Halo aku kembali...
Baby Noah akhirnya lolos seleksi untuk daily update nih. Ceritanya akan update sampai bab 3 dulu sebagai syarat untuk ajukn kontrak.
Cerita selanjutnya akan dilanjut setelah lolos kontrak yes. Ditunggu ya ^^
***
Oeeek.... Oeeek...
Tangisan bayi mengganggu tidur Daniel. Pria itu menutup telinganya dengan bantal tapi suara tangisannya semakin terdengar kencang. Ia masih enggan untuk bangun dan melihat apa yang terjadi pada bayi itu. Daniel berguling ke kanan dan ke kiri untuk menghindari suara tangisan bayi tapi tidak berguna.
"Oh s**t!" umpatnya sambil terduduk di atas ranjang. "Bisa diem ngga sih! Gue kepengen tidur," erangnya kesal. Pukul 12.00 tengah malam seorang bayi menangis tengah malam dan membuat kegaduhan dikala ia ingin beristirahat.
Kedua matanya tertuju kepada box bayi di depannya. Dengan terpaksa ia turun dari ranjang lalu menengok ke arah isi dari box tersebut. Ia melihat Noah menangis kencang. Seketika tangisan Noah berhenti saat melihat wajah Ayahnya. Bayi itu terisak-isak.
"Kenapa lagi sih elo bayi? Ini tengah malem elo ngapain nangis nangis sih. Orang lain pada molor elo malah mewek. Mau lo apa?" omel Daniel kepada Noah. Mendengar omelan ayahnya Noah kembali menangis kencang. Daniel menghela nafas berat.
Ia menggendong Noah, membawanya ke dalam pelukannya dan menepuk-nepuk bokongnya. Tepukan tangannya terhenti. Ia merasakan sesuatu yang basah di telapak tangannya. "Ough God!!" Ia menatap jijik tangannya yang basah karena ompol Noah. Noah tersenyum manis ke arah ayahnya yang tampak mengerenyit karena terkena cairannya.
"Ngga usah ketawa lo. Seneng lo ya bikin gue menderita malem malem."
Belum sempat mengganti popok Noah yang basah, ternyata hidung Daniel menangkap bau yang aneh. Bau yang sangat menyengat sampai sampai ia merasa mual. Tak hanya popoknya yang penuh tapi Noah juga poop. Daniel kembali mengumpat karena harus memberekan kekacauan itu seorang diri.
Dengan perlahan ia membaringkan Noah di atas ranjangnya. Tak lupa ia mengalasi ranjangnya dengan alas yang tersedia. Ia tidak mau kotoran Noah mengotori ranjangnya. Daniel nyaris muntah saat membuka diapers Noah yang berbau tidak enak.
"Hoeeek..."
Daniel berlari ke kamar mandi sambil menjinjing bekas diapers anaknya lalu membuangnya ke tempat sampah. Saking baunya Daniel memuntahkan isi perutnya di toilet.
"Gila anjir! Padahal ngga makan apapun selain sufor. Tapi kenapa bau banget poopnya."
Noah kembali menangis karena tidak nyaman. Daniel segera membersihkan sisa sisa kotoran yang menempel di b****g putranya sambil menahan nafas. Ia lakukan dengan gerakan cepat dan Noah pun tersenyum.
"Udah bisa senyum ya elo sekarang setelah elo buat gue muntah muntah tadi. Udah bobok lagi sana. Gue ngantuk. Awas ya kalo ganggu gue tidur!" Daniel mengembalikan Noah ke dalam boxnya dan ia kembali merebahkan badannya di tempat tidur.
Bukan tertidur, Noah malah melek dan bermain dengan boneka kelincinya. Daniel yang mulai lelap kembali terbangun karena mendengar suara tawa Noah. Noah diajak bermain oleh bayangan ibunya yang ada di surga.
Kamu pinter banget Noah ngerjain Papa tengah malam.
Noah kembali tertawa sambil menarik-narik telinga boneka kelincinya dan tentu saja bayangan ibunya.
"Kenapa ngga tidur sih Noah? Gue harus kerja besok."
Bayi itu malah cekikikan asik bermain dengan kelincinya. Daniel turun dari ranjang dan menggendong Noah. Ia memindahkan Noah untuk tidur di ranjangnya. "Tidur ya ganteng. Besok gue harus kerja." Daniel menepuk-nepuk b****g Noah dan tak lama bayi itu tertidur sambil memeluk bonekanya.
***
"Hi Noah ganteng," seru Celine saat memasuki kediaman Daniel. Noah langsung mengangkat kepalanya dan tersenyum melihat kedatangan Celine.
Bayi mungil yang sedang tengkurap di atas tubuh Daniel itu bergerak-gerak kegirangan. Daniel segera menangkap bayinya itu dengan sigap saat akan terguling.
"Ya ampun Noah. Bikin kaget aja."
"Lagian elo ngapain simpen Noah kayak gitu. Jatoh ampe benjol awas ya lo!" Celine mengangkat bayi itu dari tubuh Daniel.
"Kenapa jam segini baru datang? Gue kesiangan ini datang ke Resto. Si Fahmi udah ribut wa sama telepon mulu dari tadi," keluh Daniel.
"Sorry. Tadi ada kerjaan mendadak yang harus hari ini juga di setorin ke kantor pusat. Ya udah gih elo siap siap pergi ke resto. Udah jam makan siang kayak gini biasanya kalian lagi kerja rodi."
Daniel mendengkus. "Nah itu lo tahu. Malah sengaja datang mepet!"
"Iya iya sorry. Kan tadi gue udah bilang alasannya." Daniel memilih masuk ke kamar untuk mengganti pakaiannya. Tak lupa ia menghubungi Fahmi menanyakan kondisi pengunjung hari ini. Daniel sedikit lega karena pengunjung belum membludak.
"Oke. Titip si Bayi ya. Gue mau kerja."
"Tenang. Selama ada onty Celine, Noah aman. Iya kan Noah." Noah tersenyum lebar menampilkan deretan gusinya yang berwarna merah.
"What ever."
"Oiya Noah nyusu jam berapa tadi?"
"Jam 10 an kayaknya. Kasih lagi s**u aja. Dua jam sekali dia nyusu."
Daniel keluar dari rumah diikuti Celine dan juga Noah. "Ngapain lo?"
"Anterin elo berangkat kerja." Jawab Celine cuek. Daniel melongo. "What?! Anterin gue kerja? Elo gila ya."
"Eh ngga usah sok kegeeran ya. Emangnya elo pikir gue mau ngaterin elo berangkat kerja? Ogah. No way. Teu sudi. Gue kepaksa ngikut karena Noah tunjuk tunjuk ke arah elo terus. Dia yang mau lihat Papanya berangkat kerja. Bukan gue!"
"Oh..."
Daniel mengeluarkan kunci mobilnya. Ia menekan tombol lalu terdengar suara kunci mobil yang terbuka. Seolah tahu Ayahnya akan pergi bekerja, Noah menggerak-gerakkan tangannya. Celine membantunya melambaikan tangan ke arah Daniel.
"Dadah Papa. Semangat ya kerjanya. Cari uang yang banyak buat beli popok, s**u sama baju baju Noah ya."
Daniel menghentikan tangannya untuk membuka pintu mobil. Ia menoleh ke belakang dan mengumpat. Pasalnya Celine melambaikan tangan Noah seolah pasangan suami isteri yang harmonis.
Suara teriakan Celine juga membuat tetangga sekitar rumah sontak menoleh ke arah mereka. Daniel yang malu memilih untuk masuk ke dalam mobil sambil membanting pintu mobilnya dengan keras.
"Dasar cewek gila!" Dari kejauhan ia melihat Celine tertawa geli. "Awas lo ya!"
***
Daniel tiba di restorannya tepat waktu. Pengunjung yang sudah memesan tempat untuk makan siang mulai berdatangan dan pesanan-pesanan pun mulai memenuhi kitchen.
Setelah mengganti dengan pakaian dinasnya, Daniel mulao mengambil alih dapur. Suara tegasnya mulai membacakan satu persatu pesanan yang siap di kerjakan oleh para pegawainya. Hari yang panas dan melelahkan pun mereka jalan dengan hati yang gembira.
"Terima kasih atas kerja sama kalian semua untuk hari ini. Maaf kalau gue tadi telat datang. So far so good. Thanks guys."
Tepuk tangan memenuhi area kitchen. Daniel membubarkan pekerjanya untuk beristirahat sejenak sebelum mempersiapkan bahan bahan makanan yang akan disajikan untuk makan malam hari ini.
Daniel memilih masuk ke ruang kerjanya. Ruangan kerjanya yang sudah adem oleh Air Conditioner menyegarkan tubuhnya yang penuh keringat setelah berkutat di depan api kompor yang panas.
Tok tok...
Fahmi masuk ke ruangan kerjanya dan duduk di samping Daniel. "Kemana aja tadi? Tumben banget datangnya kesiangan."
Daniel menghela nafasnya. "Kenapa Bro? Elo lagi tertimpa masalah?"
"Gue ngga tahu harus memulai darimana. Tapi yang jelas saat ini dirumah lagi crowded banget."
"Hah? Crowded gimana?"
"Pokoknya lagi ruwet. Kepala gue sampe mau pecah mikirin cara penyelesaiannya." Daniel meremas rambutnya. Fahmi menepuk-nepuk pundaknya.
"Apapun masalah lo, gue siap bantu lo bertukar pikiran. Gue ngga akan tanya apapun sama lo dulu sampai elo siap cerita ke gue."
"Thanks brother."
"You're welcome. Kapan pun lo butuh orang untuk cerita, calling gue aja."
Daniel mengacungkan jempolnya. Fahmi pun beranjak dari ruang kerjanya. Daniel merogoh saku celananya. Jari jarinya bergerak lincah menscroll w******p story yang muncul dilayar ponselnya. Ia berhenti di story milik Celine yang tengah asik bermain dengan Noah.
Tanpa sadar seulas senyum terbit diwajahnya. Celine memposting begitu banyak foto dan video kebersamaannya dengan bayi lucu itu. Terlihat sekali Noah sangat menikmati harinya bersama Celine, begitu juga dengan gadis itu.
Sejenak ia berpikir bagaimana bisa seorang gadis yang tidak pernah mengurus seorang bayi terlihat begitu lihai dan sangat telaten. Daniel berpikir jika suatu hari nanti Celine memiliki anak sendiri ia akan menjadi ibu yang baik.
Ia menaruh lagi ponselnya di saku celana dan bersiap berkutat mempersiapkan menu untuk hidangan makan malam.