Syifa datang pagi-pagi sekali ke rumah Abrar, sebelum lelaki itu berangkat kerja sekaligus mengantar Hanan ke sekolah. “Kenapa cepat sekali sampai di sini?” tanya Abrar heran. “Pak, masalah yang kemarin ... saya mohon Bapak tidak menemui kepala sekolah dan mengatakan apa pun.” Takut-takut Syifa mengutarakan permintaan pada lelaki itu. “Kenapa? Bukankah kamu ingin semuanya clear, tidak ada rumor yang membuat nama kamu jelek?” “I-ya, Pak. Tapi, dengan Bapak bicara langsung ke sekolah, saya justru takut semuanya jadi semakin buruk.” “Maksud kamu?” “Saya takut dengan pembelaan Bapak untuk saya, akan semakin menguatkan dugaan mereka. Jadi, saya mohon biarkan saja, Pak.” Syifa memelas. “Tapi kamu tidak bisa mengajar lagi di sana. Dan Hanan juga tidak ada yang memantau.” “Saya ikhlas