15

1104 Words
Aku ke kantor karena Lila membutuhkan bantuan rencana ke Bali nanti menjelang weekend berkat Tania aku bisa kesana dimana aku yakin tertangani dengan baik seperti Tari yang penting aku menyegarkan pikiran dan memilih siapa yang layak untukku nanti atau bahkan tidak sama sekali. Selama di kantor aku tidak melihat keberadaan Bima menurut Lila sedang keluar bersama Devan dan papa, aku disini membantu Lila menganalisa laporan yang masuk sebelum diserahkan pada Bima, semenjak kehadiran Lucas papa hanya mengurusi kantor beberapa kali saja kerjaan yang lain dipasrahkan pada Bima dan Devan. Mengenai Rifat semua masih di proses dan sudah mulai membantu kami walaupun tugas utamanya tetap mencari customer dan Rifat sendiri menyetujui hal itu malah semakin hari aku melihat kesungguhan dalam bekerja dan mampu menempatkan dimana dia berada. "Bagaimana dengan Pak Bima?" tanya Lila namun aku tidak menjawab "aku belum mengenal Rifat terlalu dalam beda dengan Pak Bima tapi jika bisa memilih lebih baik dengan Rifat, kamu pasti paham maksudku" Aku tidak menghiraukan perkataan Lila dan fokus bekerja karena ingin segera pulang melihat Lucas rasanya ingin segera memiliki bayi seperti Lucas dan itu berarti aku harus menikah entah dengan siapa hanya aku harus memutuskan segera agar cepat selesai. "Hallo semua" teriak Tari yang datang membawa bungkusan "pasti belum pada makan kan ini aku bawain makan dulu gih" meletakkan bungkusan di meja "Kak Rifat mana?" Aku menatap Tari yang menanyakan Rifat "ada apa cari Rifat?" membuat Lila menatapku sambil tersenyum karena tanpa sadar aku menatap Tari tajam. "Ada perlu tugas kuliah" jawab Tari "aku hubungi aja biar kesini" "Gak usah aneh-aneh ketahuan papa sama Kak Devan marah loh mereka" tegur Lila "Habis ini makan siang dan aku udah janjian lagian aku juga bawain buat Kak Rifat" jawab Tari santai "Kak Rifat gak bikin salah kan? setahu aku orangnya gak aneh-aneh deh" Lila menatapku ketika mendengar perkataan Tari dengan tersenyum mengejek sedangkan aku berusaha untuk tidak peduli. Seketika aku berpikir apakah aku yang memancing Rifat sampai seperti ini sedangkan selama ini ketika bersama Tari tidak pernah menunjukkan hal aneh hanya denganku. Apa perkataannya di Bandung benar adanya atau ada maksud tertentu dengan pernyataan Rifat tersebut, memikirkan hal itu membuatku pusing sendiri pasalnya aku tidak tahu maksud dan tujuan perlakuan dan pernyataan Rifat selama kami di Bandung. "Kak Rifat sini" panggil Tari ketika melihat Rifat keluar dari lift Pandangan kami bertemu dengan segera aku memutuskan tidak ingin Tari tahu apa yang terjadi diantara kita berdua, selanjutnya yang terdengar adalah suara Tari yang banyak bertanya mengenai tugasnya sampai Lila menyuruh mereka duduk di pojok agar tidak mengganggu kami Rifat Kamu cantik hari ini dan aku merindukanmu Aku membaca pesan itu sekilas ketika ingin minum, ketika aku menatap mereka dapat kulihat pandangan Rifat kearahku. Seketika membuat jantungku berdetak semakin kencang melihat tatapan yang diberikan Rifat, aku mencoba mengalihkan pandangan agar tidak tertangkap oleh siapapun. "Gak usah saling lirik" bisik Lila yang bediri sebelahku sambil menatap pekerjaan "keren sih lebih hot daripada Pak Bima" aku menatap tajam Lila namun Lila seolah tidak peduli dan sibuk dengan berkas yang ada di hadapan kami berdua “kalau Rifat sama Tari gimana?” aku menatap mereka berdua sekali lagi “tanda-tanda gak rela ini” goda Lila membuatku kembali fokus ke pekerjaan "Ih Kak Rifat keren deh tahu gitu dari kemarin tanya kakak ya" ucap Tari membuatku secara refleks menatap mereka berdua yang tampak akrab sekali. "Makanya jangan pacaran mulu" ucap Rifat mengacak rambut Tari membuat Tari cemberut dan aku hanya menatap melihat bagaimana perasaan mereka ketika bersikap. Melihat pemandangan ini sedikit aku tidak menyukai walaupun aku tahu Tari adalah adikku tapi perhatian yang diberikan Rifat membuatku tidak menyukainya walaupun dari pandangan mereka adalah pandangan seorang kakak pada adiknya lebih tepat senior pada junior, bahkan Rifat seolah tidak peduli dengan kedudukan Tari disini. "Eh jadi pacarnya siapa?" tanya Lila tiba-tiba "Apaan sih gak usah dengerin Kak Rifat" elak Tari dengan wajah yang memerah "udah sana kakak balik" Tari menatap Rifat sambil memberi kode mengusir "Fat, ikut saya" ucapku langsung membuat Lila menatapku ketika aku mengambil ponsel dan tas "aku ada perlu sebentar sama Rifat, mbak" menjawab pandangan Lila naamun hanya mengangguk. “Perlu kerjaan, bu?” tanya Rifat bingung “setahu saya hanya berurusan dengan Pak Bima dan Pak Devan” aku menatap Rifat tajam dapat kulihat jika menghembuskan nafas lelah “baiklah tapi saya gak bisa lama karena ada janjian dengan customer” aku mengangguk. Aku berjalan kearah lift meninggalkan mereka berdua tidak peduli dengan pandangan Lila maupun Tari, aku memberikan kunci mobil agar dikendarai Rifat saat sampai parkiran dengan sigap Rifat menerimanya dan paham apa maksud dan tujuanku. "Kemana?" tanya Rifat ketika kami didalam mobil, aku mengeluarkan catatan dan menulis tempat kos yang waktu itu akan aku gunakan bersama Soni "rumah siapa?" "Kos" jawabku langsung membuat Rifat menatapku "kos agar kita bisa melakukan sesuatu disana" jawabku santai “karena aku tidak suka apa yang terjadi dengan Tari tadi” “Cemburu?” Rifat menatapku dengan tersenyum tipis “jawaban atas pernyataanku belum kamu berikan dan apa kamu hanya jalang disini? padahal aku memberikan pilihan terbaik buatmu” “Sayangnya aku belum tahu motif kamu mengucapkan itu” ucapku santai “bukankah lebih enak melampiaskan kebutuhanmu tanpa adanya ikatan? setiap pria menginginkah hal tersebut bukan?” Rifat hanya diam dan aku sudah tidak peduli dengan hal tersebut. Rifat mengikuti permintaanku mengarahkan mobil kearah kos, ketika akan sampai kos aku melihat Soni berdiri di depan pintu seketika aku meminta Rifat putar kembali ke kantor dengan berbagai macam alasan. Bodohnya aku belum menolak Soni dan kenapa dia datang disaat jam kerja, aku menghembuskan nafas lelah karena masih ada satu masalah yang belum teratasi karena diriku sendiri ini dan biasanya yang menyelesaikan adalah Bima lalu apakah aku harus mengandalkan dirinya secara terus menerus. Setelah memastikan Rifat masuk dalam ruangan dengan berbagai alasan tadi yang untungnya tidak dibahas Rifat karena harus bertemu dengan customer, aku ijin kembali ke Lila jika aku ingin keluar yang membuat Lila menatapku lelah namun tetap mengijinkan aku keluar karena sudah ada Tari yang membantu, tujuanku adalah kos memastikan Soni tidak ada disana. Harapan tinggal harapan karena saat ini Soni masih berada di teras kos untuk tamu, seteguh itu dia berada disana lalu apa yang harus aku lakukan saat ini menemuinya dan menjadi jalang seperti perkataan Rifat atau menyelesaikan semuanya. Via Hallo om, lagi dimana? Aku menatap Soni dari mobil tidak lama aku melihat dia membuka ponsel dan mengetikkan sesuatu Soni Kos kamu Bisakah kamu melayaniku hari ini? aku akan membayar berapapun Aku menatap pesan dari Soni seketika aku merasakan jika aku sudah menjadi jalang tapi haruskah aku memuaskan dia, apa aku kurang dengan kedua pria hingga menambah pria lain. Bahkan kedua pria ini harus aku pilih untuk masa depanku atau semuanya aku tinggal begitu saja. Via Berapapun? Soni Ya Aku memikirkan apa yang harus aku lakukan apakah turun atau membiarkan Soni, apa yang aku cari dengan ini semua. Kepuasan seperti apa yang aku cari agar menuntaskan nafsu yang aku miliki bukankah Rifat dan Bima bisa melakukan hal itu semua tanpa aku merasa kekurangan sedikitpun.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD