Chapter 3 – Keputusan yang Nekat

1117 Words
Ledakan besar tak terhindarkan terjadi di rumah kakek fattah. Kejadian tersebut menyebabkan kebakaran yang melahap sebagian rumah. Posisi kakek fattah yang memang berada di dekat ledakan tidak bisa terhindar dari luka parah. “kebakaran... kebakaran...”. teriak salah satu warga setelah mendengar dentuman keras dan melihat api yang semakin besar dari arah rumah kakek fattah. Mendengar teriakan tersebut, seluruh warga keluar untuk melihat kejadian tersebut. Mereka bergegas untuk berusaha memadamkan api dengan peralatan seadanya. Kejadian itu sangat cepat sehingga para tetangga yang sedang berada dirumah terlambat untuk menyelamatkan kakek fattah. Mereka bergotong royong untuk memadamkan kobaran api agar tidak merambat ke rumah yang lain. Untunglah posisi rumah mereka tidak saling menempel, jadi masih ada kesempatan untuk memadamkan api itu dengan cepat. Salah satu warga berinisiatif menelepon 112 untuk memanggil pemadam kebakaran, ada juga yang langsung menelepon dirga dan elvan agar segera kembali ke rumah. “halo pak dirga, rumah bapak kebakaran dan sepertinya kakek fattah masih di dalam”. Suara salah seorang warga memberitahu dirga bahwa ada musibah yang menimpanya. “halo mas elvan, rumah mas kebakaran. Saat ini kakek fattah masih ada di dalam”. Warga yang lain menelepon penghuni lain rumah itu. Dirga dan elvan yang mendengar ada ledakan dan kebakaran yang menimpa kakek fattah, memutuskan untuk segera pulang. Bukan rumah yang mereka khawatirkan, namun keselamatan sang kakek adalah prioritas utama. Saat mereka berdua tiba, kobaran api yang melahap rumah sudah terkendali. Dirga dan elvan segera mencari dimana keberadaan kakek fattah. Semoga orang tua mereka masih bisa selamat. “ayah, gimana keadaan uyut?”. Elvan yang baru saja tiba langsung menanyakan kondisi sang uyut. “ayah juga belum tahu. Ayah baru saja sampai”. Jawab dirga karena ia juga baru sampai di lokasi. Bertanya kepada salah satu tetangga yang ada di sana, mereka di informasikan bahwa kakek fattah langsung di larikan ke rumah sakit terdekat karena mengalami luka bakar diseluruh bagian tubuhnya akibat ledakan yang terjadi. Tidak menghiraukan keadaan rumahnya, mereka berdua segera melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju rumah sakit tersebut. ‘semoga uyut masih bisa diselamatkan’. Doa elvan di dalam hatinya. Dirga dan elvan akhirnya sampai di parkiran rumah sakit. Setelah menutup pintu mobil, mereka segera berlari menuju unit gawat darurat di rumah sakit tersebut. “maaf, apakah ada korban kebakaran yang di masuk baru baru ini?”. Dirga bertanya kepada perawat yang ada disana. “oh, korban kebakaran dari jalan pramuka ya?”. Perawat itu merespon dengan cepat. “benar. Kami keluarganya”. “korban di bawa ke bangsal nomor 15. Saat ini keadaannya sangat kritis. Sebaiknya kalian cepat kesana”. “terima kasih suster”. Dirga dan elvan berjalan cepat menuju bangsal nomor 15. Melihat kondisi kakek fattah yang sangat menghawatirkan. Seluruh tubuhnya mengalami luka bakar serius. Kaki elvan sampai lemas tak sanggup menopang bobot tubuhnya. Baru tadi siang ia masih bertemu dengan uyutnya. Kalau tahu akan terjadi tragedi ini, elvan tidak akan ikut lembur di tempat kerjanya. Begitu juga dirga yang sangat menyesal telah meninggalkan kakeknya sendirian di rumah. Pantas saja seharian ini perasaannya tidak enak untuk meninggalkan kakeknya sendirian di rumah. Mereka melihat beberapa dokter dan perawat sedang menangani kakek fattah dengan maksimal. “bagaimana keadaan kakek saya dok?”. Tanya dirga kepada salah satu dokter yang ada di sana. “keadaannya sangat memprihatinkan. Karena luka bakar yang ada diseluruh tubuhnya sangat parah. Di tambah usianya yang sudah tidak muda lagi. Itu menyulitkan kami untuk menanganinya”. Dari name tag yang dipakai bisa di pastikan bahwa ia bernama rizal. Ia adalah dokter spesialis kulit dan kelamin. “tolong usahakan apa saja untuk menyelamatkannya dok”. Sekarang elvan yang mengajukan permintaan kepada dokter rizal. “semua dokter pasti akan mengusahakan yang terbaik bagi pasiennya. Sekarang mohon urus administrasinya dahulu, karena pasien akan di pindahkan ke ruang icu. Untuk itu kami meminta persetujuan dari pihak keluarga”. “terima kasih dokter” elvan segera menuju resepsionis rumah sakit untuk mengurus administrasi uyutnya. Sedangkan dirga segera menandatangani surat persetujuan pemindahan kakek fattah ke ruang ICU. Dirga dan elvan menunggu dengan gelisah, mereka berdua tidak bisa memasuki ruang icu sembarangan. Hanya tim dokter dan perawat saja yang diizinkan. Melihat berbagai macam selang menusuk tubuh ringkih kakeknya membuat mereka berdua tidak tega. “ayah, aku mau bicara dengan dokter rizal sebentar. Boleh kan”. “iya silahkan” Elvan berinisiatif untuk bertemu kembali dengan dokter rizal di ruangannya. Tok... tok... tok... “masuk”. Dokter rizal mempersilahkan elvan untuk masuk ke dalam ruangan. Elvan segera duduk di bangku yang telah disediakan untuk pasien. “maaf dok, saya ingin menanyakan mengenai keadaan kakek saya. Berapa persen kemungkinan ia akan selamat?”. Mengetahui kondisi kakeknya, logika elvan memberitahu bahwa kesempatan hidup kakeknya sangat tipis. Dokter rizal hanya tersenyum mendengar pertanyaan yang dilontarkan elvan. “kalau saya bilang tidak lebih dari sepuluh persen bagaimana?”. Elvan menggenggam tangannya kuat kuat. Memang ia sudah bisa menebak apa jawaban yang dikemukakan dokter rizal. Namun ia masih berharap bahwa kakeknya masih bisa bertahan. “apakah ada cara yang bisa di lakukan untuk menyelamatkannya? Apa saja yang penting uyut bisa selamat”. “sebegitu besarnya kamu berharap agar ia selamat?”. “sangat. Orang itu sangat berharga bagi kami”. Tidak ada jawaban lagi dari dokter rizal. Ia seperti memikirkan sesuatu sebelum melanjutkan pembicaraan ini. “fuh... ada satu obat untuk meregenerasi tubuh yang masih saya kembangkan sendiri. Tapi obat itu belum pernah di uji coba kepada manusia manapun”. Dokter rizal menghentikan kalimatnya sejenak sebelum melanjutkan lagi. “ini adalah pertaruhan hidup dan mati. Jika berhasil, kakek anda mungkin akan selamat. Tapi jika gagal, anda pasti tahu apa yang akan terjadi”. Keadaan di dalam ruangan seketika hening. Mereka berdua sibuk dengan pikiran masing masing. Elvan memikirkan jika tidak dicoba mungkin kakeknya akan tetap mati. Apakah ia akan menjadikan kakeknya sebagai bahan percobaan dari obat yang dikembangkan oleh dokter itu? Setelah memikirkan dengan serius, elvan memberanikan dirinya untuk memutuskan. Bukan keputusan yang ringan, namun ini demi keselamatan uyutnya. “baik. Segera uji coba obat tersebut terhadap uyut saya”. Bisa dikatakan keputusan yang diambil elvan adalah keputusan yang egois. Karena ia tidak bertanya pendapat dirga tentang apa yang dikatakan oleh dokter rizal. “apa kamu serius?”. Dokter rizal sekali lagi memantapkan jawaban yang keluar dari mulut elvan. “iya. Saya serius”. Saat ini elvan benar benar serius dengan jawabannya. “tapi ada syarat yang harus anda ikuti”. “apa itu?”. “hanya kita yang tahu tentang tindakan ini. Jadi jika terjadi hal yang tidak diinginkan itu di luar tanggung jawab saya”. “oke. Deal”.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD