~>Sewelas<~

1277 Words
**Reina POV** . . . . Malam setelah perbincangan dengan Mas Jun aku masih tak bisa tidur. Rebah di tempat tidur sambil asik berkirim pesan dengan Tedi dan Indah juga pasti membaca pesan kami berdua. Kami punya grup bersama, ada juga Jimmy di sana. Hanya saja, tak pernah membalas chat kami bertiga. _______________________ Tedi: Ada apa sih lo sama Pak Yogi? Anda: Ya lo udah denger tadi dari pak Yogi. Tedi: Gue enggak percaya lo pacaran sama Pak Yogi. Disha? Apa kabar? Anda: Iya, gue tau gue kalah semuanya dari Disha. Muka, badan, dan semuanya. Gue emang nggak ada apa-apanya. Tedi: Heh! Bukan masalah itu. Semua janggal aja. Gue tau minggu kemarin Pak Yogi masih marah-marah aja sama lo. Kok tiba-tiba dia begitu? Anda: Enggak tau, gue pusing. Mau tidur. Babay! Tedi: Besok ketemu gue sama Indah mau ke rumah lo. Anda: Gue mau ke rumah Pak Yogi besok. Babay! _________________ Aku tak peduli dengan balasan Tedi. Entah mengapa ketidak percayaan dari Mas Jun dan Tedi membuatku sedikit kesal. Seolah mereka mengamini bahwa aku tak pantas mendapat seseorang yang mencintaiku. Aku mengerti sungguh, kalau mereka khawatir. Hanya saja .., entahlah. Melangkah ke luar kamar. Sudah pukul sebelas malam. Biasanya Mas Jun sudah tidur. Aku ingin minum segelas kopi malam ini. Sepertinya, bisa untuk menghibur diri. Kopi instan andalan dengan bungkus keemasan, yang saat ini tak bisa lagi jadi ganjalan kantuk. Sesudah minum kopi kalau ngantuk ya ngantuk saja. Mungkin karena terlalu sering ngopi jadi tak berpengaruh. Berjalan menuju dapur lampu masih menyala. Mas Bumi sedang duduk dan menatap laptop miliknya. Masih bekerja, serius sekali. Bahkan saat aku melangkahkan kaki mendekat Mas-ku itu tak sadar. "Mas?" Mas Bumi menoleh. "Hei, kok belum tidur kamu?" Aku mendekat lalu duduk di samping Mas Bumi. "Iya, aku mau bikin kopi nih Mas." Mas Bumi mengacak rambutku. Seperti biasa senyumnya selalu bisa bikin aku ikutan senyum. "Tidur Ndut. Tapi, enggak apa-apa kalau kamu mau temenin Mas di sini." "Oke, aku bikin kopi dulu ya?" Aku membuat kopi tak lama, hanya kopi sachet, tinggal ku tuang bubuk kopi dan air. Setelahnya kembali duduk di samping Mas Bumi yang serius menatap layar laptop. "Ngerjain apa sih Mas?" "Mau coba bikin gambaran design sederhana buat Tedi." "Tedi?" "Iya Tedi temen kamu. Mau bikin restoran Korea buat istrinya." Aku ingat beberapa waktu lalu memang Tedi meminta kontak Mas Bumi. O, ternyata dia mau buat ini. "Dia enggak bilang kamu?' Aku menggeleng. "Dia cuma tanya nomer Mas aja." Masku mengangguk, ia kembali fokus. Kalau sudah fokus dengan pekerjaan Mas Bumi benar-benar terlihat keren. Sama seperti Mas Jun, mereka diam dan fokus sekali. Punya kakak keren-keren sayang masih pada jomblo. "Mas Bumi enggak pacaran?" Dia menggeleng, menatapku kemudian. Terlihat heran. "Enggak ada yang mau." "Enggak mungkin, Mas Bumi kan ganteng, mapan, kurang apa lagi?" "Hmm, kurangku banyak. Aku makannya banyak, aku suka lupaan, aku judes. Banyak banget." "Udah ganteng, mapan, rendah hati. Ckxkxkxk, sempurna sekali Kakakku ini." Lagi Kakakku itu menatap, entah kenapa Mas Bumi sering banget liatin aku terus berpaling dan senyum sendiri. Mukaku mungkin lucu dan nggemesin ya? "Kenapa Mas Bumi sering liatin aku?" "Kamu lucu soalnya." Kali ini memilih berpaling dan fokus pada laptopnya lagi. "Kirain karena aku cantik." Aku menggoda Mas Bumi ku letakkan kedua tangan di wajah dan berkedip beberapa kali. Mas Bumi melirik, ia tertawa, kemudian mengacak rambutku secara brutal. "Mas Bumi!" teriakku kesal. "Kamu cantik kok, Reina selalu cantik di mata Mas." "Iyaaa, iyaa, aku kan adiknya Mas Bumi." Iya sama seperti Mas Jun, selalu bilang aku cantik. Cantik dari mana? Gendut gini kok. "Cantik." Mas Bumi menatap lekat. "Mana mungkin Mas Bumi bohong. Kamu aja yang menganggap dirimu enggak cantik. Kamu enggak jelek, cuma persepsi orang aja yang berbeda. Mereka punya penilaian sendiri untuk standar kecantikan menurut mereka. Lagian, mau secantik apapun. Kalau enggak cinta ya percuma." "Mas Bumi lagi jatuh cinta?" Ia menghela napas, kemudian berdiri. "Jatuh cintanya sih dari dulu." "Lah terus?" "Terus? Mas Bumi ngantuk mau tidur." Ia beranjak menuju kamar. "Yah, " "Tidur sana," titahnya tanpa menatap ke arahku. Ternyata, Mas Bumi punya seseorang di hatinya. Penasaran, seperti apa dia. Semoga Kakak sepupuku yang ganteng itu dapat seseorang yang sempurna. Dan aku kembali pusing memikirkan besok harus bertemu dengan Ibu Nindi. Pura-pura jadi calon menantu. Entah apa yang harus aku katakan nanti. *** Pagi-pagi setelah solat subuh dan selesai membuat sarapan aku kembali ke kamar. Segera mandi dan merias diri. Aku suka Korean look terlihat sederhana, cerah dan manis. Ya setidaknya, wajahku bisa sedikit lebih enak dilihat meski tak cantik. Selesai berhias aku memilih pakaian. Tak banyak bisa bermain model karena tubuhku. Ya tak masalah, setidaknya aku rapi. Mengenakan kemeja batik sutera dengan paduan celana hitam. Setelah rapi aku kembali turun untuk sarapan. Mas Jun baru selesai mandi, Mas Bumi duduk di meja makan fokus pada pekerjaan. "Mau ke mana Dek?" tanya Mas Jun sambil berjalan duduk di meja makan. "Mau ke rumahnya Pak Yogi." "Ngapain?" tanya Mas Jun. "Iya ngapain kamu ke sana?" Mas Bumi bertanya. Kesannya terlalu serius sampai-sampai menutup laptop miliknya. "Ketemu calon ibu mertua." Ku jawab seadanya lalu duduk dan mulai mengambil sarapan ke atas piring yang ada di hadapanku. "Ini pertama kali ketemu?" Aku menatap Mas Bumi, kali ini terlihat khawatir sekali. "Tenang aja Mas, aku udah dekat sama Ibunya Pak Yogi." "Sering ketemu? Hubungan kalian seserius itu?" Mas Jun bertanya sedikit ngegas dan kujawab dengan anggukan. "Sarapan dulu ayo Mas. Aku udah masak lho," ajakku santai. Mas Jun duduk di samping Mas Bumi, keduanya sesekali saling lirik. Aku merasa mereka masih tak menerima ini. Aku juga begitu, hanya saja ini sudah terlanjur. Aku takut Ibu Nindi kenapa-napa karena dibohongi Pak Yogi.. Meskipun ini bukan tanggung jawabku. Selesai sarapan aku duduk di teras. Bosku sudah mengatakan ia sudah berada di dekat sini. Semoga saja dia menemukan alamatku dengan tepat, bermodal share lokasiku tadi. "Udah mau sampai?" Aku mengangguk, menatap Mas Bumi yang berjalan mendekat lalu duduk di sampingku. "Dikit lagi Mas." "Kamu udah yakin sama Bosmu itu Rei?" "Insyaallah yakin Mas." "Hmm, oke .., Mas cuma berharap dan berdoa untuk kebahagiaan kamu." Aku merangkul kakakku itu. Kutatap wajah ganteng Mas Bumi, lalu menyandarkan kepala ke bahunya. "Mas Bumi dari dulu selalu jagain Reina. Waktu rumah kita dekat. Mas Bumi orang nomer 1 selain Mas Jun. Dua orang laki-laki yang paling Reina sayang tuh cuma Mas Jun dan Mas Bumi, selain bapak. Sekarang aku udah ada seseorang. Mas Bumi enggak perlu lagi khawatir. Apalagi kalau Reina udah menikah nanti." Meski ini hanya nikah kontrak, aku ingin memberikan keyakinan bahwa ini adalah hidup mandiri yang aku pilih. Aku tak ingin terus manja, pada siapapun terutamanya ibu dan bapak. Mas Bumi menekan hidungku. "Sampai kapanpun prioritas kesayangannnya Mas, enggak berubah. Kamu selalu boleh cerita apapun ke Mas, oke?" "Oke Bos!." Kami mengobrol seperti biasa, kakakku menggoda dan meledek. Semakin parah ketika Mas Jun ikut nimbrung. Kami terhenti ketika mobil navy Pak Yogi berhenti di depan. Setelah memarkirkan mobilnya ia berjalan masuk. Bersalaman dengan sumringah. "Assalamualaikum pagi Mas Jun, Mas Bumi." Kedua kakakku mengangguk sambil menjawab salam tanpa senyum. "Waalaikumsalam." "Jangan pulang malam-malam." Mas Jun bertitah. "Baik Mas. Kami permisi." Aku melangkah ke luar Pak Yogi terhenti untuk menunggu. Setelah sampai di sampingnya ia menggenggam tanganku. Sedikit terkejut dan ingin ku tampik hanya sama ia menatap memberi isyarat bahwa ini karena kedua kakaknya. Ya, terlihat mesra sebagai alibi. Bahkan ia membukakan pintu mobil untukku. Ya meromantiskan keadaan untuk alibi. Hanya itu, dan ini belum selesai. Aku masih harus menipu Bu Nindi sebagai calon menantunya. *** . . . . note halo maaf baru bisa update.. masih sibuk ngurus raport anak-anak. dsn mudah2han setelah sehat dan selesai ambil rapot bisa lebih rajin update lagi. terima kasih
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD