Permata ruby dan jumlah Player yang menurun dengan gila.

1123 Words
Player demi hari makin hari terus berkurang kali ini aku, Bersama charllote yang akan mencari sebuah permata ruby untuk mengupdate s*****a kami. Aku dan dia mencari di sebuah tempat ke tempat namun itu bekum di temukan. Aku juga berfikir,Kalau harga ruby itu sangat mahal pasti charllote pernah menemukannya sebelumnya dan ia membeli rumah...Hmmm mungkin begitu. Mencari permata ruby memang sangat susah untuk di dapatkan tetapi kami belum menyerah begitu saja dan aku akan berusaha sekuat tenagaku untuk mencari ruby itu. lalu apa alasanku ingin mencari permata ruby itu? singkat cerita aku ingin melawan sebuah musuh bebuyutanku. Waktu itu aku hampir di bunuh olehnya Karna musuhku itu adalah player yang memasuki top 0 artinya lebih tinggi dariku, Aku kalah level dengannya. Aku hampir saja terbunuh waktu itu dan hanya ada satu cara atau satu harapan agar kekuatan skill ku bertambah kuat yaitu menaikkan levelku dengan permata ruby. Tapi itu sangat langka, Charllote dengan senang hatinya mebantuku mencari permata ruby itu. Spertinya musuh bebuyutanku itu memandangku rendah serendah redahnya itu, Dia sangat terkenal di game ini dia adalah player paling terbaik yang ada di game ini. Jadi walaupun aku nomor satu di game ini tetapi masih ada yang sangat lebih kuat dari aku, Aku di tengah hutan kali ini. Aku menemukan sebuah pohon, Pohon itu sangatlah besar aku tidak bisa mebayangkannya dengan gedung pencakar langit yang ada di negara-negara maju. Sepertinya belum pernah ada player yang pernah ke sana, Rasa kepenasaranku semakin meningkat dengan cepat jadi aku ke sana ke dekat pohon yang sangat besar itu Charllote mengejarku. Dengan tidak sengaja dia manabrakku... "Hmm...Itu rasanya sangat lembur dan lentur dan rasanya sangat manis" Kenapa? Kenapa lagi? aku di tampar untuk ke dua kalinya,Betapa sedihnya lelaki ini?. Aku menemukan sekelompok Monster, Mereka menyerangku dan aku dan charllote menyerang balik ke sekelompok Monster itu. BAGIAN 2 sebagai skill awal. Meski begitu, jika mereka menyerah dan kabur setelah kehilangan sebagian dari HP mereka, mereka tidak akan mati. Tapi— Tidak seperti serangan monster 3D yang kita lihat melalui layar monitor, pertarungan di VIRTUAL WORLD sangat nyata sehingga kau bisa merasa takut. Seperti jika monster sungguhan mengarahkan taringnya padamu dan mengejarmu dengan niat membunuh. Bahkan selama beta testing ada beberapa orang yang panik ditengah pertarungan, tapi sekarang kematian menantimu jika kau kalah. Rasa panik membuat para player lupa menggunakan skill mereka dan bahkan lupa melarikan diri, HP mereka habis dan mereka menghilang dari dunia ini selamanya. Bunuh diri, kalah dari monster. Jumlah dari nama yang tercoret berlipat ganda dengan kecepatan yang mengerikan. Ketika angkanya mencapai dua ribu, satu bulan setelah game dimulai, awan keputusasaan menyelimuti para player yang masih selamat. Jika jumlah kematian terus meningkat dengan kecepatan seperti ini, sepuluh ribu orang akan mati dalam waktu kurang dari setengah tahun. Menyelesaikan lantai keseratus hanya terlihat seperti mimpi. Tapi—manusia beradaptasi. Setelah satu bulan kemudian, labyrinth pertama diselesaikan dan jumlah kematian mulai berkurang dengan cepat. Orang-orang mulai membagi informasi untuk bertahan hidup dan kebanyakan orang merasakan kalau monster tidak begitu menakutkan jika kau mempunyai experience points yang cukup dan menaikan level dengan benar. Menyelesaikan game nya dan kembali ke dunia nyata menjadi mungkin. Jumlah player yang mulai berpikir seperti itu bertambah dengan perlahan tapi pasti. Lantai teratas masih sangat jauh, tapi para player mulai bergerak dengan harapan kecil ini-dan dunia mulai berputar lagi. Sekarang, dua tahun kemudian dan dengan 26 lantai tersisa, jumlah orang yang bertahan hidup sekitar 6 ribu orang. Setelah menyelesaikan pertarunganku dengan musuh yang kuat yang sedang berpatroli di di lantai 74, aku mengingat jalan kembaliku, begitu juga dengan masa lalu, dan menghela napasku ketika aku melihat cahaya dari jalan keluar. Aku mengosongkan pikiranku, berjalan dengan cepat keluar dari labyrinth area, dan menghirup udara yang segar dan bersih dalam-dalam. Di hadapanku, lorong yang sempit berubah menjadi hutan yang lebat dan penuh dengan pohon. Di belakang ku, labyrinth area tempatku keluar barusan menjulang tinggi hingga ke langit—atau lebih tepatnya hingga ke permukaan bagian bawah lantai selanjutnya. Karena tujuan akhir gamenya adalah untuk mencapai puncak tertinggi dari kastil ini, dungeon di dunia ini tidak menuju ke bawah tanah melainkan berbentuk menara. Tapi, setting dasarnya tidak berubah: monster di labyrinth area lebih kuat dibandingkan monster yang berada di jalanan, dan boss monster menunggu di bagian terdalam dari labyrinth area. Saat ini, delapan puluh persen dari labyrinth area di lantai 74 telah di jelajahi, atau dengan kata lain, telah di . Dalam beberapa hari, boss room mungkin akan ditemukan, dan sebuah tim untuk melawan boss dengan anggota yang banyak akan dibuat. Saat itu, bahkan aku, seorang solo player, akan ikut ambil bagian. Aku tersenyum pada diriku sendiri karena merasa tidak sabar dan frustasi pada saat yang sama dan mulai berjalan melewati jalur yang ada. Saat ini, rumah tempat tinggal ku berada di kota terbesar di Aincrad, yaitu , yang lokasinya berada di lantai ke 50. Yah, dari luasnya, Starting City lebih besar, tapi tempat itu sekarang sudah menjadi markas sepenuhnya, jadi berjalan di sekitar sana menjadi agak tidak nyaman. BAGIAN 3 Segera setelah aku keluar dari padang rumput yang mulai menggelap, sebuah hutan yang berisi pohon-pohon tua membentang di depanku. Jika aku berjalan selama tiga puluh menit lewat sini, Aku akan sampai di dari lantai 74 dan bisa menggunakan disana untuk teleport ke Algade. Aku bisa saja menggunakan satu dari instant teleportation item didalam inventory ku untuk kembali ke Algade kapanpun. Tapi karena harganya sedikit mahal, Aku enggan menggunakannya kecuali jika aku sedang berada dalam situasi berbahaya. Masih ada sedikit waktu hingga mataharinya menghilang sepenuhnya, jadi aku menolak godaan untuk kembali kerumah secepatnya dan akhirnya masuk kedalam hutan. Sebagai catatan, ujung-ujung dari setiap lantai di Aincrad biasanya terbuka lebar langsung ke langit, kecuali bagian tiang penahannya. Pohon-pohon menjadi berwarna merah api karena terkena cahaya yang masuk melalui celah tersebut. Kabut yang mengalir diantara cahaya matahari memantulkan cahaya dengan indahnya. Suara kicau-an burung, yang sering terdengar disiang hari, menjadi sulit terdengar, karena suara batang pohon yang bergoyang-goyang karena tertiup angin yang kencang. Aku tahu dengan jelas kalau aku bisa bertarung dengan monster di area ini meskipun aku mengantuk, tapi rasa takut yang datang bersamaan dengan kegelapan susah dihindari. Sebuah perasaan yang mirip dengan ketika aku tersesat dan tidak bisa pulang waktu kecil menyelimutiku. Tapi aku tidak membenci perasaan ini. Aku kadang-kadang melupakan rasa takut ini ketika aku masih di dunia nyata. Rasa kesepian yang kau dapatkan ketika kau berkelana sendirian di tempat asing tanpa seorangpun yang terlihat seberapa keraspun kau mencoba melihat—kau bisa menyebutnya sebagai dasar dari RPG. Ketika aku sedang terpaku mengenang masa lalu, sebuah teriakan yang belum pernah kudengar sebelumnya memasuki telingaku. Itu terdengar hanya sesaat, keras dan jelas seperti suara sebuah peluit. Aku menghentikan langkahku dan mencari dengan seksama ke arah suaranya berasal. Jika kau mendengar atau melihat sesuatu yang kau tidak pernah alam
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD