Sampah nomor satu

2001 Words
Tahap penyeleksian sudah selesai dilaksanakan. Penelope sudah memilih 10 gadis cantik untuk teman tidur Elcander. 3 di antaranya adalah gadis-gadis yang paling diminati di Apollyon. Setelah melewati tahap penyeleksian selama satu minggu, sepuluh gadis cantik yang terpilih kini harus menerima beberapa pelajaran. Di antaranya adalah cara membuat teh yang disenangi oleh raja. Kini para gadis tengah menggiling daun teh yang disediakan. Beberapa pengajar duduk di barisan depan, memperhatikan para gadis. Kegiatan belajar itu terhenti ketika pemberitahuan tentang kedatangan Penelope diumumkan. Para gadis dan pengawas segera menyapa dan memberi hormat pada Penelope. "Silahkan lanjutkan kembali!" Penelope memberi arahan. Ia akan berada di ruangan itu untuk beberapa waktu. Melakukan tugasnya untuk mengamati para gadis. Aktivitas di ruangan itu kembali dilanjutkan. Bau harum teh tercium di dalam ruangan itu. Melihat bagaimana gadis-gadis itu bersaing untuk menjadi yang paling unggul, Penelope tak bisa menahan dirinya untuk tak mendengus jijik. Mereka semua pasti akan saling menjatuhkan untuk mencapai posisi tertinggi. Sungguh hal yang terlalu sia-sia. Waktu untuk membuat teh sudah habis. Para gadis telah menyiapkan satu teko teh hasil buatan tangan mereka. "Yang Mulia, silahkan mencicipi teh satu per satu." Salah seorang pengajar mempersilahkan Penelope. Penelope menganggukan anggun kepalanya, bahkan dalam gerakan kecil itu ia membuat para wanita berdecak kagum. Entah kenapa setiap pergerakan Penelope membuat kesan memikat yang berbekas di mata orang yang melihat. Pelayan mendekat, menuangkan teh ke cawan kecil. Penelope mengangkat tangannya. Jemarinya yang indah terlihat begitu sempurna. Lidah Penelope yang tajam, merasai teh pertama. Lalu berikutnya teh lain menyusul. Dari 10 teguk yang ia telan, ia telah memilih 2 yang terbaik. "Putri sulung Menteri Kehakiman dan Putri tabib istana memiliki bakat baik dalam membuat teh. Apakah pengajar setuju denganku?" Penelope melirik pengajar di sebelah kiri dan kanannya. Keempat pengajar mengangguk bersamaan. Mereka setuju dengan penilaian Penelope. Sebenarnya ada 2 teh lagi yang memiliki rasa yang menyenangkan di lidah dengan aroma yang menenangkan. Milik putri dari Menteri Pertahanan dan satunya milik dari satu-satunya gadis biasa yang menjadi kandidat wanita raja. Penelope memilih gadis dari kalangan biasa itu bukan hanya dari kecantikan, keahlian dan kepintaran yang ia miliki namun juga karena ambisi yang terlihat di mata gadis itu. Penelope membukakan jalan bagi gadis itu untuk meraih apa yang ingin ia raih. Dan seterusnya, gadis itu sendiri yang akan menentukan jalannya sendiri. Ketika Penelope sedang sibuk dengan kelas membuat teh. Di dalam ruang rahasia, Elcander tengah melakukan pertemuan dengan Rayyan. "Yang Mulia Ratu Penelope bukan putri kandung Madam Louisa." Rayyan memulai laporannya, "Madam Louisa hanya memiliki satu anak perempuan yang telah tewas ditangan pria yang menghamilinya. Pria itu saat ini sudah tewas dengan cara misterius." Elcander masih terlihat tenang. Kemungkinan Ratu Penelope memiliki kembaran semakin besar. "Dari wanita yang ikut mengasuh Ratu Penelope tak banyak yang bisa diketahui selain tempatnya berasal. Ratu Penelope berasal dari sebuah desa yang telah Yang Mulia hancurkan tanpa sisa. Desa Venze." Desa Venze? Elcander mengingat nama desa yang belasan tahun lalu ia hancurkan. Jadi, Ratu Penelope berasal dari tempat itu. "Orangtua Ratu Penelope tewas bersama dengan warga desa lainnya." Elcander menemukan sesuatu yang bisa dijadikan alasan kenapa nyawanya begitu diinginkan oleh Ratu Penelope palsu. Ternyata ini tentang dendam. "Bagaimana dengan saudara? Apakah Ratu Penelope memiliki saudara?" "Hamba tidak mendapatkan informasi apapun tentang itu, Yang Mulia." Dari wanita yang ikut mengasuh ratu, Rayyan tak mendengar apapun tentang saudara ratu. Ia juga tak bisa mencari tahu lebih lagi karena semua warga Venze telah tewas. "Kau bisa pergi sekarang!" Elcander menaikan tangannya. Mengusir Rayyan dari ruangan itu. Rayyan memberi hormat lalu segera pergi melalui jalur rahasia. Untuk saat ini informasi tentang Ratu Penelope sudah cukup bagi Elcander. Ia telah menemukan alasan kenapa ratu palsu ingin membunuhnya. Selanjutnya ia akan menggali tentang identitas ratu palsu yang saat ini berada di kerajaan Apollyon. Setelah semua jelas barulah Elcander akan memberikan hukuman bagi orang yang sudah bermain-main dengannya. Matahari bergerak hendak kembali ke tempatnya. Setelah semua tugasnya sebagai ratu selesai, Penelope pergi ke rumah potong. Sebagai seorang pembeli, ia melihat-lihat daging potong dan masuk ke dalam tempat pemotongan itu lalu menghilang dibalik pintu yang disamarkan sebagai tempat menggantungkan pisau. "Ketua, perekrutan orang-orang kita sudah selesai. Kini mereka berada di gua hutan Selatan untuk pelatihan." Dereck memberi laporan. Agar lebih mudah mencapai istana, Penelope memilih hutan Selatan sebagai markas baru mereka. Di sana kekuatan baru akan dibangun. "Pastikan mereka menerima pelatihan dengan benar. Elcander dan orang-orangnya bukanlah orang yang mudah dihadapi." "Baik, Ketua." Pintu ruangan rahasia terbuka, salah satu orang Penelope masuk ke dalam sana. "Memberi salam pada Ketua." Pria itu membungkukan tubuhnya. "Ada apa?" Penelope tahu pasti ada sesuatu yang ingin dibicarakan oleh orangnya. "Yang Mulia, Nero melihat orang-orang Snake Eyes ada di pasar. Sepertinya mereka mencari kita dengan sangat keras." Penelope menaikan sebelah alisnya. Mendengar nama Snake Eyes membuatnya sedikit tertarik. Snake Eyes adalah kelompok pembunuh bayaran yang menaruh dendam pada Black Eagle. Beberapa tahun silam, Penelope pernah membunuh salah satu dari adik pemimpin Snake Eyes. Hal yang membuat para pemimpin Snake Eyes yang terdiri dari tiga pria terus mengejar Penelope. Snake Eyes sendiri berada di urutan nomor 2 pembunuh bayaran terhebat. Kelompok ini tersingkir dari posisi nomor 1 setelah kehadiran Black Eagle. Namun menemukan Penelope bukanlah perkara gampang. Selain tak ada yang pernah melihat wajah Penelope, tempat tinggal wanita itu juga sulit untuk dilacak. "Orang-orang Snake Eyes tidak akan tahu kita berada di sini. Mereka pasti memiliki pekerjaan." Dan pekerjaan itu pasti pekerjaan yang besar. "Lalu tindakan apa yang harus kita lakukan?" "Jangan mengambil tindakan apapun jika kedatangan mereka bukan untukku." "Baiklah, Ketua." Penelope bangkit dari tempat duduknya, "Aku akan kembali ke istana. Nanti malam aku akan datang ke hutan Selatan untuk melihat orang-orang yang kalian rekrut." "Baik, Ketua." Kedua orang di dalam ruangan itu menjawab serempak lalu memberi hormat. Langit malam nampak cerah malam ini. Terdapat banyak bintang yang menemani bulan di atas sana. Penelope telah berada di goa hutan Selatan. Ia kini tengah mengamati tahap awal dari pelatihan orang-orang Black Eagle yang baru. Penampilan Penelope malam ini kembali ke penampilannya yang asli. Ia memakai pakaian seperti pembunuh bayaran umumnya, dengan topeng yang menutupi setengah bagian wajahnya. "Latihan hari ini sudah cukup, Dereck! Biarkan mereka semua istirahat untuk latihan besok pagi." Penelope menyudahi pelatihan tahap awal. "Baik, Ketua." Dereck segera memberi perintah untuk menyudahi latihan. Sementara itu, Penelope sudah melangkah pergi menuju ke kudanya. Penelope menembus suasana hutan yang hanya diterangi cahaya bulan dan bintang. Sesekali binatang malam bersuara, membuat suasana tak terlalu sepi. Kuda Penelope berhenti melaju ketika ia mendengar suara sayup dari kejauhan. Nampaknya lebih dari selusin orang tengah mengepung 3 orang. Seringaian keji terlihat di wajah Penelope. Ia turun dari kuda lalu melangkah menuju ke sumber suara. Penelope tak tertarik untuk menolong siapa yang jadi korban, dia hanya tertarik untuk membunuh. Ia telah menahan dirinya selama lebih dari satu bulan untuk membunuh. Tangannya sudah gatal ingin dibasahi oleh darah. Belatinya sudah tak harum lagi karena tak menyentuh cairan merah. Ditambah, Penelope harus menuntaskan kekesalannya karena mengalami kegagalan dalam membunuh Elcander. Mendekat, dan semakin dekat. Seringaian Penelope kini semakin melebar. Ternyata orang-orang Snake Eyes yang sedang mengepung buruan mereka. Hitungan Penelope tak meleset, dari gerakan kaki ia jelas mendengar 3 orang yang dikepung. Dari penampilan 3 orang itu, nampaknya mereka telah melalui banyak serangan. Mereka menderita luka dan racun. Tidak akan sampai besok pagi, mereka pasti mati. "Pangeran Archezo, kau sudah tidak bisa lari lagi!" Salah satu pemimpin Snake Eyes menatap pria yang dijaga oleh dua orang dengan tatapan meremehkan. Senyuman kemenangan terlihat di wajah pria botak itu begitu juga dengan kawanannya yang lain. "Pangeran, pergilah. Biar kami yang menghadapi mereka. Selamatkan diri Anda." Salah satu pria penjaga melirik pria yang tak lain adalah tamu yang akan mengunjungi istana. "Demitrio benar, Pangeran. Anda harus selamat. Kami akan menahan mereka." Pria lainnya bicara. Namun sang pangeran yang sudah terluka nampaknya tak mau pergi. "Siapa yang memerintahkan kalian?" Pangeran Archezo menatap si botak dan dua pemimpin Snake Eyes tenang.   Penelope tersenyum tipis, pria yang dihadapi oleh orang-orang Snake Eyes itu bukanlah pria biasa. Dari caranya tetap tenang meski nyawanya di ujung tanduk, bisa dikatakan bahwa dia adalah pria yang sangat berbahaya. Namun, dilihat dari kondisinya saat ini. Pria berbahaya itu mungkin bisa menghabisi setengah orang Snake Eyes sebelum ia kehilangan nyawa karena racun yang akan semakin mematikan jika ia banyak mengeluarkan tenaga. "Kau tidak perlu tahu, Pangeran. Nyawamu saat ini diincar oleh banyak pembunuh bayaran. Kau adalah harta karun untuk kami." Pria botak menjawab disertai senyuman angkuh. "Aku akan memberimu uang ini untuk nama orang yang menetapkan harga tinggi untuk nyawaku. Dengar, aku masih akan mati ditangan kalian. Kau hanya perlu mengatakan padaku siapa orangnya agar aku tak jadi arwah penasaran." Penelope nyaris tertawa jika ia tak menahannya. Trik bodoh macam apa yang sedang dimainkan oleh pria itu. Ia bahkan yakin jika si botak yang akan tewas di tangan pria bersurai coklat dengan mata abu-abu itu. Ayolah, pria itu tak selemah yang terlihat. Di balik penampilan anggun pria cantik itu terdapat kekejian yang sulit untuk Penelope perhitungkan. Dua di antara tiga pemimpin Snake Eyes saling lirik lalu tersenyum. Mereka bisa menyebutkan satu nama palsu, toh pangeran yang mereka anggap bodoh tak akan mengetahui jika mereka berbohong. "Kami mengabulkan permintaanmu." Pria berambut panjang yang tak terawat menjawab bijak. Ia seperti malaikat yang baik hati sekarang. "Perdana Menteri yang memberikan sayembara untuk membunuhmu." "Perdana menteri?" Pangeran Archezo mengerutkan keningnya. Detik selanjutnya tawa renyah terdengar. Orang-orang Snake Eyes. menatap Archezo heran, apa yang sedang pria itu tertawakan. "Apa kalian benar-benar menganggapku orang bodoh?" Wajah Archezo masih menebarkan senyuman, namun dari mata bak perak miliknya yang mengingatkan abad es pada pegunungan. Mengirimkan hawa dingin yang mengerikan. Meski merasa aneh dengan hawa dingin yang menguar lewat mata Archezo, orang-orang Snake Eyes tertawa keras. "Kau adalah sampah nomor satu di Kerajaan Asgaf. Siapa yang tak kenal Pangeran Archezo dari Asgaf." Si pria berambut panjang menatap Archezo semakin hina. Penelope kini mengetahui asal usul dari pria cantik di tengah kepungan. Ternyata pria itu adalah sampah nomor satu dari Asgaf. Sewaktu Penelope di wilayah Asgaf, ia sering mendengar tentang seorang pangeran bodoh yang tak berguna sama sekali. Archezo adalah seseorang yang harusnya menjadi raja Asgaf. Karena ia memiliki otak yang bodoh dan tidak berguna maka adik dari mendiang raja yang naik tahta untuk sementara waktu sampai Pangeran Archezo siap menjadi raja. Namun siapa yang sangka, bahwa pangeran itu tak sesuai yang diharapkan. "Sudahi saja semua ini. Jangan mengulur waktu lagi!" Pria berambut pendek, yang merupakan pimpinan tertinggi kawanan itu merasa muak dengan percakapan saat ini. Tangannya memberi aba-aba untuk menyerang. Di saat lima orang Snake Eyes melangkah maju saat itu juga Penelope keluar dari persembunyiannya, membuat 5 orang yang ingin menyerang berhenti melangkah. Kapan kiranya wanita itu bergerak, kenapa tiba-tiba sudah ada di sana. "Siapa kau!" Pria botak terlihat geram. Penelope menyeringai tajam, "Kau tak perlu tahu siapa aku. Yang harus kau tahu orang-orang ini adalah buruanku." Pria berambut pendek memperhatikan Penelope menilai, matanya berkedut, giginya bergemelatuk, "Akhirnya kau muncul dengan sendirinya, Pemimpin Black Eagle!" Ia mengenali Penelope. Dua pemimpin lain Snake Eyes melihat ke temannya bersamaan. Lalu kembali lagi menatap Penelope yang tertawa renyah. "Aku selalu muncul di manapun uang berada, Drageor." Penelope mengeluarkan belati miliknya. "Tch! Kau mengantar nyawamu, b*****t!" Si Botak menyerang Penelope tanpa aba-aba. Pria dengan senjata kapak itu melesat penuh dendam. Penelope masih tak bergerak, ia menunggu Si Botak datang menghampirinya. Saat musuh sudah di depannya barulah Penelope bergerak. Gerakannya lentur, tajam dan terarah. Ia sungguh berniat membunuh sebanyaknya malam ini. "Pangeran, sebaiknya kita pergi dari sini." Demitrio mengajak Archezo untuk pergi. Archezo tak bergeser sedikitpun, "Kita tidak bisa pergi, Demetrio. Wanita itu mungkin bisa kita ajak kerjasama." "Pangeran, dia menginginkan nyawamu." Ades, penjaga lainnya bersuara. "Dia menginginkan uang, bukan nyawaku." Entah kenapa Archezo yakin sekali dengan kata-katanya. "Kalau begitu kami akan membantunya membunuh orang-orang Snake Eyes." Demetrio masih menunggu anggukan atau persetujuan dari Archezo. "Tidak perlu. Dia bisa menghabisi mereka semua." Penelope mendengar kata-kata Archezo. Tidak diragukan lagi, Archezo bukan orang bodoh. Pria itu pasti mengetahui tentang Black Eagle. Dengan seringaian keji, Penelope terus bergerak. Ia menjadi mata pisau yang tajam. Melukai lawannya tanpa ampun.    
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD