Bab 8

1578 Words
        Radhika dan Angkasa fokus belajar demi menghadapi ujian akhir mereka dalam jenjang SMA, Radhika dan Angkasa belajar bersama keduanya belajar dengan serius karena ini menyangkut masa depan diri mereka sendiri.          Anggita sendiri tidak menganggu Radhika maupun Angkasa. Anggita membiarkan keduanya fokus belajar sementara Anggita sendiri mempersiapkan dirinya untuk kenaikan kelas yang sebentar lagi akan berlangsung.         Baik Devano dan Diandra maupun Pandu dan Belinda, keduanya adalah tipe orang tua yang mengutamakan pendidikan karena pendidikan yang akan membantu mereka dimasa depan nanti. Beruntung anak-anak Devano dan Pandu semua mengerti akan maksud didikan orang tua sehingga baik Radhika, Angkasa, Anggita maupun Anika semua serius dalam menempuh pendidikan mereka.         Waktu terus berjalan hingga tidak terasa ujian akhir Angkasa dan Radhika pun berlangsung. Selama tiga hari, Radhika dan Angkasa menjalani setiap ujian demi ujian agar keduanya bisa lulus dari jenjang SMA.         Sementara di lain tempat Anggita sendiri menjalani ujian kenaikan kelas untuk naik ke kelas 3 SMP, Anggita sendiri menjalani ujiannya penuh dengan rasa percaya diri karena Anggita termasuk anak yang pintar sehingga Anggita tidak mengalami kesulitan dalam mengerjakan setiap soal ujian kenaikan kelas.         Radhika dan Angkasa sendiri tidak pernah menyianyiakan waktu untuk bermain selama masa ujian berlangsung. Radhika dan Angkasa pergi sekolah, ujian, pulang langsung makan lalu kembali belajar. Begitulah kesibukan Radhika dan Angkasa selama ujian akhir jenjang SMA dan saat ujian masuk ke perguruan tinggi.         Angkasa dan Radhika sama-sama berencana akan mendaftar di perguruan tinggi negri yang berada di Indonesia, tapi tanpa sepengetahuan Angkasa, Radhika mencoba mengajukan beasiswa ke luar Negri. Radhika hanya mencoba-coba mendaftar pada UNSW di Australia jika memang dirinya lolos maka kemungkinan besar Radhika akan memilih UNSW.         Radhika yang sedang berada dikamarnya membuka laptopnya dan menerima email dari University of New South Wales yang berada di Australia. Radhika membaca email yang dikirim UNSW dan girang bukan main.         "Ibuuu!!" Radhika berteriak memanggil Ibunya dan berlarian mencari Ibunya.         Belinda yang sedang berada di dapur mengerutkan alisnya mendengar teriakan Radhika. Belinda menggelengkan kepalanya, Radhika memang berusia 17 tahun namun tingkah Radhika terkadang tak ubahnya anak pria usia 5 tahun.         "Apa sih Dhik? Kok teriak-teriak gitu?" ucap Belinda dengan nada sebal.         Radhika tersenyum dan dan menunjukan laptop yang ia bawa-bawa pada Belinda, Belinda membaca email yang ditunjukan Radhika dan terkejut bukan main. Belinda histeris saking bahagianya.         Belinda memandang anaknya bingung setelah membaca email yang Radhika tunjukan. "Kamu daftar ke UNSW? Katanya gak jadi," tanya Belinda bingung.         Radhika mengangguk. "Jadi Bu, Dhika coba-coba aja iseng, eh ternyata malah lolos," ucap Dhika sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.         Belinda menggelengkan kepalanya namun tersenyum lembut. Belinda mendekati Radhika dan memeluknya. "Selamat ya Dhik! Ibu bangga sama kamu," ucap Belinda sambil memeluk Radhika dengan erat.         Radhika membalas pelukan Belinda sama eratnya. "Terima kasih buat dukungan Ibu, semua karena Ibu selalu ada buat Dhika,"         Ditempat lain Angkasa masih menunggu pengumuman SBMPTN, Angkasa masih berharap dapat masuk ke Universitas Indonesia karena hingga saat ini Universitas Indonesia masih menjadi primadona bagi setiap lulusan SMA atau SMK untuk melanjutkan pendidikan mereka ke jenjang perguruan tinggi.         Sementara Anggita menunggu untuk pengumuman kenaikan kelas walau Anggita yakin Anggita pasti naik kelas. Anggita menunggu dengan tenang dan yakin akan kemampuannya sendiri.         Anggita dan Angkasa sudah merencanakan bahwa setelah pengumuman kelulusan dan pengambilan rapot kenaikan kelas nanti Anggita dan Angkasa akan menginap dirumah Oma mereka di Jakarta. Keduanya sudah mempersiapkan barang-barang yang akan mereka gunakan selama menginap dirumah Oma mereka. Tidak banyak barang yang mereka bawa karena  mereka masih memiliki barang-barang yang memang sengaja mereka tinggal disana yang akan mereka gunakan jika mereka menginap.         Hingga tiba waktunya pengumuman kelulusan dan kenaikan kelas yang berlangsung secara bersamaan. Kompleks sekolah begitu ramai dengan orang tua yang ingin mengambil rapot anaknya dan siswa siswi kelas 3 SMA yang menunggu pengumuman kelulusan. Beruntung pengumuman kelulusan siswa siswi kelas 3 SMP sudah dilakukan terlebih dahulu sehari sebelumnya jadi komplek sekolah tidak semakin ramai karena semua acara digabung dalam satu hari yang sama.         Anggita mengambil rapot hasil belajarnya selama satu tahun pelajaran. Devano dan Diandra sungguh bangga dengan prestasi yang diraih oleh Anggita. Devano, Diandra dan Anggita menunggu Angkasa di taman sekolah demi mendengar pengumuman kelulusan Angkasa.          Baik Devano, Diandra maupun Anggita yakin Angkasa pasti mampu lulus dari jenjang SMA namun yang membuat mereka penasaran adalah nilai rata-rata yang diraih oleh Angkasa.         Devano dan Diandra menunggu di taman sekolah sambil berbicang dengan orang tua teman Anggita yang lain. Anggita sendiri pergi ke toilet karena Anggita tiba-tiba merasakan sakit pada perutnya. Anggita sedang berada di dalam toilet ketika mendengar sekumpulan siswi masuk kedalam toilet dan membicarakan Radhika.         "Si Ticya kemarin berantem sama Radhika gara-gara adeknya si Angkasa," ucap salah satu siswi.         "Serius loe? tau dari mana?" timpal siswi lainnya.         "Gue kan sama Ticya waktu dia ngelabrak si Radhika,"         "Sumpah loe?! Ngapain mereka sampe berantem?" ucap siswi lain dengan nada kaget.         "Si Radhika nolak anterin si Ticya ke mall gara-gara adeknya si Angkasa,"         "Radhika suka sama adeknya Angkasa? Adeknya Angkasa yang mana sih?" tanya siswi lain dengan nada penasaran.         "Masih SMP, masih bocah banget. Si Radhika ngakunya sih nggak mungkin suka sama adeknya Angkasa, udah dianggep adeknya sendiri,"         "Ini ceritanya Ticya cemburu sama adeknya Angkasa?"         "Yah, bisa dibilang gitu, cuma dari cara ngomong si Radhika sih keliatan banget si Radhika gak ada rasa sama adeknya Angkasa. Kalo di pikir-pikir sih ya iyalah, mana mungkin si Radhika suka sama adeknya Angkasa orang masih bocah gitu,"         "Gue jadi penasaran sama adeknya Angkasa. si Ticya bisa sampe cemburu gitu, berarti adeknya Angkasa kan ancaman buat si Ticya,"         "Gue pernah nanya sama si Radhika, kalo kata si Radhika sih adeknya Angkasa itu ya adeknya dia juga, Radhika cuma anggep adeknya Angkasa adek, nggak lebih, lagi masih SMP, masih bocah banget pasti. ya maklum sih masih SMP, gue nanya soalnya liat tuh anak sama-sama Radhika melulu, gue pikir tadinya si Radhika suka sama anak SMP,"         Anggita mendengarkan setiap percakapan dengan jelas. Mulutnya terbuka tanpa ia sadari karena terlalu kaget mendengar setiap kata yang ia dengar dari percakapan teman-teman Radhika itu. Anggita tidak tau kalau kedekatannya dengan Radhika membuat orang lain salah paham dengan kedekatan mereka.         Anggita menghela nafasnya.  Anggita pun keluar dari bilik toilet dan mencuci tangannya. Anggita memandang pantulan dirinya dicermin. Anggita sudah memantapkan hati. Anggita memang harus menjaga jarak dengan Radhika. Ini bukan hanya tentang Radhika dan Leticya tapi ini juga tentang dirinya sendiri.         Anggita pun keluar dari toilet dan menuju tempat dimana kedua orang tuanya berada. Anggita pun mengahampiri Devano dan Diandra yang kini sedang tersenyum bangga menatap Angkasa. Anggita berlari dan memeluk Angkasa.         "Mas Asa lulus?"         "Pasti lah, Angkasa!" jawab Angkasa dengan nada bangga.         Devano dan Diandra tersenyum menatap pemandangan dihadapan mereka.         "Nilai rata-rata Mas Asa, 9 loh Ta," ucap Diandara dengan nada bangga.         Anggita melepaskan pelukannya dan menatap Angkasa kaget.         "UI sih masuk pasti Mas," ucap Anggita yakin.         Angkasa mengangguk dan tersenyum bangga. "Angkasa, pasti nggak akan ngecewain Papa, Mama sama kamu,"         Devano menepuk bahu Angkasa bangga. "Papa bangga sama Asa,"         "Mama juga," timpal Diandra.         "Dhika mana Sa?" tanya Devano pada Angkasa.         "Dhika tadi buru-buru Pa, nggak tau mau kemana," ucap Angkasa bingung.         Diandra mengerutkan alisnya. "Dhika juga lulus kan?" tanya Diandra to the point.         "Lulus semua kok Ma, tapi tadi si Dhika sendirian. Ayah sama Ibu nggak ada kayaknya, Asa gak liat," ucap Angkasa bingung.         Devano dan Diandra mengerutkan alisnya dan saling berpandangan.         "Ya sudah nanti Mama telepon Ibunya Dhika. Mama akan tanya langsung sama Ibunya Dhika," ucap Diandra kemudian.         Angkasa mengangguk menanggapi ucapan Diandra.         "Ya sudah, ayo kita pulang. Sudah semakin siang, kita kan harus langsung jalan ke rumah Oma kalo nggak kesorean sampe sana," ucap Devano pada keluarganya.         Diandra, Angkasa dan Anggita pun mengangguk dan mereka semua berjalan menuju parkiran tempat dimana mobil mereka berada. Keluarga Devano pun bergegas menuju Jakarta, rumah orang tua Devano berada. Perjalanan yang mereka tempuh selama 2 jam dari Bandung ke Jakarta dan mereka sibuk dengan kegiatan masing-masing sehingga perjalanan mereka pun tidak terasa lama.         Anggita dan Angkasa begitu bahagia hanya dengan menghabiskan waktu liburan mereka dengan pergi ke taman bermain. Selesai masa liburan mereka, Angkasa akan melanjutkan kuliahnya di Universitas Indonesia sementara Anggita akan kembali ke Bandung.         Sudah satu minggu Anggita dan Angkasa berada dirumah Oma mereka di Jakarta. Angkasa dan Anggita menghabiskan liburan mereka dengan keluarga besar Pandu dan pergi ke beberapa tempat rekomendasi sepupu-sepupu mereka yang tinggal di Jakarta.         Dirumah Oma mereka, Anggita dan Angkasa kini sedang duduk diruang keluarga sedang bersantai karena lelah seharian bermain ditaman bermain. Keduanya mencoba semua permainan dan akhirnya kini keduanya kelelahan.         "Mas Asa, nanti kuliah yang bener. Jangan main terus," ledek Anggita kemudian meminum es jeruk dihadapannya.         Angkasa memutar bola matanya malas, "Sembarangan kalo ngomong, Eh ya Ta, kamu ada kontekan sama Dhika? Mas Asa coba telpon ke HP nya gak bisa, Mama ke rumahnya juga kosong,"         Anggita mengerutkan alisnya. "Enggak. Tata nggak ada hubungin Mas Dhika. Mas Dhika kemana kok tumben pergi nggak cerita-cerita?"          Sejujurnya Anggita penasaran dengan keberadaan Radhika, Anggita ingin menghubungi Radhika terlebih dahulu karena hingga saat ini Radhika belum juga menghubungi dirinya namun Anggita berusaha menahan dirinya mengingat tekadnya untuk mulai menjaga jarak dengan Radhika. Anggita memutuskan menunggu kabar mengenai Radhika langsung dari Radhika atau dari keluarganya yang lain yang mendapatkan kabar mengenai Radhika.         Angkasa pun mengangkat bahunya. "Mas juga bingung, nggak biasa-biasanya Dhika gini,"         "Mas Dhika nggak cerita sama Mas dan belum ngabarin Mas juga?" tanya Anggita memastikan.         Angkasa mengangguk menjawab pertanyaan Anggita.         Anggita terdiam dan meminum kembali es jeruk miliknya. "Nanti juga Mas Dhika ngabarin Mas Asa sama Tata," ucap Anggita menenangkan.         Angkasa mengangguk menanggapi ucapan Anggita. Keduanya pun terdiam sambil bertanya-tanya dalam diri mereka masing-masing.          Kemana perginya Radhika?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD