Chapter 11

550 Words
Lydia POV "Waalaikumsalam" setelah menjawab salam, kulihat Mama berpamitan dan pergi kebelakang dengan sebuah koran ditangannya. Mungkin bermaksud memberikan waktu untuk kami berdua. Aku melihat Daniel memasuki rumah dengan langkah gontai. Entah ada apa dengan lelaki itu. Sebenarnya aku ingin bertanya padanya tapi mengingat tadi pagi dia mengacuhkanku akupun enggan. "Katanya kerumah nenek?" tanya Daniel padaku lalu duduk di sofa disampingku. "Udah" "Katanya isya pulang?" tanyanya lagi mengintimidasiku. "Emangnya kenapa kalo udah pulang?" aku mulai sedikit kesal dengan pertanyaan Daniel. Terkesan seperti tidak suka jika aku pulang lebih cepat. "Kan katamu tadi isya !" suaranya sedikit meninggi dan aku mencium bau rokok dari mulutnya. Aku mengeryit tidak suka. "Ya emangnya nggak boleh, pulang lebih awal?" Daniel mendengus "Udah lah Ly, aku pusing mau istirahat" kulihat Daniel bangkit dari sofa dan langsung masuk ke dalam kamar. Aku heran dengan sikap Daniel sejak tadi pagi, padahal kemarin baik-baik saja selalu bersikap manis denganku dan justru aku yang cuek dengannya. Tapi sekarang aku berada diposisi nya kemarin. Menyebalkan bukan? Aku menyusul Mama di belakang rumah, karena masih belum berani menemui Daniel dikamar. Aku memberikan waktu padanya untuk istirahat dan meredam emosinya. "Ma Pa" panggilku pada keduanya yang tengah duduk dibangku belakang rumah. Papa menenggelamkan sebagian wajahnya pada koran yang sedang dia baca, sedangkan mama memilih meminum es teh. Mama menoleh kearahku setelah menaruh cangkir ke atas meja "Ada apa Lyd? Mana suamimu?" "Istirahat Ma" "Oh ya udah, kirain kemana" "Biarinlah dia mungkin capek abis ngurus restorannya" Papa yang sejak tadi sibuk membaca koran ternyata mendengarkan percakapan kami. "Mungkin" jawabku asal "Kok mungkin?" Papa menatapku bingung, sedangkan aku acuh dan duduk di bangku di depannya. "Gimana rukonya tadi?" aku mengalihkan pembicaraan Papa yang sedang memojokkanku. "Alhamdulillah sekali Lyd, rukonya masih bagus, tempatnya juga strategis sekitar 50 meter ada sekolah dasar dan TK. ya itung-itung mereka anak kecil kan suka kue" jawaban Mama membuatku merasa senang. "Syukur deh" "Trus udah fiks dong?" "Alhamdulillah udah fiks, kita tinggal trasfer uangnya aja" "Berapa Ma?" "Udahlah nggak usah dipermasalahkan" Papa menjawab dengan cepat tanpa menatapku, aku mengerucutkan bibirku. "Besok Lydia mau lihat ya" "Ngapain?" Tanya papa "Ya pengen tau aja, ya ya boleh kan?" "Hmm" Papa hanya bergumam pelan. "Ajak Daniel" saran mama tiba-tiba. "Ah nggak mau, dia paling pagi ke Restoran lagi" "Kamu ikut aja sama dia ke restoran dulu abis itu kamu lihat rukonya" "Aku nggak yakin dia mau" "Kata siapa nggak mau, kamu tanya dulu sama dia" aku mengangguk sekilas. Kulihat papa melihat koran dan menatapku seperti biasa dengan tatapan mengintimidasi "Kamu belum pernah ke restorannya kan?" aku menggeleng. "Istri macam apa kamu ini Lyd, sama bisnis suaminya sendiri nggak tau apa-apa" Papa menggelengkan kepalanya. "Ya siapa suruh nikahin Lydia secepat ini, sama orang yang nggak Lydia kenal juga" aku mendengus sebal. "Ya makanya cari tahu, tanya juga sama suami kamu. Bukannya diem aja" "Sama bisnis suaminya sendiri seharusnya itu didukung. Ditanyain waktu pulang kerja. Gimana tadi mas ? restorannya rame apa nggak?. Apalah tanya terserah kamu" "Bener kata papa kamu Lyd" Mama ikut menimpali, aku menghembuskan napas panjang dan mengangguk ragu. "Udah sana kamu masuk, ganggu pasangan lagi bermesraan saja" ucap papa menarik tanganku agar berdiri. "Astaga papa" jeritku tidak terima diusir begitu saja. ______ Saran dan masukan ! Vote dan komentar Mau kritik? Silahkan ! Selagi kritik yang bermanfaat bukan yang menjatuhkan !
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD