Part 01 - First Meeting
Cerita ini juga dalam pengajuan untuk Daily update. Masih menunggu dan terus menunggu. Jadi, apdet santuy aja dulu yes.
Jangan lupa tap love, like dan komen yang banyak untuk ceritanya.
Selamat berkenalan dengan Baby Noah
***
Di suatu pagi yang dinginnya menusuk tulang. Seorang pria berpakaian olah raga keluar dari sebuah rumah. Daniel Atmadjaja melakukan aktifitas rutinnya setiap sabtu pagi dikala libur ngantor dengan melakukan jogging di sekitar area kompleks rumahnya.
Sebuah airpod terpasang di kedua telinga dipakai untuk mendengarkan lagu dikala ia berjogging ria. Berbeda dengan Daniel yang rutin melakukan olahraga ringan setiap weekend untuk meningkatkan imun tubuh dan menjaga kebugaran tubuhnya, lain halnya Celine Andaresta yang masih terlelap dalam mimpi.
Gadis itu masih mengorok di kamarnya. Pukul tiga dini hari ia baru saja terlelap setelah menyelesaikan maraton nonton drama korea kesukaannya. Rumah mereka bersebelahan dan mereka berteman sejak kecil.
Daniel tersenyum singkat dan sesekali menyapa tetangga tetangganya yang berpapasan dengannya dijalan. Tak jarang wanita wanita muda sengaja terdiam sejenak hanya untuk memandang wajah tampan Daniel yang bercucuran keringat karena berolahraga.
Tak lama setelah Daniel meninggalkan area kompleks rumahnya, sebuah mobil hitam berhenti di depan rumahnya. Seorang pria keluar dari mobil sambil menenteng sebuah barang yang cukup besar. Ia meletakkan barang tersebut di depan pintu rumah Daniel lalu beranjak pergi dari sana.
Tidak ada yang tahu kalau di dalam sebuah barang itu terdapat seorang makhluk mungil yang tak berdaya sedang tertidur lelap dalam balutan selimutnya. Cuaca yang cukup dingin di luar sana tidak mempengaruhi tidurnya karena ia sangat hangat oleh selimut dan jaket yang cukup tebal.
Seteleh puas berolahraga, Daniel pun kembali pulang ke rumah. Dari kejauhan ia melihat kerumunan warga yang berkerumun di halaman rumahnya. Daniel yang penasaran bergegas menghampiri kerumunan tersebut. Ia mendengar suara tangisan seorang bayi yang cukup kencang. "Ada apa pagi pagi semuanya kumpul dirumah saya?" tanya Daniel yang baru saja tiba.
"Ini Mas. Pak RT ngga sengaja mendengar suara tangisan Bayi. Setelah di cari-cari ternyata Bayinya ada di depan rumah Mas Daniel," sahut seorang Ibu yang tengah menggendong anaknya.
"Hah? Bayi? Dimana?"
"Ini dia Mas."
Salah seorang ibu ibu tengah menggendong seorang bayi laki-laki tampan yang tengah menangis. Ia menyerahkan bayi tersebut kepada Daniel. "Mas iki bagaimana toh. Wong cuacane adem ngene kok simpen bayi di luar rumah. Sendirian pula. Gimana nanti kalau anaknya demam, Mas. Sampean juga toh yang repot," ucap si Ibu kesal.
"Loh Bu saya ngga tahu ini anaknya siapa. Kenapa juga ada bayi di depan pintu rumah saya."
"Lah terus iki anak'e sopo?!"
"Saya ngga tahu Bu. Sumpah!"
Daniel mencoba menjelaskan kepada warga tapi tidak ada yang mempercayainya. Alhasil Daniel harus menanggung malu karena perbuatannya yang meninggalkan seorang bayi laki-laki di depan rumah di cuaca Bandung yang sangat dingin ini. Setelah warga membubarkan diri, Daniel bergegass berlari ke rumah sebelah yaitu rumahnya Celine Andariesta sahabatnya. Ia tak tahu harus berbuat apa dengan bayi yang ada dalam gendongannya.
***
Berharap menikmati hari liburnya dengan damai hanya impian Celine belaka. Nyatanya tetangga sebelah alias sahabatnya sendirilah yang menghancurkan rencana yang sudah ia susun rapi. Daniel si pria menyebalkan itu menggedor-gedor pintu rumah Celine dengan sangat kencang. Jangan lupakan suaranya yang berteriak sangat kencang mengganggu tidur seorang Celine Andarista.
"Celine buka pintunya. Kalo ngga gua dobrak ya!" teriaknya lagi mengancam.
"Ish! Apa-apaan si Kunyuk rawun teriak teriak segala ah!" rutuk Celine yang terganggu dengan suara teriakan Daniel. Ia menutup kedua telinganya dengan bantal.
"Gue ngga main-main ya Cell. Jangan marah kalo sampai pintu rumah lo hancur di tangan gue." Ia kembali mengancam. Celine mengerang kesal. Kepalanya berdenyut hebat karena tiba-tiba terbangun.
"Apaan sih Niel. Gue baru tidur jam tiga pagi. Ngantuk banget tahu!" seru Celine tak kalah kencang dari dalam kamar. Gadis itu terduduk di ranjang sambil memijat-mijat kepalanya yang terasa nyeri.
"CELINE BUKA PINTUNYA!!" teriaknya tak sabar. Celine mengerang. "Iya iya gue bangun."
Mendengar ancaman dari pria itu, Celine turun dari ranjangnya. Mulutnya sesekali terbuka lebar dan menguap. Matanya yang sepet di kucek-kucek. Ia segera memakai kimononya, berjalan keluar kamar untuk membukakan pintu bagi Daniel. Saat pintu kamarnya terbuka, matanya tertuju pada sepasang bola mata lucu yang juga tengah menatapnya.
"Ya ampun ada bayi," serunya kesenangan. Sejenak ia melupakan amarahnya kepada Daniel yang sudah mengganggu tidurnya. Celine langsung jatuh cinta pada pandangan pertama saat melihat bayi tampan itu. Ia langsung menggendong bayi laki-laki yang diperkirakan baru berusia satu atau dua bulan.
"Ini bayi punya siapa, Niel? Lucu banget. Cakep lagi." Celine belum melihat kepanikan di wajah Daniel Atmadjaja. "Anak siapa Niel?" tanya Celine lagi. Daniel diam membisu seolah tengah mencerna apa yang baru saja ia alami.
"Malah diam sih. Anak siapa woy!" desak Celine. "Jangan jangan elo nyulik anak orang terus elo ngga tahu di umpetin dimana. Gitu kan?"
"Dia... anak gue," ucapnya meragu. Dahinya mengerut.
"APA!?"
Suara keterkejutan Celine membuat si bayi menangis kencang. Bayi itu terkejut. Celine lupa kalau dia sedang bersama seorang bayi. "Elo gimana sih? Dia kaget tahu!" Hardik Daniel. Celine mencoba menenangkan bayi tersebut. Keduanya masuk ke dalam rumah.
"Sorry gue ngga sengaja. Lagian elo becanda keterlaluan."
"Gue serius. Dia anak gue," ucapnya. "Seperti pesan yang ditulis oleh ibunya."
Celine menganga. "Serius lo? Jangan becanda, Daniel. Ngga lucu tahu."
"Loe pikir gue punya waktu buat becanda sama lo?! Mending gue kerja daripada bikin jokes murahan kayak gini. Tapi sayangnya ini bukan jokes."
"Terus-ini bayi siapa, Daniel? Elo ngga nyolong anak orang kan?!" Celine masih tidak percaya sahabatnya memiliki seorang anak.
"Gue juga ngga tahu. Yang jelas ini bayi di ketemuin warga di depan pintu rumah dan gue ngga segila itu nyolong bayi orang. Jangan asal nyablak lu ya."
"Di ketemuin sama warga? Maksudnya gimana sih?"
Daniel menghela nafas berat. "Jadi, tadi pagi kan gue pergi jogging. Pas gue pergi di depan rumah clear ngga ada apapun apalagi bayi. Tapi setelah gue pulang ke rumah eh ini bayi udah bikin heboh orang-orang sekompleks. Kata warga sih dia tergeletak gitu aja di atas car seaternya di depan pintu rumah gue."
"Ya gue juga kagetlah. Kenapa ada bayi nangis di depan rumah. Belom lagi warga tadi hampir nyerang gue. Makanya gue kabur kesini," ucapnya lagi. Daniel memberikan sebuah botol s**u kepada bayi itu. Tangisannya terhenti karena melihat botol susunya. "Terus sekarang gue harus gimana, Lin?"
"Ya gue juga ngga tahu harus gimana." Daniel dan Celine sama sama berpikir mencari solusi untuk masalah besar yang tengah mereka hadapi.
"Lebih baik kita tenangin pikiran kita masing-masing dulu biar bisa mikir dengan waras. Untuk sementara biar babynya di rumah gue dulu. Kasihan dia kedinginan diluar sana. Elo balik dulu ke rumah nanti sore elo kesini lagi. Siapa tahu kita udah ketemu cara penyelesaiannya. Gimana?"
Daniel tampak berpikir. "Oke deh. Gue ngikutin apa kata lo aja. Gue titip bayinya sama lo. Mending dia di urus sama lo ketimbang dia ngikut gue balik ke rumah dan bikin kepala gue pecah." Celine tertawa. "Oke oke."
Daniel pun segera berlari keluar dari rumah Celine. Sementara gadismulai mengurus si baby tampan dan menggemaskan itu. Hasratnya untuk tidur sudahmenguap entah kemana.