Sebuah jeep mewah berhenti tepat di depan Edel yang sedang kebingungan.
“Edel, kamu ngapain ngejonggrok di situ? Mana tuh muka kok kaya bingung sih? Yuk pulang, udah malam banget ini, bentar lagi sahur kan?” Seorang lelaki tampan turun dari sisi supir dan jongkok di depan Edel.
“Itu kamu megang apaan? In**mie dua dus? Yaelah, mentang-mentang baru muncak juga begitu turun udah langsung ijo ama tuh mie instan. Jangan terlalu banyak makan mie instan dong, gak baik, tuh badan udah kurus kering gitu tambah kurus aja ntar. Ayuk pulang.” Sebuah uluran tangan nampak di depan mata Edel. Edel mendunga, melihat ke arah Yasa yang sudah berdiri, tampak tinggi menjulang karena dia yang sedang duduk di trotoar.
Edel tidak mau menyia-nyiakan uluran tangan itu. Dibalasnya plus bonus senyum manis, membuat si lelaki tampan penjemput, Yasa, juga membalas senyum itu.
“Makasih Sa, udah mau jemput. Duuh aku kangen banget ama Ruby. Aku yang nyetir ya, mana kuncinya?” Edel mengulurkan tangan, meminta kunci Rubicon pada Yasa.
“Kamu capek Edel, duduk manis aja ya di kursi penumpang. Lagian ntar aku bisa diceramahi sama Mas Ilyas kalau gak penuhi janji. Kamu kan tahu sendiri dia orangnya gimana.” Tolak Yasa dengan halus. Diangkatnya ransel Edel dan diletakkan di baris tengah kursi penumpang, berikut dua dus mie instan itu.
Mau tak mau Edel menuruti apa kata Yasa, saudara ipar jadi-jadian karena pernikahan kakaknya dengan kembaran Yasa, Ilyas. Edel bukannya tak tahu kalau Yasa menyimpan rasa yang berbeda padanya. Tapi dia sendiri masih belum bisa menentukan pilihan hatinya. Masih ada bayangan lelaki lain di hatinya.
“Sa…” Edel menegur Yasa dengan lembut.
Yasa menoleh, tersenyum manis semanis-manisnya, jika bisa mengalahkan rasa madu yang paling manis sekalipun.
“Apa Edel?”
“Yasa apaan sih? Geli tauk, gak usah sok imut gitu deh.” Edel bergidik karena perlakuan Yasa yang sungguh manis padanya.
“Haha… iya Edel ada apa? Mau makan ya? Lapar?” Tanya Yasa lagi.
“Iya, kok tahu sih?”
“Lah iya tahu wong itu perutmu udah bikin konser ribut banget.” Yasa tersenyum sangat lebar, mendengar jeritan cacing-cacing di perut Edel. Edel hanya meringis saja, dia benar-benar kelaparan.
“Makan nasi goreng di pinggir jalan depan itu aja Edel?” Yasa memarkirkan mobil jeep mewah milik Edel, tidak jauh dari tukang nasi goreng yang mangkal di dekat daerah situ. Tentu saja mobil jeep itu menjadi bahan perbincangan orang-orang yang ada di situ, sambil menikmati nasi goreng dan jahe merah hangat.
“Mobil boleh mewah, tapi makan mah tetep ya di pinggir jalan. Alhamdulilah kamu bisa diajak makan di mana aja Edel, bisa berabe kalau cuma bisa diajak makan di resto.” Yasa membuka percakapan sambil menyeruput jahe merah panas itu.
“Ya ampun Sa, kalau gue cuma bisa makan di resto, terus kalau pas gue lagi muncak gue makan di mana dong? Alam ghoib? Nanya aneh aah elu mah.” Edel langsung meneguk habis jahenya. Betapa dia sungguh merindukan minuman yang bisa membuat badan menjadi hangat.
“Pak telor ceploknya dua yaa…” Edel berteriak pada si bapak penjual nasi goreng.
“Lapar apa doyan, ampe minta dua gitu sih?” Tanya Yasa.
“Dua-duanya Sa. Laper banget gue. Habis ini tolong langsung anterin pulang ya ke rumah Kak Mawar. Bentar lagi sahur nih.”
Usai makan malam, Yasa segera saja melajukan Rubicon kesayangan Edel ke rumah Ilyas, kakak kembarannya itu. Dibangunkannya Edel dengan lembut agar tidak kaget untuk segera pindah tidur ke kamar yang sudah disiapkan Mawar.
***
Sore hari jelang magrib, Edel sedang berkumpul bersama teman-temannya di kantor miliknya. Sambil menunggu waktu berbuka, mereka santai bercengkerama. Hingga tiba-tiba ada salah satu di antaranya berteriak kaget.
“Edel, lu lagi viral tahu gak!”
“Ha… viral kenapa? Kok bisa? Emang gue ngapain?” Tanya Edel dengan bingung.
“Nih lihat aja kalau gak percaya.” Kemudian salah satu teman itu memberikan ponselnya ke Edel agar Edel bisa melihat video yang sedang viral. Mata indah Edel membola melihat video yang terputar di gawai milik temannya itu.
“Nah bener kan, gue gak bohong. Sejak kapan lu jadi pemulung gitu sih Del? Buset deh itu yang bikin video kagak kenal ya ama Edelweiss Hartono?”
“Nonton apaan sih? Kayanya seru banget.” Tiba-tiba Yasa datang sambil membawa dua box mie instan yang tertinggal di mobil Ruby. Diletakkannya dua dus itu dengan hati-hati. Kemudian Yasa mendekat ke Edel yang wajahnya masih menunjukkan kebingungan.
“Lihat dong, kan jadi penasaran aku.”
Yasa memperhatikan video itu. Tampak seorang lelaki gagah dengan mobil sport super mewah berjalan mendekati Edel. Hanya terlihat punggung lelaki itu, tapi Yasa tahu, dia lelaki yang masih muda, mungkin sepantaran dengannya.
“Hmm… berarti ada dua orang nih, satu yang bikin video, satu lagi yang divideo, yang lagi jalan tampak punggung doang nih.” Kata Yasa, diamini oleh orang-orang yang ada di situ.
Terdengar back sound dari si lelaki yang merekam video itu,”Nah, karena ini bulan berkah, Ramadhan yang mulia, seperti biasa, kami juga ingin berbagi kebahagiaan pada orang lain yang membutuhkan. Terserah ya kalau mau dibilang riya juga gak papa, hanya Allah saja yang tahu niatan kami berbagi paket sembako dan memvideokannya, jadi jika ada yang mampu dan mau, yuk ikutan berbagi daripada cuma nyinyir aja, cem admin keturahan lambemu.” Jeda beberapa detik dan terdengar lanjutannya.
“Nah berhubung sudah lewat hari dan paket sembako tinggal dua box lagi, kebetulan ada satu orang yang tampaknya cocok untuk dikasih paket nih. Tuh si Mr Daniel Tedja sedang menuju ke si gadis malang itu. Semoga berguna ya buat mereka.”
Tampak video diarahkan ke Daniel yang sedang berjongkok dan memberikan dua dus itu kepada seorang gadis berpakaian kumal dan kucel, yang tak lain adalah Edel. Yasa tersenyum simpul membayangkan semalam, Edel memang tampak seperti pemulung yang kelaparan dan butuh makan.
“Nah, Daniel udah balik nih. Kita tanya yuk apa kata dia hari ini. Gimana Dan, hari pertama kita bagi-bagi paket sembako ke orang-orang yang membutuhkan?” Hanya terdengar suara orang yang memvideo karena kamera ponsel itu diarahkan ke lelaki yang bernama Daniel.
“Seneng karena masih bisa dikasih kesempatan untuk berbagi kebahagiaan, tapi capek karena ini masih hari pertama bagi-bagi. Tapi semoga berguna ya itu paketan sembako. Doakan kami bisa terus berbagi pada yang membutuhkan. Dah yaa…, saatnya pulang dan tidur nih, ngantuk banget, bener deh.” Lelaki yang dipanggil Daniel itu masih bisa memberikan senyum manis dan melambaikan tangan ke arah kamera.
“Udah ya, saatnya kami juga pulang karena persiapan sahur. Sampai ketemu lagi. Ingat, gak usah nyinyir, tapi langsung ikuti jejak kami untuk berbagi. Oke! Assalamualaikum.” Dan habis.
“Ini yang tadi malam ya Edel?” Tanya Yasa, dia kemudian menuju ke arah dus mie instan itu, penasaran dengan isinya. Sepertinya tidak hanya mie saja.
Dia pernah dengar ada ada dua orang lelaki tampan dan kaya yang berbagi paket sembako di tiap bulan Ramadhan. Ini sudah tahun keempat mereka melakukan ini. Yasa dengar kabar itu dari adiknya, Aaliyah, yang sudah lulus kuliah. Yaah adik kecilnya itu sudah dua puluh satu tahun, dan sebagai Kids jaman now, tentu saja Iyah update dengan berita viral apalagi jika itu berhubungan dengan dengan cowok ganteng bin tajir.
Iyah sendiri bilang, salah satu sebutannya adalah Crazy Rich Daniel Tedja. Tadi sepertinya dia mendengar nama Daniel disebut, mungkin ini adalah Daniel yang itu. Sempat Yasa bersyukur karena masih ada lelaki baik di dunia ini yang tulus mau berbagi.
“Edel, kamu tahu gak, isi dusnya selain ada mie instan juga ada uangnya loh, banyak lagi. Satu dua… hmm.. tiga juta. Wah benar-benar deh tuh tepat banget sebutannya, Crazy Rich Daniel Tedja.” Kata Yasa sambil membongkar dus.
“Jangan-jangan itu pewaris dari The Tedja’s Corp. ya?” Celetuk salah satu diantara mereka.
“Biarin aja deh, nanti habis sholat tarawih temenin aku bagiin lagi nih dus ke orang-orang yang berhak ya Sa.”
“Beres.”
“Eeh Edel, tapi boleh ya gue bikin video tandingan buat si Daniel ini.” Tanya salah seorang, Kezia, meminta ijin pada Edel.
“Serah elu mah. Asal gak ngerugiin gue aja.” Jawab Edel santai.
“Siip deh, yuks aah dimulai video tandingan kita.” Kezia mulai bertindak layaknya sutradara.
Kira-kira apa ya isi video tandingan itu?
***