21

1550 Words
"Kita ke rumahnya Nabila aja yuk Ragil. Kayaknya Nabila udah sampai ke rumahnya tuh sekalian buat buat jenguk Nabila juga." ujar Yesa itu. "Gue setuju tuh sama ide nya Yesa, soalnya kita kan juga belum jenguk Nabila dari kemarin. Masa iya kita tahu kalau dia sakit tapi kita nggak jenguk sih." ujar Ojak yang kini menambah personel untuk mengajak Ragil pergi. "Ngapain sih, gue lagi kesel nih." ujar Ragil dengan singkat ke mereka. "Ya elah lu nggak mau? Kalau enggak mau sih enggak apa-apa biar kita aja yang ke sana. Beneran nih ya lu nggak mau ikut? Yakin?" Tanya Putra. Tampak sekarang ini mereka semua sedang menunggu jawaban dari Ragil karena sepertinya Ragil masih terlihat menimang-nimang apa yang akan ia putuskan kali ini. Ia sebenarnya ingin ikut tapi dirinya juga masih kesal dengan apa yang dilakukan oleh Nabila kepada dirinya tadi. Ia masih saja merasa bahwa Nabila sedang menjauhi dirinya entah dengan alasan apa itu. Yang pasti semua alasan itu sama sekali tidak make sense karena untuk apa Nabila menjauhi dirinya karena ia juga merasa tidak ada masalah dengan Nabila. Rasanya hubungannya dengan Nabila baik-baik saja hingga saat ini. Karena memikirkan tentang hal tersebut pada akhirnya Ragil akan ikut mereka bertiga untuk pergi ke rumah Nabila. Sekarang ini mereka sudah bersiap-siap keluar dari tempat nongkrong mereka itu. Mereka pergi ke rumah Nabila tanpa bilang terlebih dahulu kepada Nabila dan juga ke dua teman Nabila. Karena mereka pikir Nabila juga ada dirumah dan kenapa juga mereka harus bilang ke dua teman dari Nabila tersebut. Mereka tidak ada hubungannya jika Ragil dan teman-temannya akan pergi ke rumah Nabila. Mereka berempat pun udah berada di dalam mobil untuk selanjutnya pergi ke rumah Nabila. Ragil tampak tak sabar akan ke rumah Nabila. Sementaranya itu, Nabila yang rumahnya akan mereka datangi hingga saat ini belum juga datang ke rumahnya sama sekali. Nabila masih berada di Mall bersama dengan Belva. Mereka berdua baru saja keluar dari bioskop. Ya, tadi saat datang ke Mall ini Nabila langsung mengatakan kepada Belva bahwa ia ingin menonton film. Tentu aja Belva mengiyakan, dan mereka tadi sudah menonton film. Terdapat beberapa siswa-siswi yang juga mereka kenal tadi. Mereka juga tampak membicarakan Nabila dan Belva, tidak lupa juga ditambah dengan membicarakan Ragil. Namun mereka tak mendengarkan. Padahal banyak yang heran kenapa Nabila malah jalan dengan Belva hari ini. Padahal Nabila dekat dengan Ragil dan tadi juga mereka tahu bahwa Ragil sampai pergi ke sekolah Nabila untuk menjemput Nabila. Mereka semua jadi mengeluarkan beberapa asumsi sekarang ini. Asumsi mereka tentang hubungan antara Ragil dan Nabila yang berjalan dengan tidak baik dan gagal. "Makan yuk Belva, gua udah lapar banget nih." ujar Nabila tersebut. "Oh okay, ayo Nab mau makan dimana?" tanya Nabila tersebut saat ini. Nabila pun berjalan bersama dengan Belva menuju ke salah satu tempat yang akan mereka datangi untuk makan. Ini merupakan salah satu gerai terkenal yang ada di dalam mall ini. Mereka masuk dan memesannya juga. "Sorry ya Belva, gua banyak ngerepotin Lo hari ini. Pasti Lo capek banget kan ya? Sekali lagi gua minta maaf." Ujar Nabila masih merasa tak enak. "Santai aja Nab, Lo sama sekali ga ngerepotin gua kok. Lagi pula hari ini gua juga free ga ada acara apa-apa. So, ya why not buat jalan." jawab Belva. Nabila mengangguk, mereka pun mengobrol lagi dan mereka berdua bersepakat setelah ini akan menghabiskan beberapa uang mereka di Timezone. Ya hitung-hitung untuk menghibur diri mereka sendiri dengan beberapa permainan yang bisa membuat otak mereka lebih fresh lagi. Sementara itu, sekarang Ragil dan ketiga temannya akhirnya sudah sampai juga di rumah Nabila. Mereka pun langsung turun dan mereka sudah berada di depan pintu rumah Nabila. Tampak sekarang Yesa mengetuk pintu lalu membunyikan bel yang ternyata ada di samping pintu tersebut. Beberapa kali membunyikan bel, akhirnya pintu itu pun terbuka juga dan memperlihatkan ada Bibi yang sekarang sedang membukakan pintu. "Eh Mas Ragil, ada apa Mas?" Tanya Bibi kepada Ragil, pasalnya ia bingung karena Ragil pergi kesini disaat Nabila sedang tidak ada di rumah. "Siang Bi, mau ketemu sama Nabila Bi." ujar Ragil dengan menyapa. Ia sudah yakin bahwa Nabila pasti ada disini karena ini merupakan rumah dari Nabila. Ia pun penuh dengan semangat. "Loh, Mas. Mbak Nabila belum pulang loh dari tadi sekolah. Memangnya Mas Ragil ga tahu Mbak Nabila kemana? Waduh ini gimana." ujar Bibi yang membuat Ragil kini terkejut. Wajahnya semakin keras tapi ia berusaha untuk biasa saja di depan Bibi. Padahal di dalam hati Ragil sudah ingin mengamuk. Sementara ketiga teman Ragil kini saling tatap dan sebenarnya mereka bertiga juga tampak tak percaya dengan hal ini. Bagaimana bisa Nabila belum pulang padahal tadi Hasna dan Raras mengatakan bahwa Nabila sudah pulang diantar oleh Belva. Atau jangan-jangan mereka tak langsung pulang? Tapi kemana perginya mereka? Bukan kah Nabila sedang sakit sekarang? Duh mampus ini mah, salah jalur ini. Gimana nih. Batin Yesa takut. "Nabila beneran belum pulang Bi? Dari tadi?" tanya Putra memastikan. "Iya mas, mbak Nabila emang belum pulang dari tadi berangkat sekolah." ujar Bibi yang kini membuat semua orang yakin bahwa sekarang ini ini Nabila memang belum pulang dan sekarang Nabila kemungkinan besar sedang bersama dengan Belva. Entah kemana mereka perginya berdua saat ini. Wajah Ragil sudah terlihat sangat kesal bagaimana ia tidak kesal jika dirinya tadi sudah merelakan waktunya untuk menjemput Nabila tapi ternyata Nabila malah pulang bersama dengan Belva. Hal itu sudah ah ia pahami karena memang mungkin tadi Nabila benar-benar pusing. Namun jika jadinya seperti ini yang mana Nabila belum pulang tentu saja hal itu membuat Ragil semakin kesal. Kekesalannya yang tadi lumayan pudar kini kembali datang. Gini ya lagi lagi bingung apakah iya harus stay di sini atau kau pergi dari sini. Jika iya stay di sini kemungkinan besar iya akan menunggu Nabila sampai Nabila pulang ke rumah. Namun jika iya tetap stay disini iya harus menunggu entah sampai kapan dan sepertinya akan sedikit lama. Jika ia memilih untuk pergi dari sini ia tidak akan tahu apakah Nabila pergi dengan siapa dan akan pulang dengan siapa. Ia benar-benar delima sekarang. "Bi, kalau kita nunggu di sini boleh? Tapi nggak usah bilang sama Nabila." ujar Ragil ada bibi membuat ketiga temannya kini menatap ke arah Ragil. Jika benar nanti Nabila pulang bersama dengan Belva yang ditakutkan oleh tiga teman dari Ragil ini adalah Ragil yang mengamuk tentu saja mereka tidak ingin jika Ragil mengamuk. Malah tadi awalnya mereka ingin langsung mengajak Ragil untuk pergi meninggalkan rumah Nabila terlebih dahulu. "Boleh kok mas Ragil. Mari masuk mas semuanya." Ujar Bibi meminta mereka berempat untuk masuk ke dalam. Namun Ragil tidak ingin masuk. "Nggak usah bi, kita nunggu di sini aja nggak papa kok." Jawab Ragil. Sebenarnya Ragil mengatakan hal itu karena jika nanti dirinya pergi ke dalam pasti Nabila akan mengetahui terlebih dahulu jika ia mengunjunginya selain itu ia juga tidak akan mengetahui siapa yang nanti akan mengantarkan Nabila. Ya meskipun kemungkinan besar Nabila akan diantar oleh Belva tadi. "Loh kenapa enggak di dalam aja mas? Nanti disinilah masuk angin loh." Ujar bibi kepada Ragil tapi Ragil tetap ingin menunggu di luar saja. Lagipula di luar juga ada tempat duduk yang sangat luas cukup untuk menampung Ragil dan teman-temannya itu. Kini, Ragil duduk di sana sembari menemangkan diri dan hatinya. Rasanya masih sangat panas dan gerah sekali ia disini. "Sabar bro, bisa aja kan kalau emang Belva bawa Nabila dulu ke dokter gitu atau gimana. Jangan mikir aneh-aneh dulu." Ujar Putra kepada Ragil. Ragil hanya diam saja karena itu dua teman Ragil banyak ini meminta kepada Putra untuk diam saja. Daripada nanti mereka kena semprot bersama. Sementara itu Nabila sekarang masih asyik dengan beberapa apa mesin game yang ada di Timezone apalagi Belva sangat mahir untuk bermain game game ini. Hal itu dibuktikan dengan sedari tadi Belva banyak memenangkan tiket. Padahal mereka baru bermain selama 10 menit tapi tiket mereka sudah sangat banyak sekali. Nabila bahkan menggelengkan kepalanya seakan tidak percaya jika skill dari Belva sangat mumpuni dalam hal seperti ini. "Gila ya Belva Lo jago banget sih. Kalau gini mah setiap gue pergi ke Timezone gue bakal ajakin lo biar gue dapetin tiket banyak. Baru 10 menit udah dapet segini banyaknya, ini wow banget sih." ujar Nabila senang. "Hahaha, gue mah kalau masalah Timezone udah jago banget dari dulu. Paling pintar gue nih. Kita lihat ya nanti kita dapat apaan, eh Nabila lo mau boneka nggak? Kalau mau gue ambilin dari capitan itu." ujar Belva itu. "Ya maulah, gila aja gue nggak mau boneka. Gue tuh suka banget sama boneka. Jadi kalau ada yang nawarin buat beliin gue boneka ya hayuk aja gue mah mau aja. Apalagi ini mau dicapitin. Kalau dicubitin kayak gini kan tempatnya lebih keras daripada beli." Ujar Nabila kepada Belva dan kini Belva mengajak Nabila untuk pergi ke dekat mesin capit boneka. Mereka sudah ada di sana dan kini Belva langsung mencobanya. Lagi-lagi Nabila dibuat terpukau dengan Belva karena dalam sekali capit saja Belva sudah bisa mendapatkan boneka. Seolah-olah mesin capit ini sudah dikuasai oleh Belva juga. "Gue rasa lo udah menyatu deh sama mesin capit ini, gila aja cepet banget loh ini baru percobaan pertama dan lo langsung bisa. Seumur-umur gue baru kali ini tahu nggak sih diambilin boneka dari mesin capit kayak gini sumpah Belva lu bikin gue jadi good mood lagi. Thank you Belva. You made my day." ujar Nabila sembari tersenyum kepada Belva disampingnya ini.

Read on the App

Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD