CHAPTER 4

1485 Words
Adam terpaksa turun ke basement untuk menyalakan lampu lagi. Sikringnya ada di bawah, hingga Adam diharuskan untuk turun ke basement, tidak lupa dia mengganjal pintu agar tidak tertutup dengan mudah. Inilah yang membuat Adam malas untuk masuk ke basement, karena alasnya tanah dan membuatnya merasakan jijik di sana. dia mencari cari sikring. Kata Hans, sikringnya menempel di dinding. Jadi dengan pelan pelan, Adam menelusuri dinding di sana sambil menelan salivanya kasar karena ketakutan. Suasana mencekam, dinginnya udara terasa menusuk tubuhnya. “Dimana sikring sialan itu,” umpatnya sambil menelusuri bahkan sampai menginjak beberapa barang di sana. tangannya meraba dinding sambil melangkah, sesekali Adam mengedarkan cahaya karena ketakutan. Tanpa sadar kalau ada yang ikut melangkah bersamanya. Seorang Wanita yang memakai gaun pengantin dan rambut yang berantakan. Hingga langkahnya terhenti, Adam merasakan ada deru napas di lehernya. Terasa begitu hangat dan membuatnya merinding. “Siapa?” tanya Adam langsung membalikan badan dan mengedarkan cahaya ke arah tersebut. Namun dia tidak mendapatkan apa apa. Menarik napasnya dalam hingga akhirnya menemukan sikring dan menyalakannya. Begitu basement menyala, Adam menarik napasnya dalam. dia merasa lega dan bergegas menaiki tangga sampai akhirnya. BRUK! Sepertinya dia memang ditakdirkan untuk terus jatuh di tangga tersebut. Dia memegang pinggangnya yang terasa sakit dan pakaiannya yang dia jamin kini menjadi kotor. Sebuah umpatan kembali terdengar, kemudian Adam berlari dengan cepat menghindari sesuatu yang aneh kembali terjadi. dia takut dan mulai merasa kalau tempat ini berhantu, membuatnya menelan saliva kasar dan menghembuskan napas berat karenanya. “Astaga! s**t!” teriaknya melihat cermin yang tertutupi oleh kain putih, dia kaget dan lupa akan hal tersebut. Adam bergegas mengambil makanan dari dalam kulkas kemudian dia membawanya ke kamar untuk dimakan sendirian di sana. Namun sebelum itu, ponselnya kembali berbunyi menandakan sebuah pesan dari Hans yang mengingatkannya untuk mematikan lampu sebelum sikringnya kembali konslet. Keluar lagi dari kamar, Adam berdehem dan melangkah ke lantai dua terlebih dahulu untuk mematikan semua lampu. Hans bilang lampu yang boleh menyala hanya lampu luar, kamarnya dan juga dapur. Sisanya diharuskan untuk gelap supaya tidak terjadi konslet listrik. “Tinggal lampu ini saja bukan?” gumamnya memecah keheningan diri sendiri. saat sampai di lantai dasar, Adam mendekaati saklar lampu untuk mematikan ruang utama. Sejenak dia diam dan mengedarkan pandangan. Ketika matanya menangkap yang aneh di lantai dua, Adam memicingkan kepala, “Kenapa aku lupa kalau ada cermin di sana?” gumamnya pada kain putih yang ada di dekat tangga. Menelan salivanya kasar, Adam mematikan lampu kemudian bergegas masuk ke dalam kamarnya lagi. Dia menutup telinga dengan headset dan mulai memaikan ponsel. Dia melihat lihat n****+ milik orang lain, mengejek seskali. “Kenapa cerita klise seperti ini mendapatkan banyak pujian? Hanya pria kaya dan Wanita miskin. Cih! Mereka tidak punya selera yang bagus,” ucapnya, sampai tidak sadar kalau hujan datang dan dengan angin kencang. Saat mendengar suara benda jatuh begitu keras, baru Adam membuat headsetnya dan melihat keluar kaca. Di sana hujan dengan disertai oleh angin yang kencang. BRUK! Suara benda jatuh dari arah belakang, sepertinya dekat dengan dapur tapi di bagian luar. Adam segera masuk dalam mode penerbangan, dia tidak mau Hans menghubunginya dan menyuruhnya melakukan hal hal aneh. Dalam hati Adam bergumam, kenapa tidak Hans saja yang menjaga villa ini? **** Adam terbangun karena suara gedoran dari pintu belakang. Dia terbangun dari tidurnya dan menggesek matanya sampai gedoran itu kembali membuatnya menggila. “Siapa?!” “Ini aku Hans! Buka pintunya!” teriak Hans membuat Adam terpaksa bangun. “Ada apa?” tanya Adam dengan malas. “Kau baru bangun? Di siang ini?” “Aku bergadang semalaman mengerjakan novelku.” “Kau tidak membalas pesanku, ponselmu tidak aktif.” “Maaf, aku menyalakan mode penerbangan karena ada guntur.” “Ada kekacauan di sisi lain Villa, lihat,” ucap Hans melangkah lebih dulu dan diikuti oleh Adam. Mereka ke sisi kanan Villaa dimana ada batang pohon yang jatuh mengenai genteng. “Kau harusnya melakukan ini sendiri. tapi aku akan membantumu kali ini sebelum kau pulang.” “Aku pulang?” tanya Adam kaget. “Ah, aku lupa memberitahumu. Mereka ingin kau pulang saat mereka datang ke sini, karena mereka ingin menghabiskan waktu dengan keluarga. kau bisa datang lagi ke sini di Minggu siang.” Adam terdiam, baru saja dia mendapatkan suasana baru, kini dia harus kembali ke rumahnya. Dan itu cukup menyebalkan untuknya. Terlebih lagi sekarang Hans terus saja marah marah kaarena pekerjaannya tidak rapi. “Kau juga harus bersih bersih, jangan hanya menunggu saja. kalau kau jadi penjaga villa, berarti memastikan semuanya tetap dalam kondisi yang seharusnya, rapi dan bersih. Karena apa? Karena terjaga.” “Aku paham,” ucap Adam yang kini berada di atap membenarkan letak genteng. Setelahnya dia turun dan baru menyadari kalau Hans membawa banyak makanan. “Itu untuk siapa?” “Untuk pemiliknya di sini. Lain kali aku menyuruh mereka menghubungimu untuk berbelanja memenuhi kebutuhan,” ucap Hans membawa barang itu ke dapur dengan Adam yang mengikuti dari belakang. Keningnya berkerut heran melihat hal tersebut. “Kau tidak menyentuh anggur milik mereka kan?” Adam menggeleng. “Apa setiap akhir pekan kau seperti ini? membeli banyak makanan untuk mereka?” “Tentu saja,” ucap Hans sambil membereskannya. “Satu bulan penjaga di sini tidak ada, jadi aku yang menggantikan.” “Lalu, kenapa tidak kau saja yang berjaga di sini?” “Pemerintah sudah menyuruhku untuk berjaga di hutan. Oh, apa kau ingin menggantikanku, aku akan sangat senang jika bisa tinggal di sini.” “Tidak, jangan,” ucap Adam dengan terburu buru. “Cepat bantu aku membereskan semua ini.” Adam melakukan apa yang Hans inginkan meskipun dengan helaan napas yang berat. Dia membereskannya dengan baik di sana. “Aku pulang besok jam berapa?” “Terserah, mereka akan datang ke sini kamis sore.” “Tidak bisakah aku tetap di sini? Aku tidak akan mengganggu mereka.” Hans menggelengkan kepalanya. “Mereka tidak suka diganggu, dan tidak suka bertemu dengan orang asing.” “Aku bukan orang asing, aku penjaga mereka?” “Heh, dia majikanmu. Kau harus mendengarkannya. Mereka hanya ingin ketenangan dan liburan di sini, tanpa penjaga.” “Bagaimana jika mereka membutuhkan bantuan?” tanya Adam, dia enggan pulang dan kembali ke kota. Malas untuk bertemu orang orang di sana. tempat ini memang mengerikan, tapi di kota lebih mengerikan karena dirinya terus saja dianggap rendah oleh orang lain. “Aku di sini saja.” “Mereka terdiri dari Kakek dan Nenek, Ayah dan Ibu kemudian anak anaknya. Jika ada masalah, mereka bisa dengan mudah menyelesaikannya. Kalau kau ingin tetap di sini, kau akan dipecat.” “Baiklah, besok aku akan pulang,” ucap Adam pada akhirnya. “Cukup bawa yang dibutuhkan saja, biarkan pakaianmu di sini.” “Oke,” ucap Adam tidak banyak bicara lagi, hanya mendengarkan beberapa nasehat dari Hans mengenai kinerjanya yang harus bagus di tempat ini. ***** Malam terakhir Adam di sini. Besok dia akan kembali ke kota di kamis siang, dan kembali lagi minggu siang ke sini. Malam ini, Adam mengalah pada rating buku yang sedang diminati. Dia mencoba membuat sebuah n****+ comedy romance supaya mendapatkan uang. Adam akui kalau dia sempat mengejak dan memandang rendah pada n****+ seperti ini. namun pada kenyataannya, dia tetap membutuhkan uang hingga harus melakukannya. Adam menulis dua bab sampai tengah malam, kemudian meng-uploadnya. “n****+ romance membuatku sakit kepala,” ucapnya memegang kepala berkali kali sebelum akhirnya keluar dari kamar untuk membawa bir. Sejenak Adam terdiam memperhatikan sekitar, sedikit mencekam apalagi dia bisa mendengar jelas jarum jam berdetak. “Ini seram, tapi di kota lebih seram,” ucapnya melangkah masuk ke kamar. Adam menyukai keheningan ini saat dia membaringkan tubuh, kemudian memejamkan mata dengan tangan yang menjadi bantalan. Apalagi dia sengaja membuka jendela hingga angin yang sejuk masuk membelainya. Adam merasa waktu berhenti, begitu hening dan membuatnya tenang. Sampai akhirnya, suara aneh itu kembali terdengar… “Hahahaahahaha! Jangan main main, nanti Ibu marah.” “Ibu pergi.” “Kemana?” “Ke atas.” Mata Adam terbuka sejenak, kenapa dia selalu mendengar percakapan anak anak itu? Sebelumnya saat dia mendengarkan rekaman di basement, memang benar ada banyak rekaman anak anak yang sedang bermain. Namun kenaapa sekarang dia merasa rekaaman itu sesuai dengan keadaannya Sekarang? terlebih lagi Adam sudah memastikan kalau tidak ada kaset yang tersetel di sana. Mencoba berfikir positive, mungkin jatuh dan kembali masuk ke alat pemutar rekaman tersebut. “Dia belum tidur, Ibu bilang jangan berisik.” “Kenapa dia belum juga tidur ya?” “Dia tadi sedang menulis. Sebuah cerita.” Seketika Adam langsung memakai headsetnya dan menyetel lagi. Keheningan itu tiba tiba mencekam hingga dia memilih untuk mendengarkan lagu. Hingga jarum jam pendek mulai memasuki angka satu, rumah itu mulai ramai oleh makhluk makhluk yang tidak seharusnya menampakan diri pada manusia. Begitu berisik, seperti ada sebuah pesta keluarga pada umumnya. Namun Adam kini mulai terlelap dengan lagu pengantar tidur, tidak menyadari pintu kamarnya yang mulai terbuka dengan perlahan hingga mengeluarkan suara menyeramkan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD