Luna pov Kepala gue terasa berat. Mungkin karena gue berhujan-hujanan dengan kondisi mental yang kacau, tubuh gue jadi drop. Juga, apa yang gue temui di kos Rafa membuat gue merasa semakin terpuruk. "Lo betul-betul akan pergi?" tanya gue beberapa saat setelah gue sadar dari pingsan. Rafa yang sedang sibuk memberesi barangnya tak menoleh sama sekali. Dengan serampangan dia mengambil bajunya dari lemari dan melemparnya kedalam koper. Sebagian besar lemarinya telah kosong. Dia seakan berniat pergi tanpa kembali. Mendadak gue merasa kosong, gue tak bisa membayangkan hidup gue tanpa dirinya. Perlahan gue menguatkan diri untuk bangkit, rasa pusing yang mendera berusaha gue tepiskan. Gue mendekati Rafa dan memeluknya dari belakang. Tubuh Rafa sontak menegang. "Lepaskan gue," katanya