Bab 9 - Terkejut

1465 Words
Kayla membuka matanya yang terasa pekat. Efek yang dia rasakan semalam karena demam membuatnya masih merasakan panas pada bola matanya yang beberapa hari ini berair saat dia sendiri. “Kamu sudah bangun, Kayla?” Seorang opsir polisi yang selalu menyapa dan memberitahunya saat Rian berkunjung, menemaninya di ruangan serba putih ini sehingga membuat Kayla terkejut. “Aku berada di mana, Bu?” tanya Kayla gelagapan. Saking terkejutnya, dia bangkit dari tidurnya kemudian duduk dan menatap sekeliling. Ruangan yang penuh obat-obatan. “ini di rumah sakit. Kenapa aku berada di sini?” tanya Kayla lagi. “Kamu demam kemudian kamu pingsan Kayla. Oleh karena itu, kami membawamu ke rumah sakit,” jawab polisi wanita itu sembari memegang tangan Kayla. Kayla menunduk. Semalam dia memang demam. Kemudian ada seseorang yang datang ke dalam sel tahanannya sembari membawa senter dan setelahnya, dia tidak ingat apa-apa karena terlalu pusing. “Sekarang, bagaimana kondisimu?” tanya polisi itu dengan ramah. Kayla adalah gadis yang penurut. Sudah sepatutnya dia memperlakukan Kayla dengan baik. “Aku sudah merasa sehat, Bu. Kita bisa kembali ke sel tahanan sekarang.” Jawaban Kayla membuat polisi itu tersenyum tipis. Biasanya seorang tahanan akan senang berlama-lama di dunia luar bahkan mencari kesempatan untuk lari. Tapi, Kayla? Kayla justru meminta untuk membawa Kayla kembali ke sel tahanannya di kantor polisi. “Baiklah, Kayla. Aku akan memanggil dokter dulu untuk melepas infus di tanganmu.” Kayla mengangguk. Terlebih dari semua itu, yang membuatnya bertanya-tanya saat ini adalah, siapa pria yang sudah mengunjunginya semalam? *** “Kayla!” Rian yang melihat Kayla turun dari mobil polisi segera menghampiri Kayla yang masih berdiri dengan wajah pucat. “Kamu kenapa, Kay? Kenapa bisa masuk rumah sakit?” tanya Rian khawatir. “Aku hanya demam, Mas Rian. Jangan khawatir,” jawab Kayla dengan senyuman manis yang memang selalu dia tunjukkan pada semua orang. “Kalian bisa berbicara di dalam!” sela opsir polisi wanita yang menemani Kayla kemudian membawa Kayla masuk ke dalam. “Kamu masih ingin bertemu pria itu, Kayla? Apa tidak sebaiknya kamu beristirahat saja?” tanya opsir polisi itu setelah mengantar Kayla sampai di ruangan besuk. “Hanya 30 menit, Bu. Tidak apa-apa,” jawab Kayla dan opsi polisi wanita itu pun pergi. Kayla duduk berhadapan dengan Rian yang lagi-lagi membawakannya makanan. “Kamu sakit apa, Kay? Aku terkejut saat polisi mengatakan kamu masuk rumah sakit sejak semalam.” Rian memulai percakapan. Kayla tersenyum tipis. “Aku baik-baik saja, Mas Rian. Aku hanya demam dan kebetulan aku pingsan.” “Kebetulan pingsan katamu?” Rian bangkit dari duduknya kemudian mengecek suhu tubuh Kayla dengan meletakkan punggung tangannya di kening Kayla. “suhu tubuh kamu masih terasa panas Kayla. Seharusnya kamu tetap di rumah sakit sampai kamu sembuh.” Lanjut Rian dengan ke khawatiran yang terlihat kentara di wajahnya yang tampan. Kayla menggeleng pelan. “Aku tidak mungkin mengambil keuntungan sementara aku ini tahanan, Mas. Aku sudah merasa sehat dan kembali ke dalam sel tahananku.” Jawaban Kayla, membuat hati Rian tersentuh. Dia tidak pernah menemukan wanita se tegar Kayla yang tidak pernah mengeluh karena mendapat hukuman atas kesalahan yang diperbuat ayahnya. “Apa kamu betah tinggal di sini?” tanya Rian membuat Kayla tertawa pelan. “Mana ada orang yang betah tinggal di penjara, Mas ....” Rian menelisik wajah Kayla dengan tatapan tajam. “Raut wajahmu sama sekali tak menunjukkan jika kamu sedang sedih dan tertekan berada di penjara Kay,” tebak Rian dan lagi-lagi membuat Kayla tersenyum. “Merasa sedih atau tertekan berada di tempat ini hanya akan semakin menyiksa diriku sendiri, Mas. Dengan melakukan semua itu, apa ayahku akan datang?” Kayla bertanya pada Rian yang dia sendiri pun tak akan bisa menjawabnya. “aku sudah ikhlas menerima ini semua. Aku akan tetap tinggal di sel ini, sampai ayahku datang dan memberiku alasan kenapa dia melakukan penipuan itu, Mas.” Lanjutnya membuat Rian menggenggam telapak tangan Kayla yang berada di meja. “Kamu adalah wanita terhebat yang pertama kali aku temui selama hidup, Kay. Aku yakin, penderitaanmu ini akan segera berakhir,” ucap Rian membuat Kayla mengangguk dan menggenggam punggung tangan Rian yang menegangnya. “Doakan saja, aku bisa secepatnya keluar, Mas. “ “Itu pasti dan aku akan selalu mendu—“ “Waktu berkunjung sudah habis.” Seruan yang berada di tengah-tengah mereka, membuat Rian terpaksa melepaskan genggaman tangannya untuk memberikan semangat pada Kayla. “Kayla, aku pergi. Jangan lupa, makanannya dihabiskan. Besok, aku akan datang lagi.” “ Terima kasih, Mas,” jawab Kayla kemudian Rian pun pergi dari sana. Meninggalkan Kayla yang menatap rantang kecil bawaan Rian yang setiap pagi berganti seperti menu di dalamnya. Seketika, air mata Kayla jatuh. Dia tidak tau, harus membalas kebaikan Rian dan ibunya bagaimana. Ke dua orang itu, adalah malaikat yang sudah Tuhan berikan untuk membantunya yang sendirian ini. “Ayo kembali ke dalam sel tahananmu, Kayla.” Perkataan opsir wanita yang selalu mengawalnya membuat Kayla bangkit kemudian menenteng rantang makanan yang dibawakan Rian tadi menuju sel tahanannya kembali. Kembali ke dalam ruang pengap yang entah sampai kapan akan menjadi tempat tinggalnya. *** Malam harinya ... Suasana di sel tahanan mulai sepi karena para penghuninya yang mungkin sudah beristirahat untuk melepas lelah hari ini. Kayla masih terdiam sembari menatap sinar rembulan yang melewati sel tahannya lagi. Berada selama 5 hari di sini, sudah mulai membuatnya bisa berinteraksi dengan para tahanan yang lain. Dan kebetulan sekali, mereka semua baik dan tak ada yang mengganggu Kayla selama berada di sini. Sel tahanan yang hanya Kayla tempati sendiri, juga membuat Kayla merasa aman tanpa perlu mengkhawatirkan apa pun. Kayla menatap rantang makanan yang masih tertinggal beberapa potong kentang goreng. Nafsu makannya masih belum begitu baik, sehingga makanan yang dikirim Rian terasa hambar dan tak bisa dia habiskan. Kayla mengambil rantang berisi kentang goreng itu kemudian mulai mengambilnya satu persatu untuk dia makan. Jika makanan ini bersisa, dia tentu saja merasa tak enak pada bu Linda yang sudah repot-repot memasak untuknya. Tringgg! Bunyi itu kembali membuat Kayla terkejut. Tapi kali ini, dia bisa melihat dengan jelas siluet yang tinggi itu memasuki sel tahannya meski hanya diterangi cahaya rembulan yang samar. “Siapa di sana?” tanya Kayla sedikit tersentak kemudian bangkit dari duduknya tadi sembari memeluk rantang di tangannya dengan erat. “Bagus, hari ini kamu sudah tidak tuli dan bisa aku ajak berdiskusi karena kamu tidak pingsan lagi!” Deg! Jantung Kayla nyaris berhenti berdetak begitu pria itu melangkah semakin dekat dan berhenti di tengah-tengah sinar rembulan. Ternyata, pria itu adalah pria yang mendatanginya semalam dan yang lebih membuatnya terkejut adalah, pria itu adalah pria yang ditolongnya beberapa hari yang lalu dari dua orang perampok yang hampir melenyapkan nyawanya. “Anda—“ suara Kayla tercekat. Dia tidak tau apa yang pria itu lakukan di dalam sel nya malam-malam begini? Apakah pria itu datang kesini untuk menanyakannya tentang para perampok itu? Tapi, bagaimana? Pria itu sama sekali tak melihat wajahnya malam itu karena pingsan setela kehabisan banyak darah. Gean yang melihat keterkejutan Kayla tertawa tipis. Tadi malam, dia boleh berhasil mendapatkan informasi tentang Elliot. Tapi, malam ini. Dia tidak akan gagal lagi. “Terkejut melihatku Nesya Kayla?” tanya Gean membuat Kayla semakin kebingungan. Dia masih belum mengerti tentang maksud dan tujuan pria itu menemuinya lagi. Dirinya sudah menolong pria itu dan tadi malam, pria datang mengunjungi dengan suasana yang bisa dibilang tak bersahabat. Meski dalam kondisi pusing, dia masih mengingat dengan jelas jika pria itu mengumpat padanya dan mengatainya tuli. “Ada apa Anda menemui saya di sini?” tanya Kayla meski dengan suara bergetar karena takut. Bagaimana jika pria itu berniat jahat padanya? Tapi, mana mungkin? Pria itu adalah pria terhormat dan dirinya pernah melakukan kebaikan kecil yang membuat pria itu mendapatkan pertolongan di waktu yang tepat. Gean kembali mendekat hingga jaraknya dan Kayla tinggal selangkah saja. Sorot matanya yang tajam, masih bisa melihat dengan jelas putri kandung Elliot yang kini tak hanya dia lihat lewat foto di ponselnya saja. “Tolong, jangan mendekat. Bukankah saya—“ “Kamu sebagai putri kandung dari penipu bernama Elliot sudah masuk penjara begitu?” Kayla terpaku. Manik matanya membulat pada satu tempat di mana wajah tampan seorang pria sedang mengintimidasinya. Jadi dia ... dia adalah? Kayla tak bisa berkata-kata. Ternyata, pria itu bukan hanya pria yang ditemuinya dalam kondisi sekarat dan harusnya mengucapkan terima kasih atas pertolongannya. Tetapi, pria itu datang ke sini sebagai ... Malaikat kematiannya. “Perkenalkan, aku Geandra. Pria yang sudah ayahmu tipu dan sekaligus membuatmu masuk penjara!” Deg! Lagi-lagi, Kayla merasakan jantungnya berhenti pada satu titik. Dia bisa melihat dengan jelas kemarahan di dalam sorot mata itu. Gean tak datang menemuinya untuk mengucapkan terima kasih, justru pria itu ingin menghancurkan hidupnya di dalam sel pengap ini. Kayla menarik napasnya kasar. Sepertinya, hidupnya akan segera berakhir dalam waktu dekat. *** Jangan lupa tap love dan komentar. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD