Bab 1: Liburan Dan Serangan Fatal
Ringkasan cerita :
Daniel William merupakan bos mafia dan sedang liburan dengan Veronica sang kekasih. Namun karena serangan dari musuh dan sebenarnya bekerja sama dengan Veronica, Daniel berikut rombongannya mengalami kecelakaan fatal. Kapal yang mereka tumpangi meledak sekaligus tenggelam. Daniel terluka parah bahkan kaki kanannya pincang, selain dirinya yang terpisah dari Veronica.
Niat hati mendapatkan bantuan medis di rumah bidan terdekat, Daniel justru harus menikahi sang bidan. Karena setelah keduanya diberi minuman yang mengandung obat tidur oleh Rindu adik tiri sang bidan. Keesokan paginya, keduanya digerebek karena tidur di tempat tidur yang sama. Adalah bidan Violita Azzahra, muslimah bercadar yang harusnya menikah dengan Fathan, hari itu juga. Fatalnya, setelah Violita dinikahkan paksa dan diusir dari rumah oleh sang ayah, Fathan justru melanjutkan pernikahan dengan Rindu. Fathan benar-benar membenci Violita dan terus merusuhi kehidupan Violita.
Hinaan demi hinaan terus mewarnai rumah tangga Violita dan Daniel. Terlebih Daniel yang pincang, dianggap miskin, sekaligus tengah dikejar musuh memang sengaja merahasiakan jati dirinya. Namun setelah Daniel menggunakan uang sekaligus kuasanya guna menyudahi fitnah kepadanya dan juga Violita, semuanya termasuk Fathan langsung bungkam!
Hanya saja, hadirnya Veronica yang mengaku hamil anak Daniel, membuat Violita memilih mundur. Violita pergi membawa rahasia besar mengenai kehamilannya. Meski lima tahun kemudian, Violita justru tak sengaja bertemu Daniel berkat sepasang kembar genius yang ia lahirkan, dan itu benih Daniel. Di pertemuan tersebut juga, Violita mengetahui bahwa suami pincangnya dan dulunya dianggap miskin, justru bos mafia kaya raya!
Lalu, bagaimana keseruan dari kisah mereka?
Bab 1:
Di atas kapal pesiar pribadi mewah warna putih. Disaksikan bulan purnama yang sedang terang-terangnya hingga hamparan lautan memancarkan birunya. Daniel Wiliam berlutut di hadapan Veronica sang kekasih. Pria gagah berusia 32 tahun itu mengeluarkan cepuk hati berwarna merah dari celana pendek putihnya. Ia menyodorkannya ke Veronica. Wanitanya itu tampak sangat menggoda akibat embusan angin yang memberantakkan rambut panjang bergelombang warna cokelatnya.
Kilau dari cincin berlian selaku isi cepuk hati, membuat Veronica yang Daniel tatap penuh cinta sekaligus memohon, terkejut. Veronica yang perlahan tersenyum haru, menatap wajah tampan berahang tegas di hadapannya penuh cinta. Ia menggunakan jemari lentik berkuteks merahnya untuk menutupi mulut—terus begitu hingga Daniel yang memiliki rambut rapi agak ikal menjadi tersenyum haru kepadanya.
Dalam diamnya Veronica makin yakin, bahwa seorang Daniel yang merupakan ketua mafia paling berpengaruh sekaligus sangat disegani, amat sangat bucin kepadanya.
“So sweet!” lembut Veronica memuji usaha Daniel.
“Jadilah satu-satunya wanitaku. Menikahlah denganku! Aku akan lebih membahagiakanmu!” lembut Daniel sambil menata wanita seksi berkulit eksotis di hadapannya, penuh cinta. Ia masih tersenyum santai setia menanti jawaban sang pujaan hati.
Veronica yang kali ini memakai dress kemben selutut warna putih, langsung mengangguk. Ia mengulurkan tangan kirinya dan membuat Daniel yang masih berlutut, segera memasang cincin berliannya ke jari manis tangan kiri Veronica. Namun, senyum Daniel yang sangat tulus membuatnya teringat kata-kata seorang pria bengis tak kalah tampan dari Daniel. Pria tersebut berpakaian panjang serba hitam.
“Buat Daniel bertekuk lutut kepadamu menggunakan keseksian sekaligus pesonamu. Setelah itu, pastikan dia masuk perangkapmu agar kami bisa membunuhnya dengan mudah. Karena selama dia masih hidup, dia dan mafianya akan selalu menjadi batu sandung bisnis mafiaku!”
Suara pria tersebut masih sangat Veronica ingat. Suara yang menjadi alasannya diam-diam menggunakan jemari tangan kirinya untuk merogoh ponsel di saku dress miliknya. Jemari tangan kanan Veronica menekan nomor darurat dan membuatnya melakukan telepon suara kepada sebuah kontak A.
Daniel William memang bos mafia dari kelompok paling berkuasa sekaligus ditakuti di negara mereka saat ini. Sementara alasan Daniel ada di kapal pesiar bersama Veronica karena keduanya sedang liburan romantis. Namun, keduanya tidak hanya benar-benar berdua. Karena beberapa pria bertubuh tegap berpakaian serba hitam dan kompak memakai jaket kulit hitam, juga jaga-jaga di sana.
“Dueeerrr!!”
Satu persatu kembang api melesat ke atas tak lama setelah Daniel memeluk kemudian berciuman bibir dengan Veronica. Warna-warni dari percikan kembang apinya makin memperindah suasana di sana. Suasana yang sebelumnya sudah manis, jadi tampak sekaligus terasa sangat romantis. Sekelas Daniel yang sudah terbiasa dengan kekerasan saja, sampai terperangah melihat pemandangan indah di sana. Namun tentu saja, senyum dan kebahagiaan Veronica tetap menjadi alasan utama seorang Daniel tersenyum hangat.
“Duuuuueeem!”
Kepanikan langsung melanda tak lama setelah sesuatu yang jatuh dan meledak mirip meriam, menimpa kapal mereka. Kapal mereka beserta penumpangnya turut meledak bahkan tenggelam. Daniel dengan cintanya yang begitu besar ke Veronica, langsung berusaha mempertahankan wanitanya itu. Namun, ledakan tadi menimbulkan kekuatan sangat dahsyat dan membuat mereka terpental. Ditambah lagi, ombak di lautan mereka berlayar juga mendadak sangat besar sekaligus kuat.
Adegan penuh keromantisan yang sempat terpampang dan membuat setiap mata yang melihat iri, benar-benar langsung berakhir menjadi tragedi. Daniel William yang selalu ditakuti sekaligus sangat disegani, tak kuasa melawan takdirnya. Di dalam lautan, Daniel yang masih setengah sadar melihat anak buah maupun puing-puing kapalnya terlempar ke dasar lautan. Begitu juga dengan Veronica yang makin jauh meninggalkannya.
Andai Daniel diberi kesempatan untuk menghentikan waktu, tentu pria itu akan mempertahankan sekaligus menyelamatkan Veronica. Hanya saja, untuk kali ini Daniel tak bisa. Karena jangankan menyelamatkan orang lain, sekadar menyelematkan dirinya saja, Daniel tak yakin bisa.
•••
“Veronica!” Nama itu menjadi nama yang langsung diingat oleh Daniel ketika akhirnya kedua mata pria itu terbuka.
Entah sudah berapa lama Daniel tak sadarkan diri. Namun, Daniel benar-benar masih hidup meski memang terluka parah. Bukan hanya wajahnya yang penuh darah termasuk bagian tubuh lainnya akibat luka-luka goresan terbilang dalam. Karena setelah Daniel mencoba menggerakkan kaki kanannya, pria bertinggi tubuh 179 senti itu hanya kesakitan. Tampaknya, Daniel kehilangan fungsi kaki kanannya secara total!
Daniel meraung-raung dan tampak sangat hancur. Beberapa kali, pria berhidung bangir itu meninju pasir hitam selaku tempat dirinya terdampar. Terlebih yang ia ingat sekaligus membuatnya sangat hancur, benar-benar hanya kejadian liburan romantis di kapal bersama Veronica. Liburan romantis sebelum akhirnya ada mariam jatuh. Semua keromantisan sekaligus kebahagiaan itu hancur dalam sekejap menenggelamkan mereka.
“Veronica … di mana dia?”
“Aku yakin Veronica masih hidup!”
“Apalagi saat terakhir pertemuan kami, dia menjadi satu-satunya orang yang masih hidup!”
“Ssst! Siapa yang berani melakukan ini kepadaku!”
“Namun siapa pun pelakunya, dia bahkan mereka harus mati! Aku akan menghabisi mereka dengan kedua tanganku sendiri!”
Selain merasa sangat hancur sekaligus kesakitan, Daniel juga berniat untuk balas dendam. Namun sebelum itu, Daniel wajib mengobati luka-luka khususnya kaki kanannya lebih dulu. Daniel bertekad untuk berjuang dan segera mendapatkan pengobatan. Di tengah kesunyian petang di pinggir pantai yang sangat sepi, Daniel tertatih berjuang seorang diri. Di sana benar-benar tidak ada orang lain untuk Daniel mintai bantuan. Padahal, sekadar bernapas saja, Daniel gemetaran parah. Air mata Daniel jadi berjatuhan. Tak semata karena luka-lukanya, tapi juga karena ia begitu mengkhawatirkan Veronica.
Sementara itu di tempat berbeda, seorang wanita bercadar baru saja mengunci ruangan yang di tembok sebelah pintunya dihiasi tulisan : Praktek Mandiri Bidan : Violita Azzahra, S. Keb. Bidan Delima. Begitu juga dengan nama di seragam biru toska-nya dan masih dihiasi tanda pengenal yang sama. Wanita bercadar yang kali ini menjadikan warna moca untuk penampilan syarinya itu menenteng dua tas besar. Ia membawanya masuk ke dalam rumah sebelah ruang praktik mandirinya.
Di pelataran rumah yang Violita masuki dihiasi tenda hajatan lengkap dengan janur kuning. Sedangkan di balik tempat pelaminan bernuansa emas dan merah dihiasi nama : Violita & Fathan.
Tak lama setelah Violita masuk ke dalam rumah, Daniel tiba. Daniel yang tertatih menggunakan kayu untuk berjalannya, berhenti tak jauh dari rumah yang Violita masuki. Daniel melihat papan praktik mandiri milik Violita dan memang ada juga di sebelah jalan. Termasuk juga, kenyataan halaman rumah orang tua Violita yang sampai dihiasi tenda hajatan khas akan ada pernikahan. Karena Daniel juga sampai membaca nama pemilik pelaminan bernuansa emas merah di depan sana.
“Di sini saja, … ini yang paling dekat!” pikir Daniel sengaja mampir dan berniat meminta pertolongan medis ke bidan tersebut. Tak peduli meski kini, suasana sudah sangat sepi.
Termasuk kenyataan tenda hajatan yang tak lagi disertai orang. Daniel menafsir, kini memang sudah dini hari. Terlepas dari semuanya, Daniel yang notabene merupakan bos mafia juga merasa lebih aman jika privasinya terjaga. Makin sepi dan tidak ada saksi, bagi Daniel justru makin baik karena itu jauh lebih membuatnya aman.
Di dalam kamar mandinya yang terbilang sederhana, Violita tak sengaja menjatuhkan kunci ruang praktiknya ke pembuangan air. Efek dirinya yang kebelet pipis parah, membuat Violita tak sengaja menjatuhkan kunci tersebut dari tangan kanannya.
“Innalilahi … gimana ini?” pikir Violita sengaja jongkok. Ia bahkan tak jadi pipis meski awalnya sudah sempat menarik ke atas kedua sisi gamisnya. “Orang rumah kebiasaan deh, … enggak nutup balik tutup pembuangan airnya.”
Belum sempat berhasil mengambil kuncinya, bahkan sekadar menemukan solusi untuk melakukannya. Bel rumahnya terdengar bunyi.
“Ada yang datang. Sepertinya orang rumah sudah tidur semua dan enggak mungkin bukain pintu. Berarti andai itu memang pasien, aku masuk ke ruang praktiknya lewat pintu dalam rumah,” pikir Violita yang yakin, alasan bel rumah orang tuanya bunyi karena ada pasien untuknya.