"Anda?" tanya Sekar terlihat gugup. Hal itu membuat Ishak menatap pada keduanya dengan alis bertaut. "Kalian saling kenal?" tanya nya.
Lelaki tampan yang menjadi tersangkan tersenyum simpul, lalu berkata. "Iya, dan karena dia, saya ingin bekerja sama dengan anda!" ungkapnya.
Yang namanya Ishak itu adalah seorang atasan yang mata duitan dan serakah. Melihat seorang Dokter hebat berada di ruangannya. Dengan misi yang sudah pastinya akan membuat pundi pundinya bertambah. Dia tentu saja terlihat semringah. "Wah, sekar. Kamu memang sesuatu. Kalau begitu, tidak apa apa, kamu ingin mengakhiri yang kemarin itu. Karena penggantinya pun tidak kalah hebat. Kamu memang luar biasa. Ayo mari duduk di sini. Di dekat saya!" Dasar atasan menyebalkan. Bukannya beberapa jam yang lalu ia marah marah pada Sekar. Lalu kini dengan mudahnya ia berubah. Hanya karena seorang Adrian. Sekar kemudian diperlakukan layaknya seorang putri kesayangan. Huh, dasar menyebalkan. Sejujurnya, Sekar ingin sekali mengumpat pada atasan yang terhormat itu.
Sekar duduk di samping atasannya itu dengan agak kikuk. Ia masih tidak mengerti. Kenapa Dokter itu ingin memakai jasanya untuk sebuah rumah sakit. Padahal Sekar tidak pernah membuat desain itu sebelumnya. Yang ia tangani adalah perkantoran dan hotel, juga taman. Namun untuk sebuah rumah sakit. Ah, mungkin nanti Sekar akan memikirkannya lagi. Dari kemudian membatalkan dan membuat bosnya itu kembali marah.
"Sekar, Pak Adrian ini, mau membuat rumah sakit besar. Dan dia ingin menggunakan jasa kamu, sebagai desain utama. Ini luar biasa sekali, bukan? Ini sebuah rumah sakit. Yang di mana nantinya akan menjadi tempat yang banyak di datanngi oleh orang orang. Dan nama kamu akan semakin terkenal di sini. Benarkan Pak Adrian?" Ishak bertanya pada Adrian, yang sebenarnya sedang meneliti sesuatu. Hingga ia terperanjat kaget karena ulah nakalnya itu. Adrian sedang menatap wajah jelita di depannya.
"Eh, iya Pak. tentu saja. Kalau perlu, saya akan menuliskan rumah sakit itu dengan nama Sekar!"
Apa yang benar saja?
Sekar terkekeh dibuatnya. "Lelucon Bapak, receh sekali ya," ucapnya santai. Membuat Adrian ikut terkekeh. Lebih tepatnya terkekeh malu. Sekar sepertinya tidak menyukai ide itu. Ah, perempuan yang agak angkuh, dan entah kenapa Adrian menyukai hal itu.
"Maaf, Pak. Karyawan saya ini, memang agak sedikit angkuh. Tapi masalah kerjaan, bapak jangan pernah ragukan itu. Bapak lihat taman hutan buatan yang di bawah itu. Itu karyanya. Kami membuatnya tiga bulan yang lalu. Dan kami langsung mempercayai Sekar, meski ia waktu itu masih anak baru di Buana!"
Adrian mengangguk percaya, dan tentu saja karena ia sudah menyelidiki juga sudah melihatnya. "Iya, dan saya barusan dari sana. Saya juga bertemu dengan Sekar di sana. Barusan." ucapnya.
"Waw! kalian rupanya seakrab itu!" Terdengar Ushak kembali berulah dan menyebalkan. Membuat Sekar meringis pelan. Bosnya itu selalu saja membuat seolah dirinya adalah calon pasangan klien yang sejati dan serasi. Sehingga lelaki itu akan bersikap berlebihan. Selalu saja membuatnya malu dan canggung.
Pak Ishak ini! Sekar bergerutu di dalam hati.
"Ya, kami memang sedang berteman akrab. Bukan begitu, Mbak Sekar?" pertanyaan Adrian, hanya ditanggapi Sekar dengan tatapan datar saja. Hal itu membuat Adrian terkekeh, diikuti kekehan Ishak juga. Mereka mulai faham bagaimana sikap angkuh perempuan jelita itu. "Tidak apa apa, Pak. Dia memang seperti itu. Tapi dia adalah parthner yang sangat baik sekali!" Ishak terus mempromosikan dirinya. Dan sekali lagi itu membuat Sekar ingin sekali kabur dari ruangan atasannya itu.
***
"Maksudnya apa? Sekar menolak bertemu saya, dan digantikan oleh desain yang lain?" saat ini Saka tengah menerima telpon dari Ishak.
"Saya tidak tahu apa kesalahan kalian. Tapi Sekar ingin mengakhiri semuanya. Tapi anda jangan khawatir, saya masih punya desaign arsitek yang tidak kalah hebat dari Sekar. Nanti saya akan berikan porfolionya secara jelas. Ke imel Bapak."
"Saya hanya mau Sekar! Tidak yang lain!"
"Tapi saya tidak bisa memaksa karyawan saya Pak. Sekar sepertinya takut pada anda. Ah, saya tahu keryawan yang satu itu memang sangat cantik dan jelita. Tapi Bapak sepertinya harus menahan diri dengan kuat. Agar tidak mengusik nya dulu. Biarkanlah dulu Sekar saat ini. Nanti setelah ia agak tenang. Bapak boleh lah mengajak ia kerja bareng lagi. Atau Bapak melakukan pendekatan secara personal dengan sopan padanya. Buat dia percaya dulu pada anda. Nah, setelah itu saya yakin sekali Sekar pasti akan mau kembali kerja bersama anda. Saran saya itu saja, pak."
"Ah, saya harus menunggu berapa lama Pak. Ini seperti saya akan menjadikan dia sebagai istri saja!"
"Hahahaha! Bapak bisa saja. Pokoknya nanti akan saya hubungi lagi ke Bapak. Tapi kalau Bapak ingin membangun hotelnya secepatnya. Maka tidak ada pilihan lain, saya akan mengirimkan karyawan saya yang lain."
"Tidak perlu, Pak. Saya hanya mau dia saja. Nanti caranya akan saya pikirkan sendiri."
"Baiklah, Pak, Kalau begitu. Saya permisi dulu. Selamat siang."
"Baik, Pak. Selamat siang." Saka menutup ponselnya dengan helaan napas kasar. Perempuan itu benar benar telah mengacaukan segalanya. Saka diancam akan di cabut lagi dari Global, kalau Sekar tidak kembali padanya. Namun memaksa perempuan keras kepalan itu bukanlah cara yang baik. Maka Saka akan mencari jalan yang lain. Sebuah senyuman terlihat menghiasi kedua bibir menawan itu. Saka sudah tahu apa yang akan dia lakukan pada sang mantan, yang semakin lama semakin angkuh, dan sayangnya ia semakin tertarik padanya. Iya, mungkin salahnya karena telah buru buru mengambil keputusan yang salah. Seharusnya dahulu Saka tidak menalaknya. Saka tidak tahu kalau perempuan itu memiliki sesuatu yang tidak pernah ia temukan dari perempuan lainnya. Sekar berbeda, dan membuatnya penasaran.
"Baiklah, Sekar. Jika itu maumu. Maka jangan salahkan diriku. Kamu yang memulai perang ini, dengan menolak ku." Ia bermonolog sendiri, dengan menatap photo balita cantik, yang ia pinta dari mamahnya, dua hari yang lalu.
Sore harinya, Sekar hendak pulang. Saat ini perempuan jelita itu akan menunggu taksi pesanannya. Namun sebuah Toyota all New Corolla Altis, berwarna silver, berhenti tidak jauh darinya. Membuat Sekar menautkan kedua alisnya. Dalam hati bertanya, siapa pemilik mobil mewah itu.
"Sekar!" Dan suara itu membuat Sekar, merasa sial karena ia harus bertemu lagi dengannya. Perempuan itu menghela napas letih. "Kenapa kamu ke sini?" ketus Sekar.
"Ayo masuklah, kita bicara!"
"Tidak ada yang harus kita bicarakan Saka!"
"Ada banyak sekali."
"Aku sudah mengakhiri kerja sama itu!"
"Dan aku memang tidak akan membicarakan tentang kerja sama." Saka keluar dari mobilnya dan kini berdiri tidak jauh darinya.
Sekar, terdiam. Lebih tepatnya ia sudah kehilangan kesabaran saat menghadapi laki laki itu. Saka tersenyum melihat keterdiaman itu. "Saya hanya ingin menawarkan sesuatu." Saka memperlihatkan sebuah photo. "Jika dia anak saya! Maka saya berhak untuk menemuinya. Benarkan?" pertanyaan Saka, membuat Sekar terdiam putus asa. kedua tangannya gemetar, dan kedua matanya terasa memanas. "Dia bukan anak kamu!" ucap Sekar dingin. Dan malah membuat Saka terekekeh. "Baiklah, kalau begitu, mari kita lakukan tes DNA!" ucap Saka lagi, dia berbisik di telinga perempuan jelita itu. Sehingga Sekar mematung bisu, seolah ia kehilangan nyalinya.