“Uhuk! Uhuk!” adam langsung mematikan kompor ketika wajannya menjadi gosong. Dia berdecak kesal melihat hasil makanannya yang gosok. Pada akhirnya, Adam membuangnya kemudian memasak mie instant untuk makan malam. “Sial sekali aku hari ini, sudah bersih bersih banyak lalu sekarang harus makan makanan yang tidak enak,” ucapnya karena malas mengolah makanan.
Adam makan sendirian di dapur, pandangannya sesekali mengedar ke ruang tengah di mana di sana kain putih tersangga oleh cermin. “Itu hanya ilusi,” ucap Adam karena dia sendiri tau ketakutan itu semakin menjadi jadi jika kita tidak bisa mengendalikannya. “Tidak ada yang Namanya hantu.”
Adam tidak mempercayainya, atau lebih tepatnya mencoba untuk tidak mempercayainya karena dia tau kalau dirinya takut, maka tidak akan bisa bertahan di tempat ini.
Krieetttt…. Pintu menuju basement tiba tiba terbuka dengan perlahan. Adam menoleh dan menelan salivanya kasar. Dia bergegas berdiri dan menguncinya dari luar.
Bahkan Adam membawa makanannya ke dalam kamar supaya makannya tenang. Dia memang tidak mempercayai apa yang tidak dilihat secara langsung, tapi suasana di villa ini benar benar menyeramkan. Adam menyantap makan malamnya sambil membaca n****+ di laptop, menggulirnya dan mencari isnpirasi untuk n****+ yang sedang dia garap.
Sampai sebuah notifikasi masuk, Adam segera membukanya dan melihat kalau itu sebuah komentar.
“Apa ini n****+ dari zaman purba? Kenapa kata katanya sangat membosankan. Biar aku tebak, akhirnya Wanita yang tersakiti itu akan kembali pada pacarnya. Sungguh aneh. Jangan membaca ini, kalian akan menyesal karena isinya hampir narasi semua.”
Adam mengepalkan tangannya kesal. “Kalau tidak suka ya tidak usah membaca, kenapa kau begitu bodoh?” kemudian Adam menutup laptop. Dia menghabiskan makan malamnya dan bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan diri juga menenangkan pikiran.
Di sana dia berendam dalam bathub dengan kaca jendela yang terbuka dan memperlihatkan langsung danau. Adam merasa tenang.
“Uh, ini kenikmatan sebenarnya. Keheningan yang menyenangkan.”
Kemudian dia menyandarkan kepala dan mulai memejamkan matanya. Adam dapat merasakan cahaya bulan menerangi wajahnya. Tidak ada suara apapun, sampai matanya terbuka ketika telinganya mendengar suara seseorang yang sedang mengetik.
Di laptopnya?
Adam bergegas keluar untuk memeriksa, tapi yang dia lihat adalah Laptopnya yang masih setia di tempatnya. Tidak ada siapapun di sana. adam yang hanya memakai handuk itu menutup laptop dan memasukannya ke dalam laci sebelum kembali ke kamar mandi untuk membilas.
Namun langkahnya terhenti saat dia hendak menuju shower box. Shower di sana tertutupi tirai, dan Adam melihat sosok yang berdiri di sana. ketakutan dan kaget, Adam mengambil palu di tangannya kemudian melangkah mendekat.
SREETT! Tangannya yang hendak memukul langsung tertahan. Ternyata bukan manusia, itu hanyalah bayangan dari pohon yang ada di luar kamar mandi.
“Mungkin kau akan beranggapan banyak hal aneh terjadi di rumah ini. tapi kau harus tau dan kau harus ingat kalau ini adalah rumah tua. Banyak hewan seperti rayap dan burung yang menjadikan rumah ini sebagai sarang. Jadi jangan aneh, dan jangan membuat keributan.”
“Rumah tua sialan,” ucap Adam sebelum dia membasuh dirinya sendiri, bergegas berpakaian dan mengambil bir dari dapur.
Adam ingin mabuk malam ini, dia merasa kecewa dengan dirinya sendiri karena belum juga mendapatkan penggemar dari web tempat dia menulis.
“Kenapa mereka tidak menyukai tulisanku, hik hik hik.” Cegukan karena mabuknya sudah diambang kesadaran.
Keheningan melanda, Adam mengedarkan pandangannya ke seluruh rumah yang gelap dan memiliki penutup kain putih dimana mana.
“Karena tulisanmu memang jelek, tulislah sesuatu tentang kami,” ucap seseorang yang membuat Adam menoleh dengan pelan.
Dia mendapati pria tua yang sedang tersenyum di sampingnya.
“Hik hik… haha… hik…, kau terlihat nyata, kenapa bukan Wanita seksi yang datang di imajinasiku?”
“Kau ingin bertemu kami semua?” tanya pria itu kemudian menatap seseorang di depannya.
Membuat Adam melakukan hal yang sama. “f*****g s**t!”
BRAK! Adam terjatuh ke belakang sesaat setelah melihat segerombolan orang orang aneh yang mengelilingi mejanya. dan wajah mereka semua rusak, membuat Adam ketakutan.
“Haaa! Jangan mendekat! Jangan mendekat!” teriaknya saat mereka mulai mendekat dan memojokannya.
*****
Adam terbangun dari tidurnya, dia merasakan sakit yang mendera seluruh tubuhnya. Seketika dia terdiam melihat sekeliling ruangan, kaget mendapati dirinya ada di basement.
“s**t!” umpatnya langsung berlari ke arah tangga kemudian keluar dari basement. Jelas kaget kenapa dirinya berakhir di tempat itu, bukan di kasurnya.
“Awww.” Adam memegangi kepalanya yang terasa sangat sakit. Dia mengambil air kemudian meminumnya sambil duduk. Namun sedetik kemudian, air dalam mulutnya itu menyembur keluar saat matanya melihat bagaimana berantakannya tempat ini. sama persis dengan kemarin, di saat dirinya baru kembali ke villa.
Adam terdiam dan mencoba mengingat. Tapi pada kenyataannya dia tidak mengingat apapun sehingga kepalanya malah terasa sakit. Namun satu yang pasti, Adam yakin kalau dirinyalah pelaku semua ini mengingat banyak sekali kaleng bir yang kosong.
“Aku harus membereskannya sebelum Hans datang.”
Dengan penuh ketakutan, Adam membereskan lagi seluruh rumah sampai dia kelelahan. Sampai akhirnya dia bisa berbaring di atas ranjang sambil menatap langit langit, merasa begitu Lelah.
“Aku belum mengetik apapun hari ini, dan sekarang sudah sore,” gumamnya merasakan sakit kepala.
Ketika Adam menoleh ke sebelah kanan, dia kaget mendapati laptopnya ada di sana dalam posisi terbuka dan menyala. Seingatnya, kemarin sore dia memasukannya ke dalam tas. Kenapa sekarang malah terbuka dan menyala di sana?
Prasangka pertama Adam adalah karena dirinya mabuk hingga menghasilkan kekacauan seperti ini.
“Oke, aku akan membuat satu chapter sebelum mandi,” ucapnya duduk di kursi sebelum akhirnya mulai mengetik lagi. Namun sayang, jalan ceritanya buntu sehingga Adam hanya mendapatkan 200 kata selama beberapa menit.
“Sial, aku mulai gila di sini seorang diri,” ucapnya memilih untuk keluar dari villa dan melihat keadaan sekitar. Dirinya butuh udara segar untuk otaknya sendiri.
Sambil berkeliling di bagian luar Villa untuk memastikan tidak ada yang salah dan tidak ada yang harus di benarkan.
“What, kenapa ada sekop di sini?” gumam Adam mengambilnya kemudian membawanya ke dalam gudang peralatan. Menyimpannya di sana dan tersenyum karena telah membereskan kekacauan.
Dia memilih untuk mendekati danau, ada dek di pinggirnya dengan perahu kecil di sampingnya. Adam duduk seoranng diri di sana menikmati ketenangan.
Mungkin dia harus lebih sering keluar dari rumah seperti ini supaya pikirannya tidak menggila dan tidak diisi oleh hal hal yang aneh. Keheningan, hanya ada suara alam dari burung dan angin yang menggoyangkan dedaunan.
Sampai akhirnya telinganya mendengar suara riuh seperti segerombolan orang di pasar. Mereka berbicara hingga telinga Adam bisa mendengarnya tapi tidak jelas. Namun, tidak jelas. Persis seperti di sebuah tempat umu,
Adam mengedarkan pandangan untuk melihat ke sekitar. Hari mungkin cerah, tapi hutan ini tetap gelap karena rimbun oleh dedaunan. Suara riuh itu semakin mendekat, berbisik jelas di telinganya sampai Adam berdiri bersiap jika sesuatu terjadi.
Hingga sebuah obyek menjadi titik pandanganya. Villa itu terlihat ramai dari luar. Siluet orang orang terlihat dari luar. Mereka begitu banyak di dalam sana, bersamaan dengan suara yang semakin jelas.
Jantung Adam berdetak semakin kencang saat melihat siluet seorang laki laki memasuki kamarnya kemudian menyentuh laptopnya.
“Hei!” teriak Adam langsung berlari, dia membawa sebatang pohon untuk dijadikan alat pemukul sebelum masuk.
BRAK! “Siapa kalian?! Keluar kalian dari sini!”
Adam terdiam saat tidak mendapati siapapun di dalam rumah, hanya ada keheningan seperti biasanya. Kakinya langsung melangkah menuju ke kamarnya. Dan Adam tidak mendapati laptopnya di meja seperti biasa.
“Dimana kau?! Keluar dan hadapi aku, b******n!”
Sampai Adam masuk ke kamar mandi dan mendapati kalau di sana ada laptopnya. Tergeletak di meja rias berhadapan dengan kaca. Jantungnya berdetak dengan kencang. Apalagi dari luar, Adam bisa melihat beberapa anak yang berlarian dengan suara tawa khas dari mereka.
Dia mulai menyadari ada yang salah, hingga Adam perlahan melangkah mundur kemudian lari menjauh dari Villa mengerikan itu tanpa mengingat apapun lagi.
****