Tidak Akan Menikah

1044 Words
Jagat baru saja sampai di tempat tujuannya, tepat di jam makan siang. Di mana lagi jika bukan di D'Moon Boutique? Ya, Jagat ke sana sembari menenteng bag berisi pancake durian. Sebelumnya dia sudah menghubungi Kaluna. Menanyakan apakah wanita itu ada di butik atau tidak. Setelah tau Kaluna berada di butik, Jagat langsung meluncur. "Loh Gat? Ngapain lo di sini?" Jagat yang baru saja hendak masuk ke dalam terpaksa berhenti saat seseorang menyapanya. Dia hampir saja tidak sadar jika saat ini yang ada di depannya adalah temannya. "Astaga gue kira siapa, ternyata lo Sak? Apa kabar? Kapan lo balik dari Melbourne? Nggak bilang-bilang kalau udah balik!" "Baru dua minggu yang lalu Gat. Kabar gue baik. Gimana lo? Gimana anak-anak? Masih sering ngumpul?" "Baik juga gue. Ya gitulah, udah jarang ngumpul karena sibuk sama pekerjaan masing-masing. Anj lo mesti ke cafe Evan deh Sak, tuh anak pasti seneng tau lo udah balik Jakarta." "What? Dia beneran buka cafe sekarang? Sukses dong keinginan dia buat punya cafe sendiri." "Iya, cafe & resto gitu. Coba deh lo ke sana. Alamatnya ada kok di bio i********: dia. Kangen-kangenan dah lo berdua sana," "Ck! Yang ada gue berantem sama dia, gila lo Gat!" Jagat tertawa, sebab dia tau bagaimana Evan dan Saka yang macam kucing dan tikus. Selalu bertengkar tapi saling mencari jika tidak bertemu. "Oh iya, lo belum jawab pertanyaan gue Gat. Ngapain lo ke sini?" tanyanya. Lalu belum sempat Jagat menjawab, Saka kembali melanjutkan, "oh, gue tau. Lo ke sini mau pesen baju pernikahan kan? Buset, jadi nikah nih sama Fiona? Gue kira kalian udah nikah lama. Karena setau gue kalian berdua yang paling bucin waktu jaman kuliah dulu." Senyuman Jagat tidak lagi selebar di awal. "Bukan, gue udah lama ga sama dia lagi." "What? Yang bener aja lo Gat? Serius? Sorry man, gue nggak tau. Terus ngapain lo ke sini?" "Meet my crush!" "Oh okay, i see Gat." "Lo sendiri ngapain?" "Abis nganterin hp adek sepupu gue Gat. Dia kerja di sini jadi admin," Jagat lantas menganggukkan kepalanya mengerti. Namun berbeda dengan Saka yang tiba-tiba raut wajahnya berubah seakan mencurigai sesuatu. "Eh bentar Gat, lo mau ketemu crush? Yang mana nih? Jangan bilang adek gue ya—" "Bukan, tenang aja. She is the owner of this boutique." Saka membuka mulutnya sedikit terkejut. Tidak menyangka jika Jagat bisa mengenal owner dari D'Moon Boutique. Owner yang kerap kali sang adik sepupu ceritakan. "Oh gitu, ya udah Gat, semangat deh buat lo. Oh ya sekalian nih, gue minta nomor lo," Jagat langsung menerima ponsel Saka dan mengetikkan nomornya di sana. Baru setelah itu mereka berpisah. Saka yang langsung meninggalkan butik tersebut, dan Jagat yang langsung masuk ke dalam untuk menemui Kaluna. Bahkan Jagat sudah mendapatkan izin, sebab sebelumnya Kaluna sudah memberitahu Sinta untuk membiarkan Jagat langsung datang ke ruangannya. Namun, Jagat tidak langsung masuk ke dalam ruangan Kaluna. Dia berdiri di ambang pintu, sebab pintu ruangan Kaluna sudah terbuka lebar. Seolah tau jika dia akan datang. Melihat Kaluna yang terlihat begitu serius menatap layar laptop, Jagat buru-buru mengeluarkan ponsel dan memotret Kaluna secara diam-diam. Bahkan sengaja me-zoomnya untuk mendapatkan gambar yang jauh lebih bagus. Lebih tepatnya, agar wajah Kaluna lebih terlihat. Foto pertama yang dia ambil itu akan menjadi penghuni pertama di dalam galerinya dengan nama file yang hanya bertuliskan emoticon love. Lucu, padahal belum menjadi apa-apa, tapi Jagat segitu percaya dirinya jika Kaluna akan berhasil dia dapatkan. "Kenapa berdiri di situ?" Suara Kaluna mulai menginterupsi. Membuat Jagat sedikit terkejut, namun tetap bisa mengontrol ekspresi wajahnya. Untung tampan, jadi tidak terlihat jelek sama sekali saat terkejut. "Kenapa nggak bilang kalau udah sampai? Biasanya bilang." "Emangnya Luna seneng kalau dapet chat laporan begitu dari Mas?" "Nggak juga," "Ya sudah maaf ya. Lain kali saya bakalan bilang kalau udah sampai. Biar Luna tau. Saya tadi nggak bilang karena takut bikin Luna risih." "Ya terserah Mas Jagat." Kaluna dengan kata 'terserahnya' memang bukan lagi hal yang mengejutkan bagi Jagat. "Ini, ada pancake durian dari calon ibu mertua." ujar Jagat sembari memberikannya pada Luna. "Ibu mertua apaan coba," "Bercanda, Lunaa. Tapi kalau mau nggak apa-apa sih. Bunda pasti seneng kalau dapat menantu kayak Luna." Jagat dengan kemodusannya kembali dimulai dan Luna hanya menanggapinya dengan senyuman tipis. Entah apa yang ada di dalam pikiran Kaluna, tapi Jagat melihatnya justru senang. "Makasih pancake duriannya, nanti saya makan." "Iya sama-sama, Luna. Terus yang tadi gimana? Kok nggak ditanggepin?" "Yang mana?" "Yang tadi, mau nggak jadi menantu Bunda?" Kaluna tak langsung menjawab. Wanita itu justru mengalihkan wajah, lalu menyahut, "Bunda kamu pasti kaget kalau punya menantu seperti saya." "Nggak ah, Luna cantik, mandiri. Bunda udah pasti suka. Saya aja suka," "Mas Jagat nih mau cari istri?" "Luna mau?" "Mau apa?" "Jadi istri saya, Luna." jawabnya. Namun, sebelum Kaluna membalas, Jagat kembali melanjutkan, "yang ini serius, bukan bercanda." Sumpah demi apa pun, Kaluna sedang tidak bermimpi. Dia terheran-heran pada pria itu. Jagat Kaivan Mahatama ini benar-benar ajaib. Bagaimana bisa tiba-tiba spontan bertanya seperti itu padanya? "Jika tujuan kamu menikah, berarti kamu salah orang. Seumur hidup, saya tidak akan menikah." Jagat terkejut dengan jawaban yang baru saja Kaluna lontarkan. Bahkan masih sempat-sempatnya Kaluna tersenyum di akhir kalimatnya. Namun, Jagat juga tidak kalah gilanya saat membalas ucapan Kaluna. "Mau taruhan tidak?" "Taruhan?" ulang Kaluna sembari menaikkan sebelah alisnya tidak mengerti. "Iya, taruhan kalau saya pasti bisa merubah perkataan kamu dan juga mindset kamu soal pernikahan. Saya yakin, ada hal yang membuat kamu jadi ngomong seperti itu." "Kenapa jadi ngomongin hal yang serius begini sih? Jadi mau ngajak makan siang bareng atau—" "Saya mau Kaluna." sela Jagat dengan cepat. "Saya beneran yakin bisa merubah jalan pikiran kamu." "Saya yang nggak yakin, Mas. Meskipun bisa, pasti butuh waktu yang sangat lama." "Nggak masalah. Saya bersedia nunggu kamu sampai siap." "Terserah Mas Jagat," Jagat lantas tersenyum begitu Kaluna sudah mengeluarkan kalimat keramatnya, ‘terserah Mas Jagat’. Meski ekspresi wajah Kaluna tampak bodo amat, tetap saja Jagat senang dan selalu full senyum. Karena dia menganggap bahwa dibalik kata terserahnya Kaluna itu artinya adalah ‘iya’. Sepertinya, doa sang Bunda benar-benar sudah sampai ke langit ketujuh. Semuanya benar-benar lancar seperti di jalan tol. Jagat bahkan tidak percaya bisa semulus ini mendekati Kaluna. Padahal di awal wanita itu benar-benar susah sekali di dekati. Sebenarnya kali ini juga masih susah. Tapi sekarang sudah sedikit mendingan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD