisi … kami siap untuk merubahnya.”
Mr. Fredrinn, saat ini berada di sebuah ruangan yang gelap, terkesan menegangkan dan menyeramkan. Dalam beberapa hari ini, dia tidak bisa ke kantor karena memang ada pekerjaan yang lebih penting dari urusan kantor. Duduk di atas kursi kebesarannya sambil menatap lurus ke depan.
Pria tua itu baru saja menyelesaikan misi lain di balik segala macam urusan kantor. Dan, dalam waktu dekat akan kembali lagi ke dunia nyata yang penuh dengan dokumen, keluar dari zona yang penuh ketegangan dan juga berbahaya. Kembali fokus pada sesuatu yang memang sudah menjadi kebiasaannya sehari-hari.
Mr. Fredrinn sudah membaca email masuk yang diberikan oleh Luke, meneliti setiap isi dokumen dan mengangguk-anggukkan kepalanya. Ia yakin, kalau pria itu dan gadis urakannya bisa menyelesaikan semua dokumen-dokumen yang menurut mereka sedikit rumit. Namun, akan dengan mudah diselesaikan.
“Bagus juga kerja sama mereka, benar-benar menunjukkan bahwa keduanya layak dalam menyelesaikan proyek ini. Sungguh ini adalah kejutan yang luar biasa,” gumam Mr. Fredrinn, memandang ke arah laptop yang masih menyala itu.
“Tapi, satu hal yang paling sangat membuat terkejut dalam hal ini adalah keikutsertaan gadis urakan itu. Aku tahu betul bagaimana perangainya, bukan Clara namanya jika mengerjakan sesuatu bukan demi apa yang diinginkan atau diraih olehnya,” sambungnya langsung mengecek satu persatu dokumen tersebut.
“Tepat waktu dan tepat sasaran. Kalau begini terus, semua proyek yang berjalan bisa diselesaikan dengan cepat. Dan, sepertinya gadis urakan itu sudah bisa diberikan tanggung jawab yang lebih besar dari ini.”
Jari jemari tangan pria tua yang tampan itu mulai menari di atas laptopnya untuk membalas email. “Luke … Clara … aku begitu sangat bangga sekali dengan kalian. Kalian begitu hebat, karena sudah menyelesaikan proyek dengan cepat, bahkan lebih cepat dari waktu yang sudah ditentukan. Kalian memang layak mendapatkan penghargaan, teruskan kerja keras kalian.”
“Nanti, kita akan bertemu setelah semua urusanku di luar kota selesai,” sambungnya lalu menutup laptopnya.
Tersenyum sinis penuh dengan misteri, semua pekerjaan bisa berjalan secara bersamaan. Dan, mulai berpikir untuk menyerahkan semua yang dimilikinya pada keturunannya. Tapi, tetap harus melihat perkembangannya terlebih dahulu, agar tidak menyesal dikemudian hari nantinya.
Setelah beberapa hari di luar kota, akhirnya Mr. Fredrinn pulang dan kembali ke kantor seperti biasanya. Melangkah perlahan namun penuh kharisma menuju ke ruangannya. Para karyawan wanita, menatapnya penuh kekaguman, meskipun sudah berumur, tapi ketampanannya begitu sangat mempesona dan masih begitu menjadi idola di kalangan para wanita di sekitarnya.
Mereka seringkali mencari muka di depan pria tua itu, tapi sayangnya tak pernah ada yang digubris olehnya. Sampai saat ini, masih tetap bertahan untuk mencintai mendiang istrinya. Dan, belum ada kesempatan bagi wanita manapun untuk mendekatinya. Lagi pula, ia juga belum berpikir untuk mencari sosok selain istrinya.
Luke sempat terkejut dengan kedatangan Mr. Fredrinn, pria muda itu tak menyadari kehadirannya karena masih fokus dengan beberapa pekerjaan yang lainnya.
“Mr. Fredrinn!” pekiknya benar-benar merasa terkejut. “Ya Tuhan, maaf aku tidak menyadari kedatanganmu, Mr.”
Luke reflek berdiri dan menundukkan kepalanya hormat. “Selamat pagi dan selamat datang di kantor kembali, Mr. Fredrinn.”
Pria tua tampan itu terbahak-bahak melihat tingkah Luke yang menurutnya konyol. Mengapa begitu sangat heboh sekali dengan kedatangannya itu.
“Terima kasih … terima kasih …. Kamu ini terlalu berlebihan sekali, Luke! Aku jadi merasa sangat tersanjung sekali,” kekehnya membalas rasa hormat pria muda itu.
“Baiklah. Aku akan kembali ke ruangan, pastikan pekerjaanmu beres!”
“Baik, Mr. Fredrinn.”
Mr. Fredrinn menatap ke sekeliling, tak melihat tanda-tanda dari gadis urakan itu, dan membuatnya merasa sangat penasaran sekali.
“Kemana gadis urakan itu? Kenapa jam segini belum datang?” tanya Mr. Fredrinn, menatap Luke dengan tatapan tajam dan penuh tanda tanya. “Apakah gadis urakan itu selalu datang terlambat setiap harinya?”
“Luke, jangan sembunyikan apapun dariku!”
“Ti-tidak, Mr. Fredrinn,” jawabnya terbata. Sebenarnya bingung harus menjawab apa, karena ya memang gadis itu selalu saja datang terlambat setiap harinya.
“Katakan!”
“Ini pertama kalinya, Clara terlambat, Mr. Fredrinn. Biasanya, dia selalu tepat waktu bahkan sebelum masuk jam kantor, sudah ada di sini.”
“Kau yakin? Kau sedang tidak membohongi aku dan menyembunyikan yang sebenarnya tentang gadis itu, bukan?”
“Ti-tidak, Mr. Fredrinn. Aku bicara yang sebenarnya ….”
“Yang sebenarnya?” Mr. Fredrinn, menaikkan satu alisnya, menatap heran pada pria muda itu, kenapa berusaha menyembunyikan sesuatu darinya.
“Iya … aku mengatakan yang sebenarnya, kalau Clara adalah gadis yang rajin dan selalu tepat waktu kalau berangkat kerja, Mr. Fredrinn.”
‘Kau berbohong padaku, Luke,’ batinnya. Mr. Fredrinn tersenyum sinis. ‘Kenapa juga kau melindungi gadis urakan itu.’
“Baiklah kalau begitu. Anggap saja aku percaya padamu, Luke!”
Luke menganggukkan kepalanya ragu, setelah itu Mr. Fredrinn berlalu pergi dari hadapannya, namun siapa sangka saat dirinya akan melangkah menuju ke ruangan, terdengar suara ketukan sepatu yang sepertinya tengah berlari-lari. Spontan, pria itu menoleh sambil menyeringai.
Luke melotot sempurna melihat Clara yang datang bertepatan dengan Mr. Fredrinn dan juga mengatakan hal-hal yang menghina pria itu. Pria muda itu menepuk keningnya, karena merasa Clara sudah melakukan kesalahan.
“Luke! Apa pria tua yang menyebalkan itu sudah datang?” tanya Clara sama sekali tidak menyadari keberadaan Mr. Fredrinn yang tak jauh dari ruangannya itu.