sembilan

1589 Words

AKU mengoleskan selai kacang di atas roti dengan lesu. Pagi ini adalah pagi paling menyedihkan dalam sejarah pernikahanku. Aku tidak merasa seantusias biasanya, menyambut hari. Aku tidak seceria biasanya. Semua itu karena Pram benar-benar tidak mau berbicara denganku sejak semalam. Kami tetap tidur di kamar yang sama, tetapi seolah menjadi dua manusia yang tidak saling mengenal. Dia tidur memunggungiku semalaman. Bahkan, saat aku membuka mata tadi pagi, dia sudah tak ada di atas kasur. Dia jelas marah. Atau... lebih mengerikan adalah kecewa? Segelas kopi sudah kusiapkan untuknya, segelas teh hangat untuk Ibu juga sudah. Aku hanya perlu menunggu mereka berdua duduk di meja makan. "Ra, bentar lagi Mang Iwan mau jemput Ibu. Pram kemana?" Aku menoleh, diam sesaat. Di mana dia sekarang? "

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD