“Kenapa?” Tanya Sindy dengan manik yang bersinar, terlihat begitu menawan yang mana membuat Adam menelan salivanya berkali kali karena hal tersebut. Siapa yang tidak suka disuguhi pemandangan seindah ini, lekuk tubuh yang sempurna nyaris membuat Adam ingin menerjang Sindy jika saja dia tidak ingat kalau sosok itu adalah majikannya.
Menggelengkan kepala mengingat pikirannya yang kotor, Adam berdehem dan menarik tangannya yang digenggam oleh sosok tersebut. Demi Tuhan, mereka sedang duduk di atas ranjang dengan posisi saling berhadapan.
“Ada apa?” Tanya Sindy lagi. “Kau tidak terlihat baik baik saja.”
“Ya, kau belum makan malam?”
“Belum. Haruskah kita membuatnya bersama? Atau ada yang ingin kau katakan terlebih dahulu.”
Adam menggeleng. “Tidak ada, ayok kita turun dan makan malam dulu. Kau diam saja, biar aku yang memasak.”
“Hei, bukankah kita akan memasak bersama? Aku ingin melakukannya. Bagaimana kalau kita memasak bersama saja kali ini?”
Adam mengangguk sambil memalingkan wajahnya saat Sindy mendekat hingga pria itu bias melihat belahan dadanya yang membuat Adam pening sendiri. “Bisa kau mundur, bukankah kita akan masak makan malam bersama?”
Sindy langsung cemberut mendengar kalimat yang dikatakan oleh Adam. “Kenapa? Kau risih dengan keberadaanku ya? Maaf jika aku membuatmu tidak nyaman.”
“Bukan seperti itu,” ucap Adam berdehem. Dia langsung berdiri dari duduk itu. “Aku hanya merasa lapar dan kita harus segera makan bukan? Ayo.”
Tangannya yang terulur membuat Sindy kembali tersenyum, dia menerima uluran tangan tersebut. “Oke, ayo kita memasak.”
“Apa kau tidak ingin berganti pakaian dulu? Aku khawatir ada minyak yang akan masuk ke dalam tubuhmu.”
Sindy malah tertawa mendengarnya. “Aku ingin makanan yang direbus dan juga dipanggang kali ini. Tidak ada minyak pokoknya, aku sedang berdiet sekarang. Kau tau itu kan?”
Adam tertawa canggung kemudian membiarkan Sindy membawanya pergi dari sana. Dengan nafas Adam sendiri yang tercekat karenanya. Dia bias melihat dengan mudah bagaimana punggung mulus milik Sindy mengingat baju itu begitu transparan. Jangan lupakan kalau itu adalah lingerie yang umunya dipakai oleh wanita yang sedang menggoda pasangannya.
“Aku ingin membuat kentang tumbuk, dan juga ayam panggang. Bagaimana?”
“Aku ahli mengolah Ayam, kau bias mempercayakannya padaku.”
“Oke, aku senang sekali bisa memasak bersamamu seperti ini. Aku selalu bermimpi tentang mengerjakan hal hal seperti ini dengan pria yang akan menjadi kekasihku nantinya.”
“Kau benar benar tidak punya kekasih?” Tanya Adam yang langsung dibalas gelengan oleh Sindy.
“Aku tidak punya kekasih, karena mereka bilang aku aneh.”
“Aneh bagaimana?” Tanya Adam tidak menerima.
Keduanya mulai membuat makanan sambil melanjutkan pembicaraan. Adam masih terpaku pada kalimat yang dikatakan oleh Sindy sebelumnya. “Siapa yang bilang kau aneh? Aneh bagaimana?”
“Entahlah, aku hanya perempuan yang terlalu ekspresif dalam beberapa hal dan itu sangat mengganggu beberapa pria yang aku sukai.”
“Sebagai contoh?”
“Sebagai contoh aku suka jepit, dan aku terobsesi untuk mengoleksinya. Sampai itu membuat mereka kesal.”
“Tapi itu bukanlah keanehan.”
Sindy tersenyum mendengar hal tersebut.
“Kau istimewa yang melakukan apa yang kau suka.”
“Terima kasih,” ucap Sindy dengan tulus. “Aku akan memetik beberapa sayuran dulu di pinggir,” ucapnya meninggalkan Adam yang sedang memotong motong kentang sendirian di sana.
Adam tersenyum sendiri setelah kepergian Sindy dengan mata yang terfokus pada kentang yang sedang dia potong potong di sana. Sindy menarik, dan mendengarkan penjelasan kalau sosok itu tidak memiliki pacar membuat Adam sedikit exited pada beberapa hal. Dia menarik napasnya dalam saat mendengar suara derap langkah mendekat.
“Di samping sana hanya ada daun bawang. Kau akan menggunakan itu pada ayam?” Tanya Adam yang tidak dijwab oleh Sindy. “Aku tau kau pandai memasak, tapi bukankah itu aneh?”
Hanya terdengar suara piring bergeser membuat Adam tersenyum. “Mengingat pembicaraan tadi, abaikan saja teman temanmu ya, kau itu istimewa dengan semua keunikanmu,” ucapnya kini membalikan badan dan tidak mendapati siapapun di belakangnya. Sampai dia melihat kalau Sindy ada di luar, bahkan perempuan itu melambaikan tangannya lewat jendela sambil tersenyum.
Yang mana membuat Adam kembali terdiam, dia mulai merasakan keanehan di sini. Menjadi jadi dan membuat dirinya ketakutan karenanya.
“Kau kenapa?” Tanya Sindy saat dia kembali masuk ke dalam daerah dapur. “Kenapa wajahmu terlihat seperti melihat hantu?”
Karena demi Tuhan, Adam mendengar suara derap langkah, piring yang berpindah dan juga suara deru napas.
***
Setelah kejadian itu, Adam lebih banyak terdiam. Dia menatap makanan yang sedang disajikan oleh Sindy dengan senyuman yang terpaksakan ketika mata mereka bertemu.
“Kau baik?” Tanya Sindy yang hanya dibalas anggukan oleh pria itu. Bahkan saat Sindy bicara, Adam hanya menanggapinya dengan anggukan saja. Membuatnya semakin curiga. “Katakan apa yang mengganggu pikiranmu, jangan seperti ini. Barangkali aku bisa membantu apa yang menjadi kegundahanmu?”
Adam hanya menoleh kemudian menggeleng. Dia kembali focus pada makanannya, sampai dia merasakan ada usapan di tengkuknya dan pelakunya adalah Sindy. Dia sendiri tidak sadar sejak kapan Sindy ada di sana dan memijat dirinya.
“Tenang, aku hanya mencoba membuatmu rileks, bukankah ini sangat enak untuk dinikmati?” Tanya Sindy yang kenyataan membuat Adam memang sedikit rileks. Pria itu menarik napasnya dalam.
“Kau tau….” Hingga akhirnya Adam mulai membicarakan apa yang menjadi kegelisahannya. “Terkadang aku merasa tempat ini aneh, aku merasa ada banyak orang di sini padahal pada kenyataannya tidak ada siapa siapa. Aku merasa kalau di sini adalah tempat dimana makhluk halus berada, aku sebelumnya tidak percaya dengan hantu tapi kenyataannya sekarang aku selalu mengalami keandehan di tempat ini. Bukankah itu mengerikan?”
Pertanyaan Adam membuat Sindy tertawa, dan hal itu menyebabkan Adam membuka matanya. Hingga dia langsung melihat Sindy yang tengah tersenyum sambil memijat kepalanya. “Kau hanya parno dan belum bisa menyesuaikan diri di sini, dan belum bisa menerima kenyataan kalau di sini hanya ada aku.”
“Aku pernah menyangka kalau kau bukanlah manusia.”
Dan itu membuat Sindy semakin tertawa, dia beralih untuk menarik tangan Adam supaya sosok itu berdiri.
“Kita mau kemana?” Tanya Adam kebingungan apalagi saat dirinya dibawa untuk menaiki tangga dan masuk ke dalam kamar Sindy. “Apa yang kita lakukan di sini?”
Tanpa diduga, ternyata Sindy menempelkan tangan Adam ke dadanya. Sosok itu mengulas senyuman. “Aku ini nyata, kau ingin mencobanya?”
Adam terdiam dan menarik tangannya dengan kaget. “Apa yang kau lakukan? Kau tidak boleh melakukan hal itu.”
Seketika senyuman Sindy luntur, “Begitulah, aku aneh hingga tidak ada yang mau berteman denganku.”
“Bukan begitu, aku tidak bermaksud begitu,” ucap Adam mendekati Sindy yang memunggunginya sambil menutup wajahnya dengan telapak tangan. Mungkin terdengar suara lirihan tangisan Sindy, tapi di balik tangannya itu dia tersenyum supaya Adam masuk ke dalam jebakannya.