Ada yang tegak, tapi bukan keadilan

1370 Words
Clara berjalan terburu-buru menuju ruangan Luke yang sebenarnya tidak jauh dari ruangannya. Ia akan menghampiri pria cupu itu dan menanyakan langsung, bagaimana hasil dari pertemuannya itu bersama dengan Mr. Fredrinn. “Luke!” seru Clara nyelonong masuk ke dalam ruangan Luke tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. “Clara … kamu ini kebiasaan sekali!” gerutu Luke kesal. “Bisa tidak kalau masuk ke dalam ruangan ku itu, permisi terlebih dahulu–” “Ah sudahlah! Itu terlalu sangat ribet sekali, Luke! Aku bisa langsung masuk tanpa melakukan semua itu, jadi tidak masalah, bukan?” tanyanya sambil menaik-turunkan alisnya. “Iya, tapi tetap saja–” “Ssstt, diam!” Clara memajukan wajahnya, membuat wajah mereka begitu sangat dekat sekali tanpa celah sedikitpun. Telunjuk indahnya itu menempel tepat di bibir Luke yang mendadak bungkam. “Jangan terlalu banyak bicara omong kosong, Luke. Aku tidak suka,” bisiknya tepat di depan Luke. Suaranya yang terdengar serak dan juga menggoda, seakan menjadi ilusi yang masuk ke dalam pikiran Luke dan menjadi sebuah halusinasi yang mampu membuat pria itu menegang karena ulahnya sendiri. Aroma tubuh dan juga yang keluar dari mulutnya benar-benar terasa menggairahkan. Pria itu mendadak mundur, membuat kepalanya sedikit menghantam dinding. “Aw!” pekik Luke merasa sedikit sakit di kepalanya. Clara tersenyum sinis sambil mengejek, “Lagian, apaan banget sampai mundur begitu? Memangnya aku ini memiliki aroma yang busuk?” “Tidak. Aroma tubuhmu begitu sangat menggoda, aku takut merasa khilaf nantinya, Clara. Jadi, daripada terjadi sesuatu hal yang tidak-tidak, lebih baik aku mundur dan menjaga diri,” selorohnya membuat Clara melongo. “Cih! Sok jual mahal! Bilang saja, kalau kamu memang tergoda denganku, ya kan? Aku ini memang begitu sangat menggairahkan dan menggoda, betul begitu?” tanya Clara, berputar di depan Luke. Meliuk-liukkan tubuhnya yang indah di depan pria cupu itu, menatapnya dengan tatapan penuh gairah. Benar-benar, Clara memang seakan memancing pria itu. Luke susah payah untuk menelan salivanya agar tetap bisa mengendalikan dirinya yang sebenarnya sulit sekali untuk dikendalikan. “Ah sudahlah! Kamu pasti nantinya akan semakin menegang dan …. Atau jangan-jangan ada yang menegang ya di bawah sana?” tanya Clara setengah mengejek sambil terkekeh. “Hah, sudahlah! Ada apa kau kemari? Cepat, katakan! Aku sedang sibuk!” “Ish, galak sekali!” goda Clara masih dengan kenakalannya itu. “Cepat, Clara … ada apa?” “Biasa saja dong, Luke! Aku ke sini, hanya ingin menanyakan bagaimana tadi hasil pertemuannya dengan Mr. Fredrinn? Apakah berjalan dengan lancar? Lalu hasil dokumen yang kita kerjakan bagaimana? Sesuai dengan apa yang diinginkan olehnya atau tidak?” “Tanya satu-satu dong, Clara. Kalau pertanyaanmu sebanyak itu, aku bingung menjawabnya,” dengus Luke kesal. “Kamu ini, protes saja, cupu! Tinggal jawab saja kan, bisa! Lagi pula pertanyaannya itu mudah! Dan berurutan juga kok!” “Okay yang pertama, pertemuanku dan Mr. Fredrinn berjalan dengan lancar. Dokumennya juga aman, Mr. Fredrinn merasa puas dan semuanya benar-benar sesuai dengan keinginannya.” Clara menghela nafas panjang, merasa lega karena masih bisa membantu Luke menyelesaikan dokumen dengan ilmu yang dimiliki olehnya itu. “Kau tahu? Mr. Fredrinn begitu sangat senang sekali dan juga bangga dengan hasil kerja keras kita berdua, Clara. Beliau pun tak menyangka kalau kita bisa menyelesaikan secepat ini.” “Dan yang perlu kau ketahui, Mr. Fredrinn juga sedikit terkejut dengan pengakuan dariku, bahwa dokumen ini pun ada campur tangan darimu. Beliau bangga dengan kontribusi yang aku berikan, Clara.” “Kau … mengatakan bahwa aku ikut andil di dalam proyek ini?” tanya Clara merasa tidak percaya dengan pria yang dianggapnya cupu itu. Selama ini, saat di kantor cabang, orang-orang yang dibantu olehnya, tidak pernah mengatakan bahwa dia selalu ikut andil dalam sebuah proyek, maka dari itu sering kali di pandang sebelah mata oleh pria tua itu. “Tentu saja! Kau memang benar-benar ikut andil di dalamnya, aku harus mengatakan semuanya sesuai dengan apa yang sebenarnya terjadi dong. Lagi pula, ini adalah pekerjaan kita berdua. Kalau aku tidak mengatakan yang sebenarnya, nanti Mr. Fredrinn akan memandangku dengan buruk, Clara.” “Tapi, selama aku di kantor cabang, mereka semua yang aku bantu, tidak pernah sekalipun mengatakan pada pria tua itu, kalau aku ikut andil di setiap proyek yang ada. Aku selalu dianggap remeh oleh mereka semua, padahal hampir seluruh dokumen yang sulit, aku kerjakan,” jelas Clara memberitahu kondisinya selama berada di kantor cabang. “Itu sebabnya, aku dipindahkan ke sini. Karena, katanya aku harus bisa belajar bertanggung jawab. Padahal, semua proyek yang dikerjakan, aku selalu bertanggung jawab di dalamnya. Hanya saja, mereka yang suka cari muka, ingin dipandang lebih.” “Menjijikan sekali, bukan? Dan, mulai saat itu, aku menjadi masa bodoh dan tidak peduli dengan apapun proyek yang diberikannya. Begitu juga saat kita diminta untuk bekerjasama, aku sebenarnya enggan tapi melihatmu yang pusing karena tak bisa menyelesaikan dokumen, membuatku merasa kasihan dan akhirnya membantu.” “Tapi, luar biasa sekali … kau benar-benar begitu sangat menganggap aku di dalam proyek ini. Dan aku, cukup terkejut dengan semuanya.” “Aku tahu, kamu itu orang baik, Clara. Meskipun gayamu begitu sangat urakan seperti ini, tapi kamu itu cerdas dan aku benar-benar mengakui kecerdasanmu itu,” kata Luke begitu bangga mendeskripsikan wanita yang saat ini ada di hadapannya itu. “Mr. Fredrinn percaya dan yakin dengan kerja kerasmu, Clara. Jadi, di sini, tidak akan ada lagi yang memperlakukanmu dengan semena-mena.” Clara tersenyum lebar, benar-benar terlihat sangat cantik sekali. Dan, Luke mengakui kalau gadis itu memang cantik. “Cantik,” gumamnya samar. “Hah? Apa? Kau mengatakan apa tadi?” “Tidak. Aku tidak mengatakan apapun kok.” “Kau … yakin?” “Iya, Clara. Aku yakin sekali tidak mengatakan hal apapun.” “Baiklah.” “Hm … Clara, dokumen-dokumen ini sudah disetujui dan Mr. Fredrinn meminta untuk segera diselesaikan, agar kita bisa lanjut ke proyek yang lainnya.” “Benarkah? Semua dokumen itu disetujui?” tanyanya masih tidak percaya, tapi Luke mengangguk cepat. “Ah, aku senang sekali mendengarnya,” desahnya kembali membuat bulu kuduk pria itu berdiri. “Luke, terima kasih ya karena kamu sudah memberitahukan pada pria tua itu, bahwa aku juga ikut terlibat di dalam proyek ini. Kalau saja sikapmu sama seperti mereka yang ada di kantor cabang, maka aku tidak akan pernah mau membantumu, lagi.” “Tidak. Aku ini orang yang jujur, Clara. Aku tidak akan menutupi sesuatu kebenaran, apalagi ini menyangkut reputasimu. Aku tidak akan bicara yang mengada-ada.” “Ya … ya … sekali lagi, terima kasih. Karena kamu sudah bicara jujur.” “Tentu saja aku akan melakukannya, Clara. Karena, ini adalah kerja keras kita berdua. Jadi, aku tidak akan mencari muka di depan, Mr. Fredrinn.” “Ya, setidaknya kamu sudah bisa dipercaya, Luke. Menurut pandangan mataku saat ini, kamu benar-benar orang yang sangat baik. Aku sedikit merasa beruntung karena bisa bekerja sama denganmu,” jawab Clara masih sedikit gengsi karena tidak mau bicara yang sejujurnya. “Aku juga merasa senang kok dan juga beruntung karena bisa dikasih kesempatan untuk bekerja sama denganmu, Clara.” “Kau merasa beruntung bekerja sama denganku?” tanya Clara tidak percaya, wanita itu kembali membuat ulah. Wajahnya kembali didekatkan pada pria cupu itu dan refleks membuat kepala Luke mundur. Luke berjaga-jaga agar tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan olehnya, walaupun sebenarnya menginginkan hal tersebut. Tapi, tak pernah berani melakukannya karena Clara adalah wanita yang tegas juga galak. Pria itu selalu merasa takut, jika gadis yang saat ini sedang berusaha untuk menggodanya itu, sedang dalam keadaan marah tak terkendali. Pria itu pernah melihat Clara yang marah secara tidak langsung. Dan, amarahnya itu terjadi saat baru saja keluar dari ruangan Mr. Fredrinn. Itu makanya kenapa Luke merasa sangat penasaran sekali dengan hubungan antara gadis urakan itu dan juga bosnya. Tapi, sekali lagi, merasa tidak berani untuk mencari tahu dan bertanya. “Baiklah, Clara. Karena kita sudah mendapatkan persetujuan dari Mr. Fredrinn, mari kita teruskan proyek ini sampai selesai dan tunjukkan pada semua orang … bahwa kita adalah tim yang sangat hebat dan bisa berkolaborasi dengan baik.” “Aku setuju!” seru Clara tersenyum manis. “Ayo! Mari kita selesaikan proyek ini dengan cepat dan sukses!” “Tentu saja! Kita pasti akan bisa menyelesaikan semua ini!” seru Luke tidak kalah semangat dari Clara.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD