Bab 10 - Interogasi Tengah Malam

1730 Words
Saat ini, Gean dan Kayla sedang duduk berhadapan di dalam sel tahanan Kayla yang pengap. Hanya saja, penerangan di antara ke duanya tak begitu gelap karena dibantu sinar lampu yang diberikan oleh seorang polisi yang Gean panggil tadi. Kayla menunduk dalam. Melihat wajah Gean dalam suasana yang terang seperti ini, tentu saja membuatnya semakin takut pada sosok pria yang ternyata dingin mencekam itu. “Di mana ayahmu sekarang, Nesya!?” Suara Gean tiba-tiba terdengar di tengah ruangan sel Kayla yang sedikit sempit dari sel tahanan yang lain. Gean menatap wanita di depannya dengan pandangan menyipit tajam. Wanita itu terlihat polos dan lemah. Bahkan sejak tadi, wanita itu tak berani menatap langsung ke arahnya. Tetapi, siapa pun bisa berakting seperti itu jika dalam situasi terdesak dan ingin lepas dari tuduhan. Kayla menelan salivanya kasar. Sebenarnya, dia masih sedikit tak percaya dengan kenyataan yang tersaji di depan matanya sekarang. Pria yang dia tolong dari kematian, ternyata adalah pria yang sedang memburunya juga. Sungguh, kebetulan ini begitu luar biasa. Bahkan pria itu sudah mengenalnya dengan begitu jelas. “Maaf, saya sama sekali tidak tau di mana keberadaan ayah saya sekarang,” jawab Kayla sejujurnya. Andai saja dirinya tau, tentu saja dirinya adalah orang pertama yang akan meminta penjelasan dari sang ayah kenapa ayahnya berani melakukan penipuan dan pergi tanpa pamit. “Kamu yakin?” mata Gean menyipit tajam. “di mana-mana, seorang ayah tidak akan tega meninggalkan anaknya begitu saja. Bahkan berada dalam bahaya.” sinisnya. “ayah macam apa itu.” Imbuhnya. “Tetapi, hal itulah yang terjadi pada saya.” Jawaban Kayla, membuat Gean menyandarkan tubuhnya ke sandaran kursi. “Kamu tau, aku bisa melakukan sesuatu untuk membuatmu membuka mulut di mana sebenarnya Elliot si penipu itu bersembunyi sekarang.” Datar. Wanita itu tentu saja bisa merasakan ancaman besar yang dia katakan. Rasa takut, pasti akan membuat wanita itu mengatakan di mana keberadaan Elliot sekarang. Perkataan Gean selanjutnya membuat Kayla mendongak. Wajahnya yang tak terlihat pucat dengan sorot matanya yang teduh terlihat cantik di bawah penerangan lampu. “Jika Anda berkehendak, maka lakukan. Tetapi, saya memang tidak mengetahui di mana keberadaan ayah saya sekarang. Jadi, Anda tetap tidak akan mendapat jawaban,” jawab Kayla dengan tenang meski sejujurnya dia takut pria di depannya akan berbuat sesuatu yang menyakitkan untuk mendapatkan keterangan darinya. Gean berdecih. Tangannya mengepal kuat. Jika saja, Kayla bukan perempuan, sudah dia habisi anak Elliot itu. “Kamu sama penipunya dengan ayahmu. Jika aku tetap tak menemukan keberadaan Elliot, maka mendekamlah di tempat ini seumur hidupmu!” “Jika memang seperti itu akhirnya, saya siap menanggung kesalahan yang ayah saya perbuat!” Praanggg! Gean menarik napasnya kasar. Hampir saja dia memukul Kayla jika saja dia tidak ingat Kayla adalah seorang perempuan. Akhirnya, rantang kecil berisi kentang goreng itu pun jatuh dan isinya berserakan di lantai setelah merasakan sapuan tangannya. Dia memang tidak tau bagaimana sifat anak Elliot yang berada di depannya. Tapi, mendengar perkataan Kayla yang bersedia untuk dipenjara demi menanggung kesalahan Elliot, dia tau jika Kayla itu adalah anak yang berbakti kepada orang tuanya. Kayla menatap nanar kentang goreng yang berserakan di lantai. Makanan itu sudah dibuang percuma oleh pria pemarah yang saat ini berada di depannya. Seumur hidup. Dia belum pernah bertemu dengan pria congkak dan pemarah seperti Gean yang melampiaskan kemarahan pada benda yang berada di depannya. Braakkk! Lagi-lagi, Kayla dibuat terkejut dengan suara keras yang berasal dari kursi yang dia duduki Gean tadi tetapi sudah tak seperti posisi sebelumnya. Kursi itu sudah terjatuh ke lantai setelah pria pemarah itu bangkit kemudian keluar dari sel tahanannya. Kayla mengusap dadanya sembari mengatur pernapasannya selama beberapa kali. Semoga saja, dia tidak bertemu pria bernama Gean itu lagi—seumur hidupnya. Tidak masalah jika dirinya tetap mendekam di penjara selama ayahnya belum ditemukan. Asalkan pria itu tak datang menemuinya lagi kemudian menginterogasinya tengah malah seperti ini. “Bu Linda ,maaf kentang gorengnya tidak aku habiskan,’ lirih Kayla kemudian mengambil satu persatu kentang goreng yang berserakan di lantai itu. **** Gean mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang. Rasa kesal karena tak mendapatkan informasi apa pun tentang Elliot selama beberapa hari ini, malah semakin menjadi-jadi karena interogasi yang dia lakukan pada putri Elliot sendiri justru tak mendapatkan keterangan apa pun. Sikap putri Elliot yang tenang saat menjawab semua perkataannya, membuatnya muak. Terlebih, wanita itu terlihat jujur dan tak nampak sedikit pun kebohongan di wajahnya. Pandangan Kayla yang sesekali melihat takut-takut ke arahnya, membuat Gean justru tak ingin membuat wanita itu semakin takut padanya. Berbanding terbalik dengan keinginannya yang sedari awal ingin membuat anak Elliot tersiksa akibat kesalahan ayahnya. Gean terus melajukan mobilnya. Malam ini, dia butuh istirahat agar kepalanya tak serasa meledak begitu mengingat wanita menyebalkan bernama Kayla. **** Ke esokan harinya... Gean menuju ruang makan karena orang tuanya pasti sudah menunggunya untuk sarapan. Dan benar saja, Arvyn dan Airyn sudah berada di meja makan dengan hidangan yang lengkap di atas meja. “Selamat pagi semua,” sapa Gean kemudian duduk di kursi yang menjadi tempatnya sejak kecil. Bekas luka yang berada di perutnya sedikit terasa nyeri karena malam sebelumnya, dirinya lah yang mengangkat tubuh Kayla ke mobil untuk membawa wanita itu ke rumah sakit. “Selamat pagi, Gean,” jawab Arvyn. “Bagaimana kondisimu, Nak? Sudah lebih baik?” kali ini Airyn yang bertanya. Gean mengangguk pelan. “Iya, Bu. Aku sudah merasa sehat. Tapi, hari ini. Aku akan cek up ke rumah sakit aja.” “Kenapa harus ke rumah sakit?” Arvyn yang sedang memotong roti di piringnya berhenti sejenak. “sebentar lagi, dokter yang memeriksamu pasti sudah datang, Gean.” Lanjut Arvyn karena beberapa hari memang ada dokter khusus yang memeriksa kondisi Gean di rumah. Tapi hari ini, secara mendadak Gean ingin pergi ke rumah sakit. Katanya untuk cek up, membuatnya curiga saja. . “Tidak apa-apa, Ayah. Hitung-hitung olahraga,” jawabnya singkat. Setelah insiden itu, dia seolah dikurung di rumah karena ibunya tak membolehkannya pergi ke mana pun. Kepergiannya ke sel tahanan tadi malam pun, karena sembunyi-sembunyi. *** Kayla melipat selimut tipisnya. Hari sudah pagi, dan dia pun sudah selesai mandi. “Kayla!” “Ya, Bu?” jawab Kayla kemudian memutar tubuhnya yang tadinya membelakangi pintu jeruji besi yang sudah mengurungnya selama 6 hari. “Ada titipan untukmu,” ucap opsir polisi wanita itu sembari memberikan tote bag berwarna coklat berukuran sedikit besar yang membuat Kayla tentu saja penasaran. “Ini apa, Bu?” tanya Kayla setelah mengambil tote bag berwarna coklat itu. Opsir polisi wanita itu tersenyum tipis. “Entahlah. Tapi dari aromanya, sepertinya makanan.” Setelah mengatakan hal itu, polisi wanita itu pun pergi meninggalkan Kayla yang bertanya-tanya sendiri. “Biasanya Mas Rian menemuiku dulu saat mengantarkan makanan,” lirih Kayla sembari membuka tote bag itu dan melihat isinya benar-benar makanan. Ada 2 potong burger dan kentang goreng dalam porsi besar. “tumben juga, makanan yang di antarkan Mas Rian bukan masakan bu Linda.” Lanjutnya kemudian mengambil kotak kecil berisi burger dan mengambilnya sepotong. Sebenarnya, dia merasa agak aneh dengan makanan ini. Tapi, mungkin saja bu Linda tak sempat memasak sehingga Rian membelikannya masakan dari restoran. “Jangan berpikir aneh-aneh, Kayla. Mungkin, bu Linda sedang tak bisa memasak sarapan pagi untukmu,” yakinnya kemudian menikmati sarapan paginya dengan lahap. Sebenarnya, dia sudah sangat rindu dengan cita rasa burger dipadukan kentang goreng hangat yang merupakan makanan favoritnya. Dan hari ini, akhirnya dia bisa merasakan nikmatnya makanan itu lagi. Terima kasih banyak, Tuhan. Kau sudah memberiku orang-orang baik seperti bu Linda dan Mas Rian. Batin Kayla dengan senyuman yang tak luntur dari wajahnya. *** Kayla melangkah pelan menuju ruang besuk. Opsir polisi yang selalu menjaganya, memberitahunya jika Rian datang untuk mengunjunginya. Alhasil, berada di sinilah dirinya sekarang. Bertemu secara rutin dengan Rian yang setiap pagi mengantarkan makanan. “Maaf, Kay. Aku telat,” ucap Rian dengan raut wajah bersalah. Dia telat datang karena pekerjaan begitu menumpuk. Aneh saja, bu Airyn tiba-tiba meminta rekap laporan pendapatan restoran selama beberapa bulan. Biasanya, tidak pernah mendadak dan harus selesai saat itu juga. “Tidak apa-apa, Mas. Terima kasih masih mau mengunjungiku,” jawab Kayla dengan wajah berbinar. Dia kira, hanya makanan saja yang Rian titipkan dan Rian tak mau bertemu dengannya untuk hari ini. Tapi, ternyata? Dia salah. Rian mengangkat tantang kecil yang dia letakkan di kursi. Kursi kosong yang berada di sampingnya kemudian meletakkan di atas meja tepat di depan Kayla. “Sudah pasti aku akan datang setiap hari untuk mengantarkan makanan. Ibu bisa marah, jika aku melewatkan tugas penting ini,” ujar Rian dengan wajah ramahnya. Namun, tentu saja membuat Kayla tersentak. “Makanan lagi, Mas?” tanya Kayla memastikan. Kenapa Rian mengantarkan makanan lagi? Bukankah, dia sudah mendapatkan makanan dari Rian hari ini? Rian mengangguk. “Sudah menjadi kewajibanku setiap hari untuk mengantarkan makanan untukmu, Kayla. “ “Tapi—“ “Jangan ada kata tapi-tapi lagi. Seperti biasa, kamu harus menghabiskan masakan ibuku yang lezat ini.” Kayla terpaku. Jika Rian baru mengantarkan makanan itu sekarang. Lalu, siapa yang memberikan burger dan kentang goreng tadi? Tanpa Kayla sadari, jawaban untuk pertanyaannya tadi sedang berada di luar kantor polisi ini. Di depan sana, ada seseorang yang tengah melihat kantor polisi—tempat Kayla tinggal selama beberapa hari dengan tatapan yang sulit di artikan. “Selamat menikmati sarapan pagimu, Kayla.” Kata-kata itu, terucap dari seseorang yang saat ini berada di sana dengan perasaan sedikit menyesal. Berada di dalam mobilnya dan tengah menatapi tempat itu dengan perasaan kacau. “Maaf, sudah membuat kentang goreng milikmu tumpah ke lantai.” Lanjutnya kemudian melemparkan tatapannya pada syal wanita penolong yang sedang dia cari dan ternyata adalah wanita yang saat ini dia kurung di kantor polisi. Ya, pria itu adalah Gean. Gean sudah mengetahui jika yang menjadi malaikat penolongnya adalah Kayla. Putri dari penipu yang saat ini dia beri hukuman atas kesalahan yang diperbuat ayah Kayla sendiri. Saat di rumah sakit tadi, seorang suster memberikan syal itu dan Gean pun mencari bukti dan menemukan kenyataan yang menampar dirinya sendiri. Namun, untuk saat ini dirinya tak akan berani bertemu dengan Kayla lagi setelah menjelma menjadi monster di depan Kayla selama 2 hari terakhir. Jadi, sarapan pagi untuk mengganti makan malam Kayla yang tak sengaja dia buang pun dia titipkan pada salah seorang opsir polisi. Bolehkah saya memeriksa rekaman CCTV rumah sakit ini? Saya membutuhkan sebuah informasi penting. Gean mengingat percakapannya dengan pihak rumah sakit, sebelum dirinya menemukan bukti jika Kayla adalah malaikat penolong yang Tuhan berikan untuk menyelamatkan nyawanya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD