7. Pengemis??

1388 Words
“Edel, sini deh mama mau nanya.” Etty Hartono, mamanya Mawar dan Edel, meminta Edel duduk di sebelahnya. Etty sendiri tidak melihat ke arah Edel, tapi dia sibuk melihat ke gawai canggihnya. “Apa mah, kayanya penting banget tuh.” Edel datang sambil membawa makanan cemilan. Saat ini jam sembilan malam, usai sholat tarawih tadi, mereka terbiasa makan cemilan lagi. “Tadi mama diwhatsapp salah satu teman mama, kata dia kamu lagi viral di Youtube karena disangka pengemis. Bener gak tuh? Ini mama lagi cari videonya nih.” Jemari Etty tampak mengetik sesuatu. “Iya tuh mah, nih teman-teman Keny juga lagi heboh, nanyain itu. Bener gak sih Kak Edel ketemu ama Daniel Tedja? Crazy Rich Daniel Tedja?” Keny, si bungsu keluarga Hartono yang paling penasaran akan hal itu. Ya, baik Etty dan Keny mendengar hal yang sama bahwa salah satu anggota keluarga mereka sedang viral, tapi jika Etty mendengar karena Edel disangka pengemis sedangkan Keny karena teman-temannya heboh kakak cantiknya itu bertemu dengan lelaki tampan idaman perempuan. “Ooh itu, iya pas kapan tuh kakak ketemu dia, kakak baru turun gunung.” Jawab Edel santai. Mulutnya kembali mengunyah kudapan itu. “Astagfirullah apa-apaan ini Edel?” Tiba-tiba Etty menjerit, membuat semua yang ada di situ menjadi kaget. “Apa sih mah? Kaget nih.” Hartono, si kepala keluarga bahkan sampai memegang dadanya yang jadi berdetak lebih kencang mendengar jeritan sang istri. “Pah, pah, itu si Edel dikira pengemis pah ama cowok ini. Nih papa lihat sendiri deh. Duh mama kesal banget. Enak aja, anakku dikira pengemis. Mama yang hamil sembilan bulan lebih, nyusuin sampai dua tahun, merawat dia, gedein dia, terus ada yang menghina darah dagingku. Papa, mana mama minta no ponsel si Pak Tedja itu.” Etty menjadi berapi-api, kesal karena sang putri dianggap sebagai pengemis atau pemulung. “Apa sih mah? Gitu doang juga.” Edel masih saja menanggapi dengan santai. “Mana, coba papa lihat.” Hartono kemudian melihat video yang dipermasalahkan sang istri. Matanya memicing, untuk memastikan bahwa itu adalah Edel, putri keduanya. “Lah iya mah, pantas saja si Edel dikira pengemis. Lah itu mama gak perhatiin apa tampang ama kondisi Edel di video ini? Kucel, kumel, mana kelaparan juga tuh tampangnya.” Hartono kemudian dengan santai memberikan kembali ponsel sang istri, tampak acuh dengan emosi Etty yang tidak terima karena Edel dianggap pengemis. “Nah, bener kan mah. Udah deh gak usah digede-gedein. Itu si Tito juga pakai bikin video tandingan. Kan malah tambah rame jadinya.” Tambah Edel sambil tetap mengunyah. “Eeh Kak Edel, tapi bener gak sih, itu si Crazy Rich Daniel Tedja emang ganteng banget?” Tanya Keny dengan mata berbinar. “Kakak gak perhatiin Ken, lagian udah malam, mana perut kakak keroncongan banget, gak sempet perhatiin tuh wajah. Emang kenapa kalau ganteng?” Jawab Edel. “Emang kenapa dipanggil Crazy Rich sih?” Tanya Etty penasaran, “di video gak keliatan wajahnya karena tampak belakang. Punggung doang nih. Gantengan Yasa aah. Mama udah jatuh cinta ama Yasa nih.” Kembali Etty memperhatikan video itu. “Karena mah, si Daniel ini sering banget bagiin paketan sembako ke orang-orang yang membutuhkan. Gak cuma isi sembako aja sih mah, pas dibuka biasanya ada duitnya juga beberapa juta, katanya bisa buat modal usaha bagi orang yang dikasih, jadi biar gak jadi pemulung atau pengemis lagi.” Kali ini Keny yang menjelaskan. “Aah yang itu ya… Hmm mama pernah dengar tuh, yang cowok ganteng bagi-bagi paket sembako tapi pakai mobil mewah ya?  Pakai mobil apa tuh? Lemberjini?  Terus divideo? Pah, itu apa gak riya ya jatuhnya?” Tanya Etty ke Hartono yang masih saja abai. “Katanya tujuan dia divideo terus dishare tuh biar teman-teman yang lainnya juga ikutan apa yang dia lakukan mah, dia mah gak peduli dinyiyirin. Daniel ini pernah bilang kok, terserah orang mau bilang apa. Riya kek, pamer kek, apa kek, yang penting yang tahu niatannya ya cuma dia sama Tuhan. Dan kalau ada yang mengikuti apa yang dia lakukan, kan lumayan dia bisa dapat pahala - katanya sih mah.” Masih saja Keny yang menjawab. “Dia kan viral di temen-temen Keny nih mah. Suami idaman katanya. Ganteng, pintar, kaya. Kurang apa coba? Eeh tapi ganteng mana sama Mas Ilyas?” Tanya Keny lagi, masih penasaran. “Hooh, ganteng mana sama Yasa?” Kali ini yang bersuara adalah Etty. “Ini kenapa pada bandingin sama si kembar itu sih?” Edel jadi bingung. “Penasaran kak. Cakepan mana sama Mas Ilyas?” “Kan tadi kakak udah bilang, gak perhatiin banget wajahnya, Ken.” “Aah biarin deh, kalau mama mah udah sreg banget kamu sama Yasa, Edel. Mau lebih gantengan Daniel ini tapi sepertinya kalau sikap kok tetap lebih baik Yasa. Hmm… tapi besok mama akan cari info deh.” Etty sudah memutuskan akan segera mencari info siapa lelaki yang telah menyangka putri cantiknya adalah seorang pengemis. *** “Hmm.. gitu toh, jadi dia nih anaknya Pak Tedja dan Bu Rani ya. Iya nih kan saya gak rela dunia akherat, putri saya disangka pengemis. Yah, walaupun Edel ada andil karena tampang dan kondisinya yang lusuh malam itu, tapi itu karena dia baru turun gunung sih. Eeh mbakyu ada no telepon Bu Rani ini?” Etty masih saja penasaran pada Daniel. “.……………………..” “Wah maturnuwun mbakyu, kalau ada kesempatan saya akan telepon deh. Assalamualaikum.” Etty menutup percakapan itu. Misinya berhasil! Mendapatkan nomer ponsel Rani Tedja. Dia dapat info bahwa Rani ini termasuk ibu-ibu sosialita, sering eksis di berbagai acara arisan ini itu. Berbeda dengannya yang perempuan rumahan, Etty lebih suka di rumah. Arisan sudah dia tinggalkan. Sekarang dia fokus di acara pengajian-pengajian yang diadakan oleh yayasan yang dia miliki, bekerja sama dengan Mawar, putri sulungnya. “Mah, katanya udah menjauhi dari ghibah, itu kenapa masih aja nyari info ponsel Bu Rani?” Tanya suaminya dengan heran karena masih saja si istri sibuk mencari info tentang Daniel dan Rani. “Bentar pah, ini mamah lagi cari selancar dulu nih, penasaran ama yang namanya Daniel sama Rani Tedja.” Wajah Etty menjadi serius, tak berapa lama matanya membola dan bibirnya juga menggumamkan kata. “Oalaah pantesan…” “Pantesan apa mah?” Tanya Keny yang dari tadi hanya memperhatikan apa yang dilakukan sang mama. “Ini yang namanya Rani Tedjasukmana, lah ternyata dia sosialita gini, hmm…” Etty manggut-manggut. “Emang kenapa kalau sosialita mah? Mama kan juga sosialita bukan?” Tanya Hartono sambil menyeruput kopi pahitnya di pagi hari itu. “Diih itu kan jaman jahiliyah pah, mama udah insyaf. Sekarang mah ke pengajian aja deh.” “Semenjak sering diceramahi sama Kak Mawar ya ma?” Tanya Keny sambil tersenyum. Ya, si sulung keluarga Hartono, Mawar, sudah berhijrah, meninggalkan semua keburukan. Apalagi semenjak menikah dengan Ilyas, Mawar menjadi pribadi yang semakin baik lagi. “Iya hehe… Bener kan pilihan mama, alhamdulilah banget kakakmu menikahi Ilyas, bisa membimbing jadi semakin baik lagi.” (Baca kisah kasih dan perjuangan Mawar menaklukkan si dingin Ilyas di cerita ‘Ilyas : Man of Honor’) “Dan sekarang mama ingin ngejodohin Kak Edel sama Kak Yasa ya?” Tanya Keny lagi. “Iya! Yasa kan lelaki yang baik juga. Kalian berdua harus ikut bantuin mama mensukseskan proyek ini ya.” Kata Etty berapi-api. “Jodoh sudah ditentukan loh mah.” Hartono coba mengingatkan. “Iya pah bener banget itu, mama tidak lepas berdoa, dari jaman Mawar, agar ketiga putri kita mendapatkan jodoh yang bisa menjadi imam dunia akherat mereka.” “Aamiin.” *** Bunyi bel terdengar di sore hari di rumah keluarga Hartono. Seorang asisten rumah tangga tergopoh membuka pintu dan sempat terkejut melihat tamu yang datang. Seorang lelaki muda, gagah dan sopan. Tapi toh dia terbiasa melihat Ilyas dan Yasa, si kembar yang juga ganteng dan sopan. “Bu… Bu Etty ada tamu yang mau ketemu ibu dan bapak dan Non Edel.” Kata si asisten. “Ooh nanti saya temui sebentar lagi, tolong siapin minum ya.” Tanya Etty dengan heran, yang merasa tidak punya janji dengan siapapun. “Baik bu…” Si asisten segera balik badan. “Eeh siapa itu tamunya? Laah udah pergi aja. Pah, emang ada janji ama siapa sore ini?” “Gak ada janji ama siapa-siapa kok mah. Palingan temennya Edel.” Jawab Hartono, tetap santai. “Lah ngapain nyariin kita juga coba? Ya udah mama temui dulu ya, nanti papa nyusul aja.” “Hmm… iya, papa mau nikmati tempe mendoan dulu nih.” Hartono kembali mengunyah tempe mendoan dengan nikmat. Tempe mendoan ditemani secangkir teh tawar hangat di sore hari, sungguh suatu nikmat sederhana yang layak dia syukuri. Etty menyipitkan matanya saat jelang beberapa langkah mendekati sang tamu yang duduk dengan gelisah. Gerak-gerik tubuhnya menandakan bahwa sang tamu sedang merasa tidak nyaman. “Hmm…. Anda mencari saya, Mas?” Tegur Etty pada sang tamu. “Eeh tante…” si tamu mengangkat wajahnya, berdiri dengan gugup dan mengulurkan tangan untuk menyalami tuan rumah, “Assalamualaikum… Maaf mengganggu tante di sore ini.” “Iya. Tapi maaf Mas ini siapa ya?” Sebenarnya Etty sudah tahu siapa tamu yang datang berkunjung sore itu. Hanya saja dia ingin konfirmasi, mendengar langsung dari mulut si tamu. “Saya Daniel, tante. Mau bertemu dengan tante dan Edelweiss.” *** Hmm… mau ngapain coba Daniel datang ke rumah Edel?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD