Lydia POV
"Mama dan Papa yang aku sayangi, stop jodoh-jodohin Lydia. Please aku masih muda masih pengen main sama temen-temen bukannya ngurus anak !"
Aku melipat tanganku didepan d**a. Umurku baru saja menginjak 19 tahun dan kedua orang tuaku ingin menjodohkanku dengan anak temannya. Pemilik Restoran Chicken daniel's. Penderitaan apa lagi ini ya tuhan?
"Lydia sayang, karena umur kamu udah 19 makanya Mama sama Papa ngejodohin kamu sama anak temen Papa." Tutur Mama padaku.
"Orangnya baik kok." Imbuh Mama lagi.
"Aku nggak peduli Ma, aku nggak mau dijodohin titik! Kayak nggak laku banget sih dijodohin segala." Gerutuku makin tambah kesal.
"Kamu nggak boleh ngebantah!" Papa tiba-tiba mengeluarkan senjata mengancamku dengan tatapan mata tajamnya. Aku menciut dan memanyunkan bibirku.
Kedua orang tuaku langsung pergi dari hadapanku, meninggalkanku di rumah seorang diri lagi. Aku menghembuskan napas kasar dan masuk kedalam kamar.
Aku mengambil ponselku di atas meja nakas dan segera menghubungi temanku.
"Assalamualaikum Brian."
"Waalaikumsalam Lyd"
"Bantuin gueee" Aku merengek di telepon tanpa ada rasa malu sedikit pun.
"Ada apa Lyd?"
"Bantuin gue cari tahu anak pemilik Chicken daniel's! " Balasku ketus.
"Emangnya ada apa sih Lyd?"
"Masa iya gue mau di jodohin sama anak pemilik Restoran itu, gue aja nggak tahu gimana modelnya itu bocah yang mau di jodohin sama gue"
"Wah gula!" Seru Brian di seberang.
"Gila maksud lo?"
"Iyaa itu."
"Ishh kebiasaan deh lo"
"Hehe sorry udah kebiasaan."
"Bantuin gue beneran ya."
"Okey siap, bentar lagi gue bakalan meluncur kesana."
"Thanks banget Bri."
"No problem Lyd, gue tutup dulu ya Mama gue manggil nih."
"Okey Bri."
Sambungan telepon kami di tutup oleh Brian. Aku sedikit bisa bernapas lega mempunyai teman seperti Brian yang bisa di andalkan. Lelaki itu adalah temanku sejak SMK sampai sekarang.
Brian memiliki kecerdasan diatas rata-rata, selain itu dia memiliki beberapa kelebihan. Seperti yang baru saja aku tugaskan padanya. Dia memiliki kemampuan mencari tahu latar belakang seseorang dengan cepat dan teliti.
***
Ponselku berdering dengan nyaring diatas nakas, selepas menelepon Brian tadi aku belum juga keluar dari kamar. Menunggu kabar dari lelaki itu seraya berbaring di kamar.
"Lyd?" panggil Brian tanpa salam ditelepon.
"Iya Bri, Waalaikumsalam?"
"Astaga, assalamualaikum."
"Iya waalaikumsalam, gimana Bri?"
"Gue udah dapet yang lo mau."
"Gue jelasin ditelepon sekarang, sisanya gue kirim di w******p ya."
"Emang apa sih sisanya?"
"Foto seseorang yang mau dijodohin sama elo lah!"
Aku menepuk jidatku menyadari kebodohanku.
"Oh iya, okey."
"Gue mulai, Namanya Daniel alexi pratama, dia laki-laki yang memiliki tinggi sekitar 180 cm, memiliki kulit sawo matang. Anak semata wayang dari suami istri pemilik Restoran Chicken daniel's. Ayahnya bernama Aryadi dan ibunya bernama Nina. Ada beberapa tatoo ditangan kanannya satu bertuliskan daniel dan satunya bergambar scorpio. Dia laki-laki yang suka merokok dan minum. Pria itu berumur 26 tahun sekarang, kelahiran 15 oktober tahun 1993 lulus kuliah tahun 2016 dan mengambil jurusan bisnis. Dia salah satu pria yang digandrungi banyak perempuan semasa SMA. Namun setelah SMA dia menjadi laki-laki yang dingin bahkan beberapa kali berkelahi dengan seniornya. Tak jarang dia memalak uang saku adik tingkatnya di kampus. Hingga dia dijuluki preman pasar oleh beberapa mahasiswa. Dan yang harus lo tau dia juara satu lomba pencak silat di kampusnya."
Penjelasan yang begitu panjang lebar sukses membuatku menganga lebar, sekaligus tidak percaya apa yang baru saja di ucapkan Brian padaku. Jelas sekali laki-laki seperti dia bukanlah typeku meskipun dia lulusan S1 sedangkan aku hanya lulusan ijazah SMK.
"Dan lagi, selain dia pernah menjadi preman, dia juga ...." Brian mengantungkan ucapannya yang sukses membuatku geram.
"Apa sih Bri buruan deh!" Gerutuku kesal.
"Dia suka mainin cewek."
Deg !
Double s**t ! Dia bukan type gue! Aku menjerit didalam hati karena kesal, sekaligus geram pada kedua orang tuaku yang seenaknya menjodohkanku dengan lelaki sembarangan parahnya lagi dia adalah preman?
Setelah Brian memutus sambungan telepon, lelaki itu segera mengirimiku foto Daniel.
Aku membulat melihat paras lelaki itu. Jika dilihat dari luar jauh sekali dari kata preman. Namun jangan melihat seseorang dari luarnya saja belum tentu dalamnya juga sesuai seperti yang diluar.
"Ganteng sih, tapi emang bisa ngurus anak? Takutnya malah diajak berantem aja ntar." Gumamku sendiri setelah melihat foto lelaki itu.