Mandi Bareng, Yuk !

1337 Words
Mark melumat rakus bibir Lea yang tahu wanita itu sudah lama memendam hasrat untuk kissing, b******u atau mungkin s*x setelah mengenal Tayson. Walau Mark tak menjamin Lea tak memakai dildo atau vibrator untuk menyalurkan hasratnya. Dan itu bukan hal yang tabu di Amerika, menggunakan s*x toys atau yang paling ekstrim mengunjungi s*x club dan menjadi anggota. Mark hanya berpikiran Lea menggunakan s*x toys tidak dengan bergabung di s*x club k*****t yang bisa menimbulkan penyakit setelah bergabung dan kecanduan. Dugaan Mark terbukti !  Lea membalas ciumannya, menarik ke atas kaos polo navy favoritnya dan melemparnya ke lantai. Tak sampai disitu, wanita itu dengan nafas memburu mendorong tubuh Mark ke atas ranjang lalu duduk dan mengapit tubuhnya. Mereka kembali merapatkan bibir dan membelitkan lidah didalamnya, memenuhi kamar dengan suara decapan dari bibir mereka tanpa henti seperti kepala mereka yang berulang kali memiringkannya kekanan dan kiri. Tangan Mark menarik ujung tali bikini Lea dan membuatnya terlepas. Kedua p******a itu terlihat indah tanpa sekat, bulat dan menggoda. Sama halnya dengan kedua tangan Lea yang sudah menurunkan resleting celana pendeknya dan kembali melemparnya sembarangan. Tak sampai disitu juga, Lea menurunkan boxer Mark yang terlihat sesak dengan p***s yang sudah menegang keras dibaliknya. Mark mengangkat pinggul, memudahkan Lea mengeluarkannya. Setelah memastikan dirinya full naked, Lea menarik kedua ujung tali bikini pantynya dikedua sisi pinggulnya. Lea merangkak diatas tubuh Mark dan terhenti tepat pada penisnya yang sudah menegang keras. "Aaaah.." Kepala Mark mendongak merasakan hangat penisnya dikulum dan dijilat bak lollipop. Mark tak menduga Lea sama halnya seperti singa yang kelaparan dan melahap rakus mangsanya. Ia tak tahu jika cinta Lea yang tak terbalas oleh Tayson memendam hasrat liar yang tak tersalurkan selama ini dan kini ia menjadi buas di atas ranjang. "Kemari, Sayang." Mark meminta dan Lea mendekatkan wajahnya yang merah padam. Mark menggulingkan tubuh Lea menjadi dibawah tubuhnya, mengulum bibirnya lagi dengan sebelah tangan meremas payudaranya. "Oh…."  Mata Lea melotot, merasakan p***s Mark memasuki penuh vaginanya. Kepalanya mendongak dengan kedua tangan meremas rambut Mark yang sudah basah dengan keringat. Tubuh Lea melonjak ke atas setiap kali Mark menghentakkan pinggulnya, dan erangan kembali meluncur dari bibirnya di sela ciuman Mark yang menyusuri lehernya yang jenjang. Hentakan demi hentakan dan erangan yang terus meluncur dari bibir Lea membawa mereka menuju sebuah rasa yang membuat mereka mengerang panjang, merasakan berada diatas awang-awang dan diakhiri dengan kulaian lemah tubuh mereka yang banjir dengan keringat. Lea menyandarkan kepala di d**a Mark, ia tahu Mark bukan pria yang ia cintai tapi setidaknya bisa membantunya untuk melupakan Tayson walau sebentar. ❤❤❤ Tayson mengusap lembut rambut Kia yang terbaring di dadanya. Ia tersenyum melihat Kia semakin cantik dan Fashionable walau tak mengurangi kesukaannya pada anime yang bernama Hello Kitty, bahkan masih mengoleksi barang yang berasal anime bergambar kucing itu.  "Kia,"  "Hmm..?" Kia masih memejamkan matanya, mengusap bulu halus yang kini tumbuh di rahang Tayson. "Ikutlah denganku." Ajak Tayson mendadak. Kia bangkit, setengah berbaring diatas tubuh Tayson. "Apa?!" Tak percaya dengan pendengarannya walau pikirannya mengarah ajakan Tayson ke Amerika. "Kemana?" Pura-pura tak tahu. "New York." Jawab Tayson lugas. "Tinggal bersamaku. Kalau kau membutuhkan pekerjaan aku bisa memberimu pekerjaan." "Apa itu?" Penasaran sekaligus tak merasa percaya diri dengan kemampuannya yang harus bekerja di kota super sibuk, New York. "Memandikanku." Tayson tertawa terbahak-bahak tak lama meringis setelah cubitan mendarat di perutnya. "Aww...sakit. Kamu gak berubah." Mengusap perutnya yang tak lama Kia membantu. "Sorry.." Kia mengusap dengan senyum tipis. Tayson meraih tangannya. "Hentikan. Nanti ada yang bangun dan aku gak menjamin bisa mengontrol diriku seperti dulu, Kia." Ucapnya yang memang sulit menahan hasratnya saat bersama Kia, berbeda dengan Lea, walaupun wanita itu seksi dengan p******a ukuran bra 36 sama sekali tak membangkitkan hasratnya untuk b******u. "Oh ya?" Kia melanjutkan usapan tangannya, kali ini memasukkan tangan kedalam kaos Tayson. Tayson mendongak, memejamkan mata lalu menghela nafas. "Stop, Kia. Jangan pancing aku." Meraih tangan Kia dan mencengkramnya. Kia tersenyum lebar lalu mengangkat dagu. "Kamu menahannya?" Yakin jika Tayson memahami pertanyaannya. Tayson tertawa kecil sambil membuang wajah sebentar. "Ya. Kecuali secara solo." Mengusap pipi Kia yang  berada di atas wajahnya. Kia tertawa dan wajahnya memerah, membayangkan Tayson bermain 'secara solo'. "Kenapa? Apa yang lucu? Aku harus mengeluarkannya kalau tidak kepalaku sakit." Tayson membela diri, mengakui setidaknya dua atau tiga kali bermain solo sambil membayangkan Kia. "Tidak ada." Sahut Kia, tak ingin membahas masalah m********i lagi.  Tayson menggulingkan tubuh Kia menjadi dibawah. d**a bidangnya menindih hangat p******a Kia yang terasa lebih besar dari pada lima tahun yang lalu. Bagi Tayson banyak perubahan pada Kia, wajahnya semakin cantik, payudaranya membesar, berkaca mata dan semakin menggoda.  "Bagaimana? Kau mau ikut denganku?" Tayson mengungkit ajakannya tadi. Kia mengusap bulu-bulu halus di rahang Tayson lagi. "Aku butuh waktu untuk berpikir. Aku suka dengan pekerjaanku sekarang." Balasnya lugas, selain menanti Tayson, Kia sudah terlanjur jatuh cinta pada Bali. Hanya menjadi Tour guide lah pekerjaan yang ia sukai sekarang. "Tour guide?" Tebak Tayson, melihat ID Card Kia masih menggantung di lehernya. Kia melepaskan ID cardnya, menaruhnya di atas nakas. "Ya." Jawabnya singkat. "Baru setahun ini aku bekerja menjadi tour guide." "Apa karena aku?" Tayson menebak, yang ia tahu Kia tinggal di Jakarta sebelumnya dan disanalah tempat mereka pertama kali bertemu. Kia menggeleng menahan tawa. "Tidak juga. Karena aku menyukai Bali dan…" "Menungguku?" Tebak Tayson lagi. "Ya." Mau tak mau Kia menyerah. "Karena aku selalu menunggumu." Tayson kembali mengusap pipi lalu menggulum bibir Kia lagi, membelitkan lidahnya dengan antusias tanpa menyadari tangannya membuka kancing kemeja Kia hingga ke bawah. Melihat dua p******a Kia yang menyembul indah dari balik bra berwarna merah, dan memastikan payudaranya memang membesar tidak seperti 5 tahun yang lalu, nafas Tayson menjadi cepat begitu juga dengan wajahnya yang merah padam. "Aku ingin melakukannya." Bisik Tayson yang yakin Kia memahami ucapannya. Sebagai wanita yang sudah berusia 23 tahunan bukan gadis 18 tahun lagi, sangat memahami tapi Kia menggeleng pelan. "Aku pun ingin melakukannya tapi beri aku waktu, Sayang."  Mengusap bulu-bulu halus Tayson lagi. "Jika aku siap, aku pun melakukannya denganmu. Bersabarlah, Mister.." Kia menolak, bukan tak ingin melakukannya tapi membutuhkan waktu dan berharap Tayson mengerti. Helaan nafas berat Tayson sepertinya menjadi jawaban Kia. "Baiklah. Aku akan menunggu tapi kenapa dadamu membesar? Apa kamu mengolesnya dengan minyak bulus?" Tersenyum lebar melihat p******a Kia memang besar, tak lagi berukuran 34 seperti menjadi ukuran 36. Kia tertawa. Pujian Tayson seperti sebuah candaan lebih tepatnya mengolok-olok payudaranya. "Sejak dulu aku kan sudah bilang kalau aku lagi masa pertumbuhan. So, dia makin membesar. Hahahaha."  Tayson menggeleng. "Kamu memang menggemaskan." Mencubit pipinya hingga memerah. Kia bangkit dan terduduk. "Aku harus kembali ke Pantai tapi sebelumnya aku pulang dulu ke rumah." Mengangkat ketiaknya. "Aku belum mandi." Tertawa sambil menutupi anak kancingnya lagi. Tayson bangkit dan berdiri di bibir ranjang. "Kamu kan bawa baju di koper. Ayo.." Mengulurkan tangan ke arah Kia yang mengerutkan dahi menerima uluran tangan Tayson. "Kita mandi bareng di bathtub." Ajaknya melihat wajah Kia memerah. "Bukannya kamu dulu senang kalau mandi di bathtub? Ayo..aku pastikan pintunya kali ini bisa di kunci dan gak perlu pake pot bunga." Tayson tertawa membayangkan suasana kamar mandi di Villa itu lagi. Mengunakan pot bunga hanya untuk mengunci pintu kamar mandi. Tayson membuka kaos lalu kembali membuka kancing kemeja Kia lagi. "Biar aku saja." Kia menolak. "Sebaiknya kamu tunggu di dalam. Aku menyusul." Pintanya, menyuruh Tayson untuk lebih dulu ke kamar mandi tapi Tayson menolak. "No. Aku gak mau kamu pergi, Kia. Susah payah aku menemukan kamu di Bali. Pokoknya aku gak akan melepas kamu kayak dulu lagi. Gak akan." Membuka kancing kemeja Kia lagi. Membukanya paksa lalu menarik tangan Kia menuju kamar mandi.. "Tunggu!" Kia menghentikan langkah Tayson. "Aku harus membukanya." Melirik celananya jeansnya. Tayson mengunci pintu Villa. "Aku tunggu di dalam." Ujarnya membawa kunci itu ke dalam kamar mandi karena saking takutnya Kia pergi meninggalkannya lagi. Kia mencibir. "Kamu keterlaluan, Mister." Gumamnya kesal sambil membuka celana jeans. Tayson menceburkan diri di dalam bathtub yang sudah ia beri bubble bath didalamnya. Ia bersandar sambil menikmati air bathtub yang sedikit hangat.  Tayson terkejut. Pandangan tertuju pada Kia yang melangkah masuk ke kamar mandi dengan malu-malu. Tubuhnya ditutupi kimono handuk. "Kemarilah, Sayang. Aku akan gosokin punggung kamu." Pinta Tayson menatap Kia serius dan matanya tak berkedip melihat Kia membuka kimono dan menjatuhkannya di lantai. Seketika darah Tayson berdesir cepat sama seperti jantungnya yang berdetak kencang melihat Kia berjalan pelan ke arahnya. Berulang Kali ia meneguk air liur melihat gerak tubuh Kia yang sulit untuk menahannya sekarang. Kia memasukkan tubuhnya kedalam bathtub dan duduk didepan Tayson. "Gosokin punggung ku, Mister."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD