CHAPTER 13

1054 Words
Entah bagaimana awal mulanya hingga Adam kini berakhir dengan menindih Sindy. Yang jelas, mereka sama sama dewasa dan melakukan hal yang seharusnya dilakukan oleh sepasang kekasih. Bibir keduanya saling bertautan satu sama lain, dengan tubuh si perempuan yang sudah tidak lagi lengkap pakaiannya, dia polos dengan tangan yang merambat menggoda sang pria yang ada di atasnya. “Sindy….” “Teruskan,” rengek perempuan itu menahan tengkuk Adam saat pria itu hendak menjauh, semakin menekan kepalanya supaya wajah Adam terkubur di dadanya. Hingga akhirnya, malam itu mereka berdua benar benar melakukannya. Saling dibalut keringat dan kelelahan bersama sama yang mana membuat Adam terpuaskan. Tubuh Sindy jauh lebih indah dari mantan pacarnya, lebih cantik, lebih mulus dan juga lebih menggoda yang mana membuat Adam tidak bisa berhenti menghentak dengan kuat dan membuat Sindy kewalahan. Hingga malam itu begitu Adam menggeram dengan kuat dan mengeluarkan miliknya dalam milik Sindy, sosok itu baru sadar atas apa yang dilakukannya pada sang anak majikan. Namun seolah tau apa yang akan dikatakan olehnya, Sindy langsung menariknya ke dalam pelukan dan memaksa sosok itu untuk berbaring di sampingnya, selanjutnya Sindy menindih tubuh itu setelah menyamankan posisinya dalam pelukan Adam. “Diam di sini, temani aku. Aku merasa kelelahan, jangan tinggalkan aku sepperti yang lain,” ucapnya dengan suara yang terdengar parau dan lelah. Adam mencium puncak kepala Sindy kemudian tanpa berfikir panjang ikut memejamkan matanya di sana. Dia mendekap perempuan itu dengan erat dan keduanya juga tidak memiliki tenaga untuk berbicara lagi dan memilih untuk memejamkan mata saja. Itu adalah tidur paling nyenyak yang dialami oleh Adam semenjak dia tidur di sini. Tidak ada suara suara aneh yang membuatnya terjaga, dia akhirnya bisa tidur nyenyak tanpa terbangun ataupun memimpikan hal hal yang buruk. Keheningan di kepalanya membuat Adam bisa terbangun di pagi harinya dengan raut wajah yang segar, juga dengan sedikit kebingungan karena dia tidak mendapati Sindy di sana. Saking nyenyaknya, Adam meraa tidurnya begitu singkat. Namun, dia harus bangun untuk memastikan sesuatu. Dia berjalan keluar dari kamar itu setelah berpakaian dimana dirinya mendapati Sindy yang tengah memasak sarapan. Terdengar bersenandung kecil yang mana membuat Adam ikut tersenyum karenanya. Untuk mencairkan suasana, Adam berdehem demi memberi tanda keberadaannya. Dia penasaran bagaimana reaksi Sindy setelah tadi malam mereka malakukan hal hal yang diluar batas. “Selamat pagi,” sapa Sindy dengan senyumannya yang mengembang, yang mana membuat Adam sedikit kaget. Apalagi ketika Sindy mematikan kompor untuk mendekat dan memeluk Adam dengan wajah yang mengadah. “Kau sudah mandi?” “Belum, aku baru saja bangun. Maaf tidak membantu membuat sarapan.” “Tidak apa apa, kau mandilah dulu. Aku akan membuatkan sarapan untuk kita berdua oke?” Adam mengangguk, sepertinya kejadian malam tadi tidak membuat Sindy menyesal. Bahkan sosok itu memberikan kesan tenang seperti tidak ada yang terjadi, bahkan mereka malah terlihat semakin akrab. “Kenapa malah diam, sana kau harus segera pergi mandi, supaya kita bisa sarapan bersama. Tubuhmu bau keringat dan juga s****a,” ucap Sindy dengan frontal Kata kata yang akan Adam keluarkan tertahan dikarenakan senyumannya yang begitu manis. Sosok itu hanya menarik dirinya kemudian membiarkan Adam berdiri di ujung tangga. “Kenapa masih diam? Sana mandi,” perintah Sindy lagi. Kemudian Adam melangkah ke dalam kamarnya sendiri untuk mandi. Dan saat itulah senyuman Sindy menjadi hilang dan digantikan dengan raut wajah yang seram. Dia focus memasak hingga hanya keheningan yang melanda telinganya. Tapi dia masih bisa mendengar beberapa kalimat kalimat aneh yang berasal dari ruang bawah tanah hingga Sindy memilih untuk menghentikan aktivitasnya sejenak, kemudian dia membuka pintu ke basement dan berteriak, “Diaaammm!” teriaknya yang mana membuat suara itu langsung hilang seketika. Sementara itu, Adam mematikan shower saat mendengar suara teriakan. Namun samar samar tidak jelas. “Sindy? Apa kau baik baik saja?!” “Maaf, tadi ada kecoa,” ucap Sindy menutup pintu basement kemudian melanjutkan masakannya. *** “Hai, ayo duduk dan coba makanan ini,” ucap Sindy dengan senyumannya yang manis tatkala Adam keluar dari pintu tersebut. Sosok pria itu duduk menghadap makanan yang begitu banyak. Seolah Sindy memang sengaja ingin membuat Adam terkesan. “Kau memasak banyak sekali.” “Untukmu karena aku yakin kau menginginkan semua ini.” Adam tersenyum. “Tentang malam tadi….” “Kenapa?” Tanya Sindy dengan raut wajahnya yang terlihat tegang, dan itu membuat Adam ragu untuk meminta maaf. Dia yakin kalau Sindy akan kecewa terhadapnya jika melakukan hal itu. “Malam tadi, apa ada yang salah?” Adam menggeleng. “Tidak sama sekali, aku ingin menjelaskan kalau aku menyukaimu. Dan aku melakukannya dalam keadaan sadar. Maaf.” “Maaf untuk apa?” “Untuk menyukaimu karena seharusnya aku tidak melakukan itu, aku adalah penjaga tempat keluargamu dan kau adalah majikanku. Hubungan ini tidak pantas.” “Kenapa kau mengatakan hal seperti itu? Itu adalah hal buruk yang pernah aku dengar. Aku tidak pernah memandang status seseorang dilihat dari pekerjaannya. Kau tau, aku juga menyukaimu sejak melihatmu. Jadi aku mohon, jangan pernah berfikir hal yang tidak tidak, aku benar benar menyukaimu.” Kalimat yang dikatakan oleh  Sindy jelas membuat Adam terkejut. Apalagi saat sosok itu kini menggenggam tangannya dan mengelusnya dengan pelan, senyumannya bahkan mengembang karena melihat Adam. Sindy mengatakan dengan jelas. “Aku menyukaimu juga, jangan khawatir. Jadi, kita resmi berpacaran sekarang?” Adam kaget, kenapa bisa secepat ini? Namun, dia tidak ingin membuat Sindy merasa terbuang. Jadi. Adam memberikan senyuman terbaiknya untuk meyakinkan sosok itu kalau dirinya memang menyukai Sindy sebesar itu. Karena pada kenyataannya, Adam belum menyukai sama seperti dirinya menyukai mantannya. “Tentu, aku akan merasa senang jika kita melakukannya. Terima kasih telah menyukaiku yang tidak memiliki apa apa ini.” “Berhenti mengatakan hal hal seperti itu,” ucap Sindy kemudian mendekati Adam. Dia duduk di pangkuan pria itu dan memeluknya dengan erat. Adam tersenyum dan membalas pelukan Sindy dengan erat pula. “Akhirnya aku punya pacar,” ucap Sindy dengan senyumannya yang mengembang dan dibalas kekehan oleh Adam. Sampai senyuman Sindy perlahan pudar ketika matanya menangkap seorang anak yang mengintip dibalik meja. Namun anak itu segera kembali bersembunyi setelah melihat tatapan tajam dari sosok yang ditakuti di rumah tersebut. “Aku akan memperkenalkanmu pada keluargaku saat mereka datang nanti.” “Apa mereka tidak masalah jika kau berpacaran dengan pria seperti aku?” “Hei, tidak. Berhenti mengatakan hal tersebut. Aku yakin mereka akan ikut senang jika aku senang.”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD