Part 37

2070 Words
Keesokan harinya disekolah, jam pelajaran olah raga di kelas Barra. Sudah pasti, jika Barra dkk kecuali Luthfi itu bermain basket. Luthfi diam dipinggir lapangan dengan Jihan yang sudah mempersiapkan minum untuk Barra. Jihan juga menyemangati Barra yang berkali-kali memasukan bola kedalam ring. "Han, lo suka ya sama si Barra?". Tanya Luthfi pada Jihan. "Hah?" tanya Jihan pura-pura tidak mengerti. "Gue tau ko, cara lo perlakuin si Barra itu beda ke anak-anak yang lain. Lo aja sering kasih dia minum". "Perasaan lo aja kali". "Gue liat-liat lo berdua cocok juga". "Apaan sih, Fi? Lo ngapain disini? Belajar basket kek" Jihan mengalihkan pembicaraan. "Mendingan futsal kemana-mana". Jawab Luthfi. Beberapa saat kemudian, Barra dkk sudah selesai bermain basket. Mereka menghampiri Luthfi yang masih duduk disebelah Jihan. Tapi, sayangnya Barra memilih duduk diantara Nizam dan juga Vino. Sedangkan malah Kamal yang duduk disebelah Jihan. Saat sedang mengibaskan tangannya, Barra melihat Fely yang sedang berjalan sepertinya kearah toilet bersama Kai. Fely menoleh kearah Barra tepat saat Jihan memberikan Barra minum. Fely menatap tajam Barra yang menerima botol minum dari Jihan itu. Tapi, senyuman terbit kala Fely melihat adegan selanjutnya. "Nih Bar" ucap Jihan. "Thanks, tapi gue lagi mau yang dingin" jawab Barra tapi tetap menerima botol minum itu untuk diberikannya pada Nizam. Tentu saja Nizam menerimanya dengan senang hati. "Buat si Nizam aja ga papa ya?" lanjut Barra. Lagi dan lagi Barra menolak pemberian dari Jihan. Dan, kekecewaan kembali Jihan rasakan. Tapi, ia harus tetap bersikap biasa saja. Ia tidak boleh memperlihatkan seberapa kecewanya Jihan saat Barra menolak pemberiannya lagi. "Vin, kantin yok" ajak Barra sambil menepuk paha Vino karna berada dekat dengannya. "Jajanin ya?" tanya Vino. "Ga modal lo" jawab Barra sambil bangkit berdiri dan mengulurkan tangannya pada Vino. Setelah keduanya berdiri, keduanya segera pergi kekantin. "Eh, ngikut dong" ucap Haykal yang sedikit berlari mengejar Barra dan juga Vino yang sudah menjauh dari tempat mereka duduk. "Ah, gue juga mau susulin" ucap Ansell lalu segera pergi menyusul ketiga temannya. "Lo berdua mau cabut juga?" tanya Nizam pada Luthfi dan Kamal yang masih duduk bersama Jihan. "Hehe, si Barra cabut sih" jawab Kamal. "Lo mau ikut, Han?" tanya Nizam pada Jihan. Dengan segera Jihan menggelengkan kepalanya. Karna ia merasa jika Barra mulai menjauhinya. Ia tidak ingin menambah rasa sakit dihatinya lagi. "Oh ya udah, gas guys" ajak Nizam pada Luthfi dan juga Kamal. *** Barra, Vino dan juga Haykal berjalan beriringan bertiga. Sebelum kekantin, mereka memutuskan untuk pergi kekamar mandi terlebih dahulu untuk memncuci muka mereka yang penuh keringat itu. Saat ingin masuk ke kamar mandi, ketiganya bertemu dengan Fely dan juga Kai yang baru keluar dari toilet. Memang toilet perempuan dan laki-laki pintu masuknya bersebelahan. "Eh ada bestie gue" ucap Vino pada Fely. "Lo mau belajar lagi?" tanya Vino. "Ngga, mau maling gue" jawab Fely kesal. Memang sahabatnya yang satu ini otaknya sedikit geser. Pertanyaan yang tidak pantas ditanyakan. "Anjir, jangan maling gue. Kan lo tau gue belum tajir. Masih pas-pasan. Maling si Barra aja nih, dia udah tajir pewaris tunggal lagi" jawab Vino yang ternyata menanggapi dengan serius perkataan dari Fely barusan. "Lo t*lol atau bego sih Vin?" tanya Kai pada Vino. "Gue pinter ya". Fely hanya menggelengkan kepalanya. Lebih baik ia mengajak Kai untuk kembali ke kelas. Dari pada berbicara dengan Vino yang seperti kehabisan obat itu. "Yu ah cabut Kai" ajak Fely pada Kai. Kedua gadis itu pun segera pergi meninggalkan tiga lelaki yang masih berdiri didepan pintu masuk toilet. "Fel, ga mau bolos aja?" teriak Vino. "Udah ayo masuk" Barra menarik tangan Vino untuk masuk kedalam toilet. *** Jam istirahat sudah tiba. Fely pergi ke rooftop karna ia baru saja mendapatkan pesan singkat dari Barra, jika suaminya itu sudah menunggunya disana. Tentu saja, dengan beribu alasan yang bisa membuat Fely tidak pergi ke kantin bersama teman-temannya. Setibanya disana, Fely menghampiri Barra yang sudah menyiapkan makan siang untuknya. Memang sudah Fely duga, jika Barra mengajaknya kesini, pria itu pasti sudah mempersiapkan makanan dan minuman untuknya. Fely segera duduk disebelah Barra yang sedang menyenderkan punggungnya pada senderan sofa disana dengan mata yang dipejamkan. Tanpa perlu Fely bicara, Barra sudah membuka matanya saat merasa jika Fely sudah datang disebelahnya. "Pintunya udah lo kunci?" tanya Barra. Fely menganggukan kepalanya. "Nih makan dulu" Barra membuka sekantung batagor kesukaannya. Dan seperti biasa pula, Barra hanya membeli satu bungkus dengan isi dua porsi. Karna ia hanya meminjam satu piring saja dikantin. Fely segera memakan batagor tanpa pedas itu yang Barra belikan untuknya. Begitu juga dengan Barra, karna ia sudah lapar sekali sekarang. Tadi, ia ke kantin bersama teman-temannya hanya untuk membeli minum saja. Sedangkan untuk makannya memang Barra sengaja ingin bersama Fely. Karna Fely yang melihat Jihan memberinya sebotol air. Setelah makanan mereka habis, baik Fely maupun Barra memilih untuk menyenderkan punggung mereka pada senderan sofa. Bahkan, Fely menyenderkan kepalanya pada bahu Barra. Beruntung, Barra sudah mengganti pakaian olah raganya dengan seragam. Jika tidak, mana mungkin Fely mau menyenderkan kepalanya pada bahu Barra yang penuh keringat itu. "Lo ada latihan lagi sekarang?" tanya Barra yang melihat Fely sudah tidak memakai seragamnya lagi. "Iya, kenapa? Mau liat?" "Ngga, ntar si Kamal liatin lo" jawab Barra yang membuat Fely memicingkan kedua matanya. "Kenapa emang? Lo cemburu?" tanya Fely. Barra baru menyadari apa yang ia ucapkan tadi. Ia kini terlihat salah tingkah. Apa lagi saat Fely menatapnya dengan tatapan yang sangat sulit di artikan. "Hah? Ngga lah, masa iya gue cemburu". Fely semakin memicingkan kedua matanya. Ia sangat tidak percaya pada ucapan Barra. Pasti suaminya itu cemburu pada Kamal. "Halah, ngaku aja sama gue". desak Fely. "Ngga ish". "Iyain aja biar seneng" Fely kembali menyadarkan bahunya karna memang ia tadi sempat menatap wajah Barra. Barra juga kembali menyenderkan punggungnya pada senderan sofa. Tapi, wajahnya sengaja ia palingkan pada wajah Fely. "Fel" ucapnya berhasil membuat Fely menoleh kearahnya. "Kenapa?". "Gue mau". "Mau apa? Mau berak lo?" tanya Fely. "Sialan" jawab Barra. Fely terkekeh melihat wajah Barra yang sangat lucu itu. Karna tidak adanya jawaban serius dari Fely, Barra akhirnya memajukan wajahnya untuk bisa mencium bibir istrinya itu. Jika diingat, sejak Fely PMS, Barra tidak pernah menyalurkan nafsunya pada Fely. Sedangkan Fely hanya bisa memejamkan matanya saat dirasakannya tangan Barra yang sudah bermain diatas kedua d*danya yang cukup besar itu. *** Fely berjalan menuju ruang dance setelah ia dan Barra turun dari rooftop. Memang keduanya tidak turun berbarengan. Mencegah timbulnya kecurigaan yang mungkin akan terjadi. Setibanya diruangan dance, sudah ada teman-temannya dan juga anggota yang lain. Fely segera menghampiri mereka semua. Dan seperti biasa, Fely memeberikan beberapa informasi sebelum mereka latihan. "Guys, waktu kita makin deket ke kompetisi. Gue harap kalian jaga kesehatan, buat cegah segala kemungkinan buruk yang akan terjadi didepan" ucap Fely. "Oke, kali ini gue ga akan terlalu push buat latihan. Kita santai aja latihan sekali cukup abis itu istirahat. Kaya biasa setengah jam latihan lagi" lanjutnya yang mendapat anggukan dari semuanya. Barulah dari sana, mereka memulai latihan setelah mendapat interupsi dari Fely. Seperti yang sudah Fely jelaskan, jika latihan kali ini hanya sekali saja. Mereka semua berpencar untuk pergi membeli minum lalu kembali keruangan dance untuk istirahat. Karna masih terlalu cepat untuk mereka berkeliaran disekolah saar jam pelajaran berlangsung. Walaupun mereka sudah mengambil dispensasi, tetap saja kurang baik jika mereka masih berkeliaran diarea koridor sekolah. Fely yang memutuskan untuk diam saja dan menintip minuman pada Febri dan juga Kai itu memilih untuk merebahkan tubuhnya bersama Clarin dan juga Nindi yang sama juga menitip minuman saja pada kedua sahabatnya. "Lo abis dari mana sih tadi?" tanya Clarin yang penasaran pada Fely. "Ada deh" jawabnya. "Ga usah nanyain dia, ga akan dijawab" sahut Nindi yang sudah tahu jika Fely tidak akan pernah mengaku jika itu berhubungan dengan sosok laki-laki misterius yang selalu muncul diinsta storynya. Sejujurnya, Fely hanya takut jika teman-temannya menjauhinya yang telah bersuami. Bukan Fely tidak ingin berkata yang sebenarnya pada sahabat-sahabatnya ini. Hanya saja ketakutan Fely sangat besar jika semuanya mengetahui tentang hubungan Fely dengan Barra. Fely masih muda, masih sekolah. Sangat malu sekali jika berkata ia sudah menikah dengan Barra. Walau, menikah dengan Barra tidak begitu buruk untuknya. Tetap saja, pernikahan saat dirinya sekolah lah yang menyebabkan Fely tidak bisa berkata jujur pada sahabat-sahabatnya ini. "Nanti juga tau elah" jawab Fely lalu membuka aplikasi Whats App nya karna Barra mengiriminya pesan. B Anak-anak mau bolos, kesana boleh ga? Cia Bolos mulu B Pelajaran Bu Yati, bosen banget sejarah Cia Terus mau bolos barengan? B Iya, mumpung belum dateng gurunya Cia Jangan sampe anak gue kaya bapaknya B Emang udah mau punya anak? Cia Ya, ngga sekarang juga B Haha kirain Cia Kaya udah siap jadi Bapak aja B Udahlah Cia Hilih, ga percaya gue B Apaan sih jadi kemana-mana gini. Boleh ga liat kesana Cia Sini aja B Oke (read) Setelah membaca pesan dari Barra, Fely memilih untuk berselancar di sosial media. Melihat beberapa DM yang masuk ke akun instagramnya yang rata-rata merupakan fansnya. Selang beberapa menit, Barra dkk sudah tiba diruangan dance, tentu saja dengan kebisingan mereka yang menjadi khas kebadungan tujuh pria itu. Fely, Clarin dan Nindi menoleh ke arah pintu dimana mereka menemukan Barra dkk yang sedang berjalan menghampiri mereka. "Siapa yang bolehin mereka kesini?" tanya Nindi pada Clarin dan juga Fely. "Mungkin karna pintunya dibuka" jawab Fely asal. Padahal, ia sendiri yang mengizinkan Barra dan teman-temannya untuk masuk kedalam sana. "Hey cantik nya aku" sapa Kamal pada Fely. "Bacot lo Kamal, mau gue tonjok atau mau gue robek itu mulut?" tanya Fely. "Anjir, kejam amat Fel" jawab Kamal yang duduk diantara Barra dan juga Vino. Sedangkan Fely duduk diantara Barra dan juga Clarin. Karna ketiga gadis itu langsung membenarkan posisi mereka saat Barra dkk masuk kedalam ruangan dance. "Lagian, udah tau Fely ga suka sama lo. Masih aja dideketin" jawab Nindi. "Anjir omongan lo Nindi!" jawab Kamal. "Ngapain sih kalian kesini?" tanya Clarin pada siapapun yang mau menjawab. "Mau liat kalian lah" jawab Kamal. "Hilih, mau liat si Fely doang itu" ucap Ansell dengan keras. "Sutt, udah sih jangan pada berisik, mereka mau latihan" ucap Barra melerai keduanya. Beberapa menit kemudian, Kai dan Febri sudah datang kembali ke ruangan dance. Mereka sudah tidak merasa aneh jika ada Barra dkk berada disana. Kai menyerahkan satu kantung kresek berisikan minuman dingin untuk ketiga temannya pada Fely. Fely lalu membagikan kepala Clarin dan juga Nindi. Sedangkan Kai dan Febri kini duduk ditempat yang kosong. "Ini tempat latihan dance, bukan tempat bolos" sindir Kai pada ketujuh lelaki didekatnya ini. Kai sudah hafal dengan kebiasaan buruk para lelaki ini. "Ye, kalo lo mau ikutin aja" jawab Vino. "Ogah, gue mah anak baik, anak rajin, ga akan ada kata bolos membolos ya" jawab Kai. "Fel, temen lo yang rambutnya sebahu itu mana?" Tanya Ansell yang mengincar Fanya. "Siapa? Si Fanya?" Tanya Fely. "Iya kali dia namanya". "Tadi sih pamitnya mau ke kantin" "Dia udah ada pacar ga?". Fely menyerngitkan alisnya. "Ga tau, gue bukan emaknya". "Ye, kan lo satu ekskul sama dia". "Terus, gue harus tau semuanya tentang dia gitu??" Tanya Fely. "Ya kaga juga sih. Cuman ya..." "Apa?" Potong Fely dengan segera. Sebelum Ansell menjawab, sosok yang menjadi topik pembicaraan datang. Ansell sudah siap untuk melakukan pendekatan pada Fanya. Karna memang ia tertarik pada gadis berambut sebahu itu. Melihat Fanya yang duduk sedikit jauh darinya, Ansell segera bangkit berdiri untuk mendekati Fanya. "Nya, janga mau dia buaya" teriak Fely pada Fanya tepat saat Ansel duduk dan melakukan pengenalan pada Fanya. "Iya loh, ceweknya dimana-mana dia" teriak Vino yang berhasil membuat Ansell bersungut-sungut. Memang bukan teman setia kawan Fely dan Vino ini. Tidak bisakah mereka melihat Ansell bahagia?. Walau diganggu oleh Fely dan Vino, tidak menggoyahkan Ansell untuk bisa mendapatkan Fanya. Bahkan, pria itu sekarang berhasil mempunyai no hp Fanya. Terlihat dari Fanya yang menyebutkan beberapa digit nomor hp, yang langsung Ansell simpan diponselnya. "Fel, gue boleh minta no hp lo ga?" Tanya Kamal yang melihat cara Ansell berhasil. Fely menoleh tajam. "Ga. Gue ga mau hp gue ternodai sama chatt chatt sampah lo!" Ucap Fely pedas. "Sumpah, itu mulut lo sekolahin dimana? Pedes banget perasaan?" Tanya Kamal. "Udah tau pedes, masih aja dideketin" sahut Clarin. "Usaha neng usaha". Jawab Kamal. "Usaha yangg ga akan membuahkan hasil" jawab Nindi yang sangat tahu selera Fely seperti apa. Pertemanan Fely memang jika berbicara itu selalu menohok. Tak jarang ucapan dari mereka itu menyakiti sosok lawan bicaranya. Tapi, mereka sendiri tidak pernah tersinggung jika ucapan-ucapan pedas itu keluar satu sama lain. *** TBC. I hope you like the story Don't forget to vote and comment  See you in the next part
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD