Sebelum dan setelah CHARLLOTE belum mengenalku

1133 Words
Setelah menyelesaikan pertarunganku dengan musuh yang kuat yang sedang berpatroli di di lantai 74, aku mengingat jalan kembaliku, begitu juga dengan masa lalu, dan menghela napasku ketika aku melihat cahaya dari jalan keluar. Aku mengosongkan pikiranku, berjalan dengan cepat keluar dari labyrinth area, dan menghirup udara yang segar dan bersih dalam-dalam. Di hadapanku, lorong yang sempit berubah menjadi hutan yang lebat dan penuh dengan pohon. Di belakang ku, labyrinth area tempatku keluar barusan menjulang tinggi hingga ke langit—atau lebih tepatnya hingga ke permukaan bagian bawah lantai selanjutnya. Karena tujuan akhir gamenya adalah untuk mencapai puncak tertinggi dari kastil ini, dungeon di dunia ini tidak menuju ke bawah tanah melainkan berbentuk menara. Tapi, setting dasarnya tidak berubah: monster di labyrinth area lebih kuat dibandingkan monster yang berada di jalanan, dan boss monster menunggu di bagian terdalam dari labyrinth area. Saat ini, delapan puluh persen dari labyrinth area di lantai 74 telah di jelajahi, atau dengan kata lain, telah di . Dalam beberapa hari, boss room mungkin akan ditemukan, dan sebuah tim untuk melawan boss dengan anggota yang banyak akan dibuat. Saat itu, bahkan aku, seorang solo player, akan ikut ambil bagian. Aku tersenyum pada diriku sendiri karena merasa tidak sabar dan frustasi pada saat yang sama dan mulai berjalan melewati jalur yang ada. Saat ini, rumah tempat tinggal ku berada di kota terbesar di Aincrad, yaitu , yang lokasinya berada di lantai ke 50. Yah, dari luasnya, Starting City lebih besar, tapi tempat itu sekarang sudah menjadi markas sepenuhnya, jadi berjalan di sekitar sana menjadi agak tidak nyaman. Try reading Segera setelah aku keluar dari padang rumput yang mulai menggelap, sebuah hutan yang berisi pohon-pohon tua membentang di depanku. Jika aku berjalan selama tiga puluh menit lewat sini, Aku akan sampai di dari lantai 74 dan bisa menggunakan disana untuk teleport ke Algade. Aku bisa saja menggunakan satu dari instant teleportation item didalam inventory ku untuk kembali ke Algade kapanpun. Tapi karena harganya sedikit mahal, Aku enggan menggunakannya kecuali jika aku sedang berada dalam situasi berbahaya. Masih ada sedikit waktu hingga mataharinya menghilang sepenuhnya, jadi aku menolak godaan untuk kembali kerumah secepatnya dan akhirnya masuk kedalam hutan. Sebagai catatan, ujung-ujung dari setiap lantai di Aincrad biasanya terbuka lebar langsung ke langit, kecuali bagian tiang penahannya. Pohon-pohon menjadi berwarna merah api karena terkena cahaya yang masuk melalui celah tersebut. Kabut yang mengalir diantara cahaya matahari memantulkan cahaya dengan indahnya. Suara kicau-an burung, yang sering terdengar disiang hari, menjadi sulit terdengar, karena suara batang pohon yang bergoyang-goyang karena tertiup angin yang kencang. Aku tahu dengan jelas kalau aku bisa bertarung dengan monster di area ini meskipun aku mengantuk, tapi rasa takut yang datang bersamaan dengan kegelapan susah dihindari. Sebuah perasaan yang mirip dengan ketika aku tersesat dan tidak bisa pulang waktu kecil menyelimutiku. Tapi aku tidak membenci perasaan ini. Aku kadang-kadang melupakan rasa takut ini ketika aku masih di dunia nyata. Rasa kesepian yang kau dapatkan ketika kau berkelana sendirian di tempat asing tanpa seorangpun yang terlihat seberapa keraspun kau mencoba melihat—kau bisa menyebutnya sebagai dasar dari RPG. Ketika aku sedang terpaku mengenang masa lalu, sebuah teriakan yang belum pernah kudengar sebelumnya memasuki telingaku. Itu terdengar hanya sesaat, keras dan jelas seperti suara sebuah peluit. Aku menghentikan langkahku dan mencari dengan seksama ke arah suaranya berasal. Jika kau mendengar atau melihat sesuatu yang kau tidak pernah al ami� sebelumnya di dunia ini, itu bisa saja berarti kalau kau sangat beruntung atau bisa juga sebaliknya. Sebagai seorang solo player, Aku melatih skill ku. Skill ini mencegah serangan tiba-tiba dan ketika kau sudah ahli menggunakannya, itu akan memberikan kemampuan tambahan pada si pemain untuk bisa mendeteksi monster yang sedang "bersembunyi." Dengan itu, AKu bisa melihat seekor monster bersembunyi diantara batang pohon di jarak sepuluh meter dariku. Monster itu tidak terlalu besar. Monster itu mempunyai bulu hijau untuk berkamuflase diantara dedaunan dan mempunyai telinga yang lebih panjang dibandingkan tubuhnya. Ketika aku berkonsentrasi kearahnya, secara automatis monster itu menjadi targetku dan sebuah cursor berwarna kuning muncul bersama dengan namanya. Aku menahan napasku saat aku melihat namanya: . Itu cukup langka hingga bisa mendapat gelar "super." Itu pertama kalinya aku melihat yang asli. Kelinci yang hidup di batang pohon itu tidak begitu kuat, juga tidak memberimu banyak experience points, tapi- Aku diam-diam mengambil sebuah throwing pick kecil dari sabuk ku. Throwing Skill> ku tidak begitu tinggi. Aku hanya memilihnya sebagai cabang di skill tree ku pada suatu saat. Tapi kudengar kalau Ragout Rabbit adalah monster tercepat dari seluruh monster yang diketahui saat ini, jadi aku tidak terlalu percaya diri untuk menangkapnya dengan pedangku. Aku punya satu kesempatan untuk menyerang sebelum musuh menyadari keberadaanku. Aku mengangkat pick tadi, berdoa, dan bergerak mengikuti posisi gerak awal skill . Yah, sekecil apapun skill ku, tanganku dibantu oleh dexterity ku yang tinggi dan melempar pick nya dengan gerakan yang agak terlihat kabur. Pick nya berkilau sekali dan menghilang dibalik pepohonan. Segera setelah aku menyerang, cursor kuning yang tadinya menunjukkan lokasi Ragout Rabbit berada, berubah menjadi merah dan muncul HP bar dibawahnya. Sebuah teriakan kencang terdengar dari arah pick ku terlempar. HP bar nya semakin mengecil dan kemudian mencapai 0. Terdengar suara polygon pecah yang tidak asing lagi. Aku mengepalkan tangan kiriku. Aku mengangkat tangan kananku dan membuka main menu. Aku membuka inventory dengan cepat, meski begitu gerakan tanganku terlihat terlalu lambat bagiku, dan benda itu ada di bagian teratas dari item list baru kudapat: . Itu adalah rare item yang bisa dijual ke player lain dengan harga minimal seratus ribu Coll. Uang sebanyak itu cukup untuk membuat satu full set dari armor terbaik dan masih ada sisa kembaliannya. Alasan kenapa benda ini sangat mahal simpel saja, karena benda ini adalah bahan makanan yang paling enak dibandingkan bahan makanan lainnya di game ini. Makan adalah satu-satunya kenikmatan di SAO, tapi makanan yang ada biasanya hanyalah sup dan roti yang rasanya seperti berasal dari negara eropa—yah aku juga tidak begitu tahu; tapi kenyataannya rasanya biasa saja. Beberapa player yang melatih skill memasak mereka juga berpikir seperti itu dan tidak puas hanya dengan makanan itu. Tapi melatih skill memasak bukanlah hal yang mudah, jadi banyak player yang tidak bisa melakukannya. Tentu saja aku tidak berbeda. Aku tidak begitu membenci sup dan roti gandum yang sering kubeli dari restoran NPC. Tapi sekali-sekali aku juga ingin makan daging. Selama beberapa waktu aku melihat kearah nama item itu dan berpikir apa yang harus kulakukan. Kemungkinan ku mendapat bahan seperti ini lagi sangat rendah. Sejujurnya, aku sangat ingin memakannya. Tapi semakin tinggi peringkat bahannya, semakin tinggi pula skill yang dibutuhkan untuk memasaknya. Jadi aku harus menemukan orang yang sudah menguasai skill memasak sepenuhnya untuk memasakannya untukku. Tapi aku tidak tahu satupun. Yah, aku tahu beberapa, tapi mencari merekalah yang membuat repot. Selain itu, sudah waktunya aku membeli satu set equipment baru. Jadi, aku memutuskan untuk menjualnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD