Bagian 13

1053 Words
"Eh ... lo udah keluar kamar ternyata," ucap Eve seketika. "Aduh ... gue belum masak lagi. Masih mau masak, malah ditelepon orang." Eve menjelaskan situasi yang ia alami, supaya Noah tidak salah paham. Menganggapnya belum menyiapkan makanan. Noah mengernyit. "Ngapain lo masak lagi. Emang makanan di rantang tadi udah habis?" "Lho ... emangnya lo masih mau itu makanan? Gue pikir karena lo kesel sama gue, lo mau menu baru." Noah menggeleng. "Ya nggak lah. Mubazir. Lagian dari mana ceritanya gue lagi kesel, terus jadi minta ganti menu. Nyambungnya dari mana?" Eve lantas terkekeh. Ia sebenarnya juga bingung nyambung dari mana. Sebenarnya tadi ia mau masak, karena di rumahnya sedang ada tamu. Hanya itu. "Ya udah kalau gitu, kita makan siang seadanya dulu, ya. Gue tadi sebenarnya udah ngupas sayuran. Gue masukin kulkas aja lagi deh." "Iya, gue tadi juga udah lihat di wastafel." Keduanya kemudian berjalan beriringan kembali masuk ke dapur. Eve mendahului untuk mengambil baskom berisi sayur di wastafel, menutupnya dengan plastik wrap, lalu memasukkannya ke dalam kulkas. Eve mengeluarkan dua rantang yang tidak disusun dari dalam kulkas. Ternyata makanan tadi ia masukkan ke dalam peti sejuk itu. Eve meletakannya di atas meja, lalu membukanya. Isinya adalah lauk dan sayur. Noah bisa menebak, nasinya kembali diletakkan di dalam magic com oleh Eve supaya kembali hangat. Eve dengan cekatan memindahkan lauk dan sayur itu dalam wadah, lalu memasukkannya ke dalam micro wave untuk memanaskan keduanya. Kalau Noah di tempat tinggal lama sih, menghangatkan makanan selalu pakai kompor. Boro - boro belu micro wave. Bisa makan setiap hari saja sudah syukur. Noah sebenarnya sedikit salah fokus. Dari cara Eve melakukan pekerjaan - pekerjaan itu, bisa Noah simpulkan bahwa Eve tidak berbohong tentang dirinya yang memang sudah terbiasa hidup mandiri, termasuk pintar memasak makanannya sendiri. Eve terlihat telaten dan cekatan. Tidak kagok sama sekali melakukan pekerjaan - pekerjaan itu. "Nasinya lo ambil sendiri, gih. Di magic com." Eve yang tiba - tiba berbicara membuat Noah sedikit tersentak. Ia terkejut karena keasyikannya menatap ketelatenan Eve tiba - tiba langsung buyar. Seketika Noah juga langsung ingat dengan tujuan awalnya pergi ke dapur tadi. "Ah iya ... Eve ... gue tadi sebenarnya haus. Tapi gue gagal nemuin galon air. Minumnya di mana sih?" tanya Noah dengan polosnya. Eve terkikik. Bukan menertawai Noah. Hanya saja ekspresi Noah terlihat lucu. "Astaga ... kok baru bilang sekarang sih lo. Tuh, di belakang lo ada kota hitam, kan?" Noah langsung menoleh. Iya, di belakangnya ada sebuah box mengkilap warna hitam. "Tuh, ambil gelas dulu di rak. Jangan ambil gelas yang ada di dalam kotak itu. Ntar kita jadi indirect kiss." Noah mencibir. Ish ... siapa juga yang mau indirect kiss dengan Eve. Tapi Noah tidak mau banyak cing cong. Ia hanya langsung menuju ke rak yang ditunjuk oleh Eve. Mengambil sebuah gelas kaca bening dari sana. "Jadi sebenernya minumnya ada di mana?" tanya Noah sekali lagi. "Lo balik dulu deh, ke kotak hitam tadi." Noah lagi - lagi menurut, ia melenggang kembali ke kita hitam mengkilap tadi. "Terus?" Noah meminta Eve melanjutkan penjelasannya. "Lo tekan tombol merah di atas kota itu." Eve memberi instruksi dengan baik dan sabar. Noah memperhatikan bagian atas kotak, ternyata benar. Ada tombol merah kecil di bagian atasnya. Noah langsung menekan tombol itu tanpa ragu. Yang membuat Noah tercengang adalah, tepat setelah tombol merah ditekan, langsung muncul sebuah golongan bulat di bagian tengah kotak. Lalu muncul sesuatu seperti pipa dari sana, berwarna hitam pula. Pipa itu memiliki lengkungan di bagian ujungnya. Lengkungan yang memiliki lubang mengarah ke bawah. Noah agaknya sudah mengerti dengan cara kerja alat ini. Ternyata ada ya, alat secanggih ini. Noah benar - benar baru tahu. Tepat di bagian bawah lubang pipa itu, ada sebuah gambar bulat. Yang Noah perkirakan itu adalah tempat meletakkan gelas. Noah langsung meletakkan gelasnya di sana. Noah menatap dua tombol lain di bagian kanan tombol merah tadi. Satu tombol bertuliskan hot. Satu tombol lagi bertuliskan cold. Noah mencoba menekan tombol cold. Dan seketika keluar air dari pipa tadi, yang kini mengisi gelasnya. Noah benar - benar terpana melihat betapa canggihnya alat itu. "Terus biar airnya berhenti ngalir, ditekan tombol yang mana?" Noah buru - buru bertanya pada Eve lagi, karena tidak ingin ke duluan gelasnya penuh sehingga akan tumpah. "Tinggal lo tekan lagi aja tombol yang lo pencet tadi. Kalau pilih cold, ya tekan cold lagi. Kalau pilih hot, ya tekan hot lagi," jawab Eve. Noah mengangguk - angguk. Ia segera menekan tombol cold setelahnya. Air berhenti tepat sebelum gelasnya penuh. Noah langsung mengambil gelasnya, dan meminumnya seketika. Isi gelas itu tandas dalam waktu sekejap. Wajah Noah terlihat sangat lega karena akhirnya terbebas dari rasa haus yang sejak lama ia tahan. Apalagi air terasa begitu menyegarkan karena dingin. Seperti air yang diletakkan dalam kulkas. Selesai minum, tanpa bertanya pada Eve, Noah berinisiatif kembali menekan tombol merah. Seketika lubang tadi kembali muncul, menghisap pipa air supaya kembali masuk. Dan bolongannya kembali tertutup begitu pipa sudah masuk dengan sempurna. Masih penasaran, Noah coba untuk membuka bagian depan alat canggih itu. Yang pertama Noah lihat adalah gelas berwarna pink yang Noah yakini adalah gelas minum Eve yang katanya memacu indirect kiss tadi. Dan ia juga menemukan galon air. Ini dia jawaban dari pertanyaan Noah sejauh ini. Itu dia galon airnya. Akhirnya Noah telah Menemukannya. "Bisa gitu ya. Padahal galonnya di dalem. Tapi airnya bisa keluar dari atas." Noah mengekspresikan ketakjubannya. Eve terkikik. "Itu namanya dispenser, Noah. Jangankan bikin air dingin atau panas, bikin es batu dalam sekejap aja juga bisa kok." "Oh ya?" "Beneran. Coba lo tekan tombol ice di pojokan." Merasa penasaran, Noah langsung mencari tombol yang Eve ucapkan. Ternyata benar, di sudut kanan atas box, ada sebuah tombol bernama ice. Noah menekannya, muncul golongan kotak agak besar. Lalu keluar es batu berbentuk kubus kecil - kecil. Merasabterkejut, Noah refleks meletakkan gelasnya tadi di bagian bawah bolongan, supaya es - nya tidak tercecer di lantai. "Lagian Noah, kalau tadi keburu haus banget, kan di meja ada air mineral gelasan. Untung ketemu gue di faman  balkon, jadi bisa langsung nanya." Kedua mata Noah membulat. Iya juga ya. Ia baru ingat bahwa di meja dekat soda yang ia gunakan tidur dulu, ada air mineral. Bagaimana Noah bisa lupa sih. Tahu begitu ia tidak akan repot - repot ke dapur segala tadi. ~~~ Sepasang Sayap Untukmu - Sheilanda Khoirunnisa ~~~ -- T B C --
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD