PULANG
Seorang wanita yang mengenakan dress berwarna coklat baru saja keluar dari bandara sambil menarik koper dan sebuah ransel kecil bertengger dipundak nya. rambut nya yang kecoklatan dibiarkan terurai dengan atasan topi dan kacamata hitam.
"kamu dimana ?" tanya nya kepada lawan bicara nya ditelpon. bersamaan dengan itu sebuah mobil sedan berwarna hitam menghampiri nya. Setelah mobil berhenti seorang laki-laki yang berusia awal 20an turun.
"sendirian aja mba ?" tanya nya sambil mengambil alih koper ditangan si wanita dan memasukkan nya kedalam bagasi.
"yang kamu lihat ?" jawab si wanita ketus. dia masih memainkan jari nya diatas layar gawai nya.
"mba Nayla masih saja dingin. apa mba gak tau berbasa basi ?" ucap Regi sambil membukakan pintu untuk si wanita yang ternyata bernama Nayla. Dia pun masuk dan tidak menanggapi lagi ucapan Regi.
"jadi kita kemana mba ?" tanya Regi sambil menjalankan mobil nya meninggalkan bandara.
"yang suruh jemput siapa ?"
"ibu."
"lalu ?"
"yah siapa tau ada tujuan lain gitu."
"gak".
"emmmmh,, mba ini kenapa sih ? harusnya kan anggap saja aku adik kecil nya mba yang dulu. yg suka diajak bermain itu lho. aku beda sama laki-laki diluar sana mba. jangan bersikap terlalu dingin lah." keluh Regi
"anak kecil gak di izinkan bawa mobil"
"iyah tapi jangan samakan aku dengan laki-laki lain mba"
"laki-laki modelan nya cuma satu."
"ih, mba mah diajak ngomong malah..."
"jadi mau mu bagaimana ?" tanya Nayla setelah menarik nafas panjang dan menyimpan handphone nya. Matanya menatap tajam ke arah Regi. mendapat tatapan secara langsung sontak Regi sedikit terkejut.
"ahh, mba ini. kita kan cuma beda lima tahun. jangan seakan-akan mba ini ibu ku. jika saja kita bukan saudara atau karena ibu, manggil Nay aja udah lebih nyaman."
"coba aja ?"
"nanti di marahin ibu."
"yah udah."
"Tapi kan mba, wanita idaman Regi tuh yah mba. Jadi selera Regi bisa dikata diatas rata-rata gitu yah mba ?"
"kenapa ?"
"yah terbukti, selama 7 tahun melajang. gak ada laki-laki yang bisa meruntuhkan tembok dihati mba. berarti mba ini berkelas. dan saya sangat suka wanita elegan lagi berkelas. persis kayak mba ini."
"diam lah gi, mau kamu setua apapun. Dimata mba kamu gak akan tumbuh menjadi orang dewasa. bahkan jika kamu punya anak "
"punya anak dari mba nanti nya. hihihi..."
"menyetir saja yang benar."
"kenapa sih mba ? Regi tau, manusia itu diciptakan hanya memiliki satu versi. mungkin ada duplikat nya. tapi yah nama nya juga duplikat, pasti akan ada perbedaan nya. dan kalau aku gak bisa dapetin versi asli nya, duplikat nya juga gak apa-apa deh. tapi kan mba ? sangking langka nya, selama 22 tahun Regi hidup. satu duplikat nya aja gak ketemu mba."
"bac*t kau gi, cari resto deh. mba lapar dengar ocehan mu "
"oke oke, kalau soal ini. Regi ahli nya. mba pasti gak akan menganggap ku anak kecil kalau soal ini."
Regi menambah kecepatan mobil nya, Nayla membuka kaca mobil lalu memasang kacamata hitam nya yang sempat dia lepas tadi. membiarkan angin yang masuk memainkan rambut nya. disamping nya, Regi sesekali mencuri pandang dan mengagumi nya sangat dalam.
Benar kata Regi, karena masalah 7 tahun yang lalu. Nayla hengkang dari kota kelahirannya, dan mulai meniti karir nya dikota lain yang jauh lebih besar. dia pindah ke ibu kota negara dari sebuah kota kabupaten kecil tempat kelahiran nya. Nayla lahir dari keluarga yang boleh dikatakan berada, namun dalam lingkup keluarga nya masih memegang teguh banyak tradisi konyol. dan itu membuat Nayla gerah dan memilih pergi. padahal walau dia menetap disini pun, dia tidak perlu menguras otak dan tenaga seperti yang dia lakukan sekarang. hanya cukup menurut saja kepada keinginan keluarga besarnya.
Nayla seorang yatim piatu sejak umur 10tahun. karena perjalanan bisnis ayah nya yang selalu didampingi oleh ibu nya, kecelakaan tunggal yang terjadi 17 tahun lalu merenggut nyawa kedua nya. jadilah Nayla diasuh oleh ibu Regi. Tante Marisa, hanya dia wanita satu-satunya yang membela dan mendukung apapun keputusan nayla. termasuk hijrah nya ke ibukota. dan tentu saja itu tidak disetujui oleh keluarga besarnya. Keluarga besar Nayla, keturunan bangsawan dan memiliki nama belakang menjadi marga nya tapi Nayla melepas semua itu. itulah sebab nya mereka terdengar sedikit angkuh dan Nayla tidak suka dengan itu semua. sejak kecil saat ayah dan ibunya masih hidup, dia kerap kali mendengar dan melihat bagaimana keluarga nya gemar mencemooh ibu nya yang dari kalangan orang biasa. bahkan orang tua ibu nya sempat bekerja dirumah nenek buyut nya kala itu. Karena ayah Nayla anak bungsu dan cucu kesayangan, maka tidak ada yang boleh menentang keinginan nya termasuk saat menikahi Desi, ibu Nayla. Mungkin sebab itu juga Nayla terus saja mendapat tekanan dari sepupu-sepupu atau tante-tante nya yang lain. ditambah lagi dengan status diri nya saat ini.
"mba tidur yah ?" tanya Regi setelah memarkirkan mobilnya.
"gak". ucap Nayla. Dia pun memperbaiki posisi duduk nya. dan memperbaiki kembali tatanan rambutnya dengan menyelipkan jari-jari lentik nya di celah rambut, dia menyisir rambut nya menggunakannya tangan di kaca spion mobil. Dia dapat melihat bayangan wajah Regi dari cermin yang sedari tadi senyum-senyum.
"kenapa kamu ?" tanya Nayla kemudian.
"gak mba, cantik."
"ngetawain mba yah ?" tanya Nayla lagi sambil membuka pintu mobil, dan Regi melakukan hal yang sama.
"gak lah, cuma semakin kagum aja gitu mba. biasa nya cewek-cewek tuh selalu mengeluarkan cermin ajaib dari dalam tas nya. trus pakai bedak lah, lipstik lah, parfum lah. lamaaa banget, padahal dari rumah udah rapi dan cantik. masih aja ditambah-tambah lagi. tapi mba memang lain, aku prediksi nih. pasti make up mba masih yang tadi pagi nih dari rumah."
kedua nya masih berbincang sambil berjalan masuk kedalam restoran.
"memang nya apa peduli mu dengan make up mba ?"
"awet dan tahan lama gitu mba, "
"maka nya jangan pakai yang murah"
"hahahaha.... ini, ini yang aku suka dari mba. skakmat. K.O. kalau cewek lain yang dengar mba ngomong gitu. pasti langsung ciut nyali nya." tawa Regi lepas setelah mendengar hal yang paling ingin dia dengar dari Nayla sejak tadi. ucapan pelan, tanpa penekanan dan sederhana tapi mematikan.
Setelah kedua nya masuk, Nayla mengambil meja paling pojok dan dibelakang. alasan nya, dia harus makan dengan fokus. mengunyah dengan baik agar usus nya tidak perlu berkerja keras. dia harus berumur panjang untuk membungkam semua kritikan pedas orang lain tentang hidup nya. Dia tidak nyaman makan sambil di intai orang lain, dia juga tidak suka memperhatikan yang lain selagi dia makan. Regi sudah hafal betul kebiasaan mba nya yang satu ini, jadi selama pesanan nya datang. Regi tak lagi bersuara sampai Nayla menghabiskan makanan dipiring nya.
Nayla kecil sangatlah aktif dan periang, lalu setelah kedua orang tua nya meninggal dia jadi lebih pendiam. Marisa sangat menyayangi nya bak anak sendiri, saat itu Regi masih merusia 5 tahun. Jadi dia mengenal Nayla yang sudah tidak banyak bicara lagi. Nayla tumbuh menjadi remaja cantik incaran banyak pria, belum lagi lulus SMA sudah banyak lamaran yang masuk dari keluarga bangsawan lain nya. seperti nya dilingkup keluarga Nayla, kasta adalah hal yang paling utama. bahkan jika berteman, harus memilih yang kasta nya sama. terbukti saat Nayla membawa Humaira kerumah nya saat itu, nenek nya memarahi teman nya dan menyuruhnya pergi. sejak saat itu, Nayla bahkan enggan memiliki teman. walau begitu dia anak cerdas dan berprestasi. itu sebab nya, dia lulus kuliah hanya 3 tahun. dan sekarang menjabat sebagai sekretaris disebuah perusahaan besar.