Lydia POV
Aku sudah gugup bukan main ketika tubuhku sudah menumpu di pangkuan Daniel. Tersenyum kikuk ketika tangan Daniel melingkari pinggangku dan membawa tubuhku mendekatinya.
"Bagaimana perasaanmu setelah menikah denganku?"
"Emm.." Aku hanya bergumam, bingung harus menjawab apa.
"Kok emm? Masih belum ada perasaan sama Mas?"
"Bukan gitu Mas."
"Trus apa?"
"Aku bakalan usaha kok, tapi nggak secepat ini." Daniel mengangguk dan mengecup pipiku kilat. Kurasakan pipiku sudah memerah sekarang. Dan kenapa dengan jantungku yang berdegup begitu kencang selepas Daniel mengecupku. Apa sudah mulai tumbuh perasaan cinta pada suamiku?
"Kita tidur ya?" Aku mengangguk dan Daniel membantuku untuk turun dari pangkuannya.
"Jangan kecewa ya, aku nggak maksa kamu buat ngelakuin kewajibanmu" Aku tersenyum lembut menatap wajah suamiku, tidak kusangka Daniel begitu mengerti apa yang kurasakan sekarang. Jujur saja aku memang belum mau dan belum siap melakukan kewajibanku.
Dia pun membalas dengan senyuman pula seraya menarikku kedalam pelukannya. Menenggelamkan wajahku pada d**a bidangnya dan samar-samar aku mendengar detak jantungnya.
"I love you" Sebelum aku menyelami mimpiku, samar-samar aku mendengar Daniel mengucapkan kalimat itu. Membuatku menegang dipelukannya ditambah lagi Daniel mengecup pucuk kepalaku dan menarik selimut untuk menutupi tubuh kami berdua.
Aku sudah bangun ketika terdengar azan subuh berkumandang, dan aku segera membangunkan Daniel untuk sholat. Setelah itu dia balik tidur lagi sedangkan aku membantu Mama memasak didapur.
"Mama mau masak apa hari ini?"
"Mau masak sup sama tumis kangkung sayang." ucap Mama seraya memotong wortel.
"Mama udah masak nasi belum?"
"Mama belum masak, kamu bisa kan masak di penanak nasi "
"Bisa kok Ma" Aku segera mengambil beras 4 takar, mengingat anggota keluarga kami tambah satu. Biasanya Mama sering masak 3 takar saja dan syukurnya cukup sampai malam.
Setelah itu aku cuci hingga bersih dan kumasukkan kedalam wadah penanak nasi. Kuberi air dengan mengira-ngira seberapa banyak beras yang ada.
Setelah itu aku masukkan kedalam penanak nasi dan menekan tombol cook.
"Udah Ma"
"Bantuin potong-potong kangkungnya ya?"
"Siap Ma" Aku mengambil kangkung dengan wadah yang sudah disiapkan olehnya. Dan mulai memotongi kangkung menjadi kecil-kecil.
Sekitar kurang lebih satu jam aku dan Mama berkutat didapur, dan sekarang sup dan tumis kangkung yang kami masak sudah siap. Ditambah nasi yang aku masak tadi.
Jam dinding di ruang makan masih menunjukkan pukul 6, tidak biasanya Papa bangun telat dan begitu juga Daniel belum menampakkan batang hidungnya.
"Ma aku mau bangunin Mas dulu" Ucapku pada Mama yang sibuk merapikan ruang makan.
"Iya Lyd."
Sesampai dikamar aku melihat Daniel sudah rapi dengan setelan kasualnya. Dia menolehkan kepalanya ketika melihatku masuk kedalam kamar.
"Mas mau kemana?" Aku berjalan mendakatinya.
"Mas mau ke restoran Ly."
"Papa tadi nelpon, disuruh kesana pagi ini." Imbuh Daniel seraya mengecup pucuk kepalaku. Aku terdiam sejenak dan mendongakkan kepalaku.
"Tapi sarapan dulu ya."
"Kayaknya nggak bisa sayang, aku buru-buru banget." Aku mengerucutkan bibirku. Padahal aku sudah susah payah menyiapkan sarapan untuknya.
"Maaf banget ya." Aku menghembuskan napasku panjang mendengar ucapan Daniel. Ada perasaan kecewa ketika Daniel tidak bisa sarapan bersama keluargaku, mengingat hari ini adalah pertama kalinya aku melakukan tugas menjadi istri sahnya.
"Ya udah nggak papa" Jawabku lesu. Dan memutar tubuhku untuk menjauhinya, namun lenganku dicekal dengan cepat sehingga menghentikan langkahku.
"Kamu marah sama aku?" Aku mendengar suara Daniel dari belakang, tapi aku masih enggan untuk menoleh.
Dia melepaskan cekalan tanganku dengan pelan. Ada perasaan kecewa ketika dia dengan mudahnya membiarkan aku larut dalam perasaan kecewa seperti ini.
Aku tidak menjawab pertanyaannya dan kembali melangkahkan kakiku. Namun sebuah lengan kokoh melingkari perutku dengan cepat. Menghentikan langkahku kembali.