Malam harinya, begitu restoran tutup, Maria menghampiri Hideo. Maria serius saat memutuskan untuk menolak Hideo hari ini, tapi karena Hideo sudah terlihat sangat muram sebelum ia menolaknya, Maria jadi ragu. Apa ini waktu yang tepat atau tidak. “Kamu baik-baik saja?” tanya Maria, suaranya amat pelan. Maria tak tega melihat Hideo yang duduk dengan lemas, bersandar pada jendela sejak pelanggan terakhir pulang. Meja kasir sama sekali belum Hideo sentuh. Padahal selama jam kerja tadi, Hideo masih tampak seperti biasanya. “Setelah itu bagaimana?” Maria mulai waswas, teringat akan permasalahan dengan Amalia. Hideo menoleh, ia mengusap pipi Maria. “Syukurlah, tak membengkak,” ucap Hideo, mengalihkan pembicaraan. Maria jadi tambah tak enak, ia menyerah untuk bertanya mengenai Amalia lagi. K